Bab 12 - Rasa yang Aneh

2.5K 243 48
                                    

Sabtu pagi itu, Alena dan keluarganya pergi ke rumah Valent karena undangan mama Valent. Pasalnya, mama Valent sudah menyiapkan banyak makanan untuk piknik di halaman belakang rumahnya.

Ketika Alena bergabung di halaman belakang, ia bisa melihat alasan mama Valent mengundang mereka. Tantenya itu berpikir jika Valent akan bosan jika sendirian di rumah terlalu lama. Mengingat, ia sudah kembali ke rumahnya sejak beberapa hari terakhir, jadi tidak ada lagi Leo yang menemaninya.

"Kak Leo!" Valent menyerukan nama itu dengan riang.

Alena menoleh ke pintu belakang rumah Valent dan Leo tersenyum pada Valent. Ketika Leo menoleh ke arahnya, Alena memalingkan wajah.

"Kak Leo berantem lagi sama Kak Alena, ya?" tebak Valent begitu Leo tiba di depannya. Anak itu pasti melihat ke dalam pikiran Alena.

"Nggak, kok." Leo menoleh ke arah Alena. "Dia aja yang belakangan aneh. Kagetan."

Alena segera mengenyahkan pikiran tentang Leo sebelum Valent menemukan hal lainnya. Melihat Eve dan Vely duduk di atas tikar di bawah pohon, Alena bergegas menghampiri mereka.

"Eve, pinjam bukumu satu," pinta Alena sembari mengedik ke arah tumpukan buku di sebelah Eve.

"Tapi, ini buku kedokteran semua," ucap Eve.

Alena mengerjap cepat. "Iya, nggak pa-pa." Alena hanya butuh pengalih pikiran.

Eve dan Vely menatapnya keheranan ketika Alena mulai membaca buku kedokteran yang sepertinya dipinjam Eve dari mamanya Leo. Namun, ketenangan Alena tak bertahan lama karena ia kemudian mendengar Leo memanggilnya.

Alena menoleh kaget. Ia berusaha tetap tenang ketika Leo duduk di sebelahnya, di atas rumput. Valent yang mengekorinya juga duduk di sebelah Leo.

"Kamu udah lihat lagi daftar kemarin? Kamu yakin, gambar pelakunya nggak ada?" Leo bertanya.

Alena menunduk, menatap buku di pangkuannya dan mengangguk. "Nggak ada." Ia tak menatap Leo saat memberikan jawaban.

"Trus, kalau bukan mereka, siapa pelakunya?" gumam Leo. "Val, kamu yakin kamu lihat orang itu di sekolah?"

"Iya, Kak. Dia di sekolah. Aku pikir, dia guru favorit. Intinya, murid-murid kelihatan senang gitu pas ketemu dia," terang Valent.

Alena diam-diam mengikuti percakapan mereka.

"Kak Alena nggak lihat apa-apa dari pikiran orang itu waktu ketemu dia?" Valent bertanya padanya.

"Cuma ngelihat kamu. Dia nyariin kamu waktu itu, soalnya," jawab Alena, masih menunduk di atas bukunya.

"Sama sekali nggak ada petunjuk apa pun?" kejar Valent.

Alena mengernyit. Selain wajah Valent, hal yang dilihatnya dari pikiran orang itu adalah ... kematian. Alena segera mengusir pikirannya ketika mendengar desahan berat Valent.

"Kak Alena nggak perlu ngingat yang itu," ucap Valent muram. "Aku juga masih shock karena lihat langsung di depan mataku. Jadi, Kak Alena nggak perlu juga ..."

"Aku nggak pa-pa, kok," tepis Alena. Ia mengembalikan buku di pangkuannya pada Eve, lalu berdiri.

Alena tersentak kaget ketika seseorang menahan lengannya saat ia hendak pergi. Leo.

"Tenang aja, kita pasti bisa nangkap orang itu. Papa-papa kita juga udah berusaha keras buat nyari orang itu. Lagian, aku juga bakal selalu jagain kalian, jadi jangan khawatir. Kita bakal baik-baik aja."

Leo bahkan tersenyum setelah mengatakannya.

Alena lagi-lagi terjebak kecanggungan. Ia menarik tangannya dari pegangan Leo dan membalas ketus, "Siapa juga yang khawatir?"

Still, You (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang