Bab 15 - Pencarian

2.3K 235 40
                                    

"Kita kehilangan jejak pelakunya." Kata-kata Darrel membuat Zane menghela napas berat.

"Ellena ..."

"Aku janji sama dia, aku pasti bawa Alena pulang. Buat saat ini, dia udah agak tenang." Zane mendesah berat.

"Kita bahkan belum nemuin motif pelakunya," geram Zelo.

"Mungkin dia seorang psikopat. Dia punya target yang sama, murid SMA. Polanya juga ..."

"Kalau polanya sama, kita cuma punya waktu dua hari buat nemuin Alena," Zelo menyela dugaan Darrel.

"Kita akan nemuin Alena, Zane." Darrel menepuk bahu Zane. "Aku bahkan udah manggil Sam sama Dessy. Mereka dulu juga pembunuh. Jadi, mereka bisa ngikutin jalan pikiran pelakunya."

Zane mendesah berat. "Ini bisa lebih cepat kalau kita punya daftar tersangkanya. Jadi, kita bisa ngelacak dia."

"Aku punya daftar tersangkanya." Leo memasuki ruang kerja Darrel. "Aku butuh bantuan Papa, Om Zane sama Om Zelo, buat bantuin aku nemuin tersangkanya."

Zane mengerutkan kening ketika melihat ke dalam pikiran anak itu. Daftar yang dia maksud adalah ... daftar alumni di sekolahnya.

"Leo, itu ..."

Kalimat Zane belumlah selesai karena dipotong Leo, "Besok aku bakal ambil daftarnya dari perpustakaan. Habis itu, begitu Om Zane sama Om Zelo nemuin pelakunya, aku bakal mancing dia." Leo menatap Zane lekat. "Jadi, pastiin Om Zane nangkap pelakunya."

"Leo, biar Papa sama om-ommu yang urus. Kamu ..."

"Orang itu nggak segan ngebunuh orang yang ganggu dia. Dia mungkin ngebiarin targetnya hidup, tapi dia bakal langsung ngebunuh orang yang ganggu dia. Satu-satunya cara biar aku bisa aman, adalah dengan jadi target selanjutnya. Sama kayak Valent dan Alena." Leo bahkan tak sedikit pun tampak ragu mengatakannya.

"Dulu, waktu dia bawa korbannya ke sekolah dan ketahuan Pak Wardi, dia langsung ngebunuh Pak Wardi tanpa ragu. Dan waktu Valent mergoki dia, dia juga hampir nyelakain Valent. Juga waktu Alena ngikutin dia, dia berusaha nabrak Alena. Tapi, begitu Valent dan Alena jadi targetnya, dia nggak langsung ngebunuh mereka, tapi nyulik mereka. Valent juga sempat lihat pola itu dari pikiran pelakunya."

Leo menatap Zane. "Karena itu, kalau nanti aku jadi targetnya, dia nggak bakal ngebunuh aku langsung. Tapi, Om Zane harus nemuin aku sebelum dia bawa aku ke sekolah dan ngegantung aku di aula. Aku nggak mau dituduh bunuh diri di sekolah dan dijadiin hantu gentayangan sama murid-murid satu sekolah." Leo meringis kemudian.

Zane menatap Leo takjub, tak percaya. Anak ini ...

"Ini nggak semudah di film-film yang kamu tonton itu, Leo," tegur Darrel. "Kamu terlalu sering nonton film-film kriminal gitu, sih."

Leo menatap Darrel kesal. "Pa, aku nggak punya pilihan lain. Valent suka banget main detektif-detektifan biar nggak ketahuan Alena. Dan Papa tahu, nggak Alena, nggak Valent, mereka selalu terlibat hal-hal kayak gini. Ngerepotin aku aja."

Zane mendengus geli. "Leo kalau udah gede nanti bisa jadi detektif, kalau gitu."

"Dan ngeberesin masalahnya Valent sama Alena?" dengus Leo. "Yang jelas, aku udah ngikutin kasus ini dari pertama. Dari waktu Valent ngajak aku nginap di sekolah dan ngintai pelakunya. Jadi, aku bisa baca polanya. Aku mungkin nggak bisa lihat atau dengar pikiran orang itu, tapi satu hal yang aku tahu, aku bakal nangkap orang itu."

'Dari siapa dia nurunin nekat dan keras kepalanya ini?'

Pikiran Darrel itu membuat Zane tersenyum. "Dari kamu sama Athena. Siapa lagi?" Zane menjawab Darrel.

Still, You (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang