Bab 6 - Pembunuhan

2.4K 231 11
                                    

Valent tak menyangka, Eve ikut papanya menjemput Vely dan Alex malam itu. Hal pertama yang ditanyakan Eve ketika melihat Vely adalah,

"Valent nggak gangguin kamu, kan?"

Vely tersenyum lebar dan menggeleng. "Aku tadi ditemenin ngerjain tugas sama Tante Athena," ceritanya.

Eve tersenyum kecil. Sekilas. Senyum yang sangat jarang dilihat Valent.

Papa Valent mengobrol dengan orang tua Leo sebentar, sebelum pamit. Saat Eve pamit pada mama Leo, gadis itu terkejut saat mama Leo tiba-tiba memeluknya.

"Eve sering-sering main ke rumah Tante, dong. Eve kan suka baca buku tentang kedokteran. Tante Athena punya banyak di perpustakaan," ucap mama Leo.

Eve tampak canggung ketika menarik diri dari pelukan mama Leo. "Kapan-kapan Eve mampir, Tante."

"Kapan aja kamu pengen main ke sini, bilang sama Om. Nanti Om jemput," papa Leo menawarkan.

Eve tampak salah tingkah, tapi ia mengangguk. Valent memperhatikan pikiran gadis itu, tapi tak ada apa pun di sana selain kecanggungannya. Valent diam-diam mendesah berat.

"Kenapa? Nggak bisa lihat pikiran dia lagi?" Suara Leo terdengar meledek.

Valent mendecak kesal. "Siapa juga yang peduli? Cewek itu aja nggak pernah peduli sama orang-orang di sekitarnya."

Leo mendengus geli. "Padahal buat kamu, sulit banget buat nggak meduliin dia. Ya, kan, Val?"

Valent melotot kesal pada Leo.

"Eve cantik, sih. Dia ..." Leo menggantikan kalimatnya dengan tawa ketika berhasil menghindar dari tinju Valent. Tertawa puas, Leo naik lebih dulu ke kamarnya.

Valent baru saja akan menyusul Leo ketika terdengar suara papanya dalam pikirannya,

'Kamu suka Eve, Val?'

Valent menatap papanya kesal. Jangan mulai ...

'Jangan terlalu patah hati kalau nanti ditolak, ya? Cinta pertama emang sulit.'

Valent mendengus kesal sebelum berbalik dan pergi, memutuskan mengabaikan papanya. Pantas saja mamanya selalu kesal pada papanya.

***

Setelah memastikan semua orang tidur, malam itu Leo dan Valent mengendap-endap keluar rumah dan kembali ke sekolah. Mereka kembali bersembunyi di semak-semak seperti kemarin. Lewat tengah malam, tak ada seorang pun yang lewat. Hanya penjaga sekolah yang dua kali lewat di koridor itu.

Dari pikiran Pak Wardi, penjaga sekolahnya, Valent mendapatkan alasan dia berjaga serajin ini adalah karena kasus bunuh diri kemarin. Pasalnya, bahkan Pak Wardi juga tidak tahu jika ada yang memasuki area sekolah malam itu.

Valent mengecek jam. Jam tiga dini hari. Pak Wardi sudah kembali ke posnya. Pria berusia kepala empat itu menonton televisi dengan mata nyaris terpejam karena kantuk. Pikirannya mulai tak fokus. Namun, detik berikutnya, dari pikiran Pak Wardi, Valent mendengar suara langkah diseret.

Pak Wardi seketika meninggalkan pos jaga dan mencari sumber suara dengan senter di tangan. Bahkan dari tempatnya, Valent bisa mendengar langkah itu. Ke arah sini. Namun, sebelum Valent melihat pemilik langkah itu, dari kepala Pak Wardi, Valent melihat sosok tinggi dalam kegelapan sudut koridor. Tepat di belokan koridor, sosok tinggi itu berdiri dengan pisau di tangannya.

Still, You (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang