Clarine meringkuk di atas tempat tidur orang tuanya. Dengan aroma Deslia dan Grifalen, Clarine membayangkan dirinya sedang dalam pelukan mereka dan mencoba menenangkan pikiran.
Sayang, usaha Clarine ini pun cukup sia-sia karena pikirannya sama sekali tidak bisa tenang. Kekhawatiran tentang Maery masih jelas ia rasakan. Pikiran-pikiran soal hubungannya dengan Zoenoel juga masih mendominasi.
Clarine sama sekali tidak meragukan perasaannya kepada Zoenoel. Apa yang ia rasakan bukanlah sesuatu yang hanya diakibatkan oleh tarikan segel semata. Yang membuat Clarine tak yakin justru perasaan Zoenoel. Ia ragu perasaannya terbalaskan oleh pemuda itu.
"Apa ini karena Zoenoel sudah memberitahumu soal segel perjodohan kalian?" sosok Dazt entah sejak kapan sudah bersandar di kosen pintu.
"Aku sedang tidak ingin melihatmu, apalagi mendengar ocehanmu," usir Clarine tanpa melirik lama pada pemuda itu.
"Baiklah." Berlawanan dengan pernyataannya, Dazt tidak pergi. Ia justru membaringkan diri di samping Clarine sehingga punggung mereka saling bersandaran.
"Dazt, tolong. Aku sedang tidak ingin menambah masalah denganmu." Clarine buru-buru bangkit, tetapi Dazt menariknya kembali.
Dazt mengurung pergerakan Clarine dengan satu tangan, sementara tangan lainnya mengeluarkan sebuah pemutar musik dari dalam kantong baju. Dengan santainya, Dazt memasangkan sebelah headset di telinga kirinya dan sebelanya lagi dipasang tanpa izin di telinga Clarine.
"Kau bilang tidak mau melihatku apalagi mendengar ocehanku, jadi menghadaplah ke sisi yang lain, diamlah, jangan ajak aku bicara terus, dan dengarkan saja musiknya. Tidak perlu sungkan untuk menangis, berteriak, atau tertawa. Namun, jangan pernah berpikir untuk berdiri tanpa seizinku."
Clarine sedang malas berdebat. Ia tahu betul Dazt bisa melakukan hal yang akan lebih menyusahkan jika ia tak menuruti pemuda itu. Lagi pula, Clarine mulai menikmati musik yang mengalun, jadi ia berbaring diam.
Suara lembut seorang wanita mengalun dengan begitu indahnya diiringi dentang piano. Clarine tak pernah mendengar lagu dan suara seperti ini sebelumnya, tetapi yang pasti alunan musik tersebut membuat Clarine jauh lebih tenang.
Entah berapa lama mereka terus diam, mendengarkan lagu dan sibuk dengan pikiran masing-masing. Menurut perkiraan Clarine, hari sudah tengah malam saat ia akhirnya memutuskan untuk kembali membuka percakapan. Ia yakin Dazt masih terjaga. Kalaupun tidak, bukan masalah.
"Sejak kapan kau tahu soal segel yang mengikat kami?"
"Cukup lama." Dazt langsung menjawab. Dugaan Clarine tepat. "Aku dan Zoenoel sering melakukan barter informasi. Zoenoel memberikan alasan yang cukup untuk mencegahku agar tidak langsung meracunimu sampai mati karena membuatku menjadi pembantu si Krav dengan kenekatanmu menyusup ke akademi. Zoenoel juga menugaskanku untuk melatihmu dan memintaku memberikan semua informasi tentangmu padanya."
"Apa saja yang diberitahukannya padamu?" tanya Clarine.
"Kau mau memberiku apa sebagai gantinya?" Dazt balas bertanya.
Clarine mendengus, ia tidak tertarik melakukan kesepakatan dengan Dazt saat dirinya bahkan kurang bisa berpikir jernih. Clarine baru saja berniat untuk kembali diam saat keajaiban terjadi, Dazt menjawab pertanyaannya tanpa imbalan.
"Zoenoel mengetahui soal perjodohan kalian serta beberapa hal buruk lain tepat sehari sebelum kalian bertemu. Fransisca, neneknya Zoenoel, menitipkan sebuah jurnal sebagai hadiah ulang tahun yang ke delapan belas. Jurnal itu berisi: Cara Membuat Zoenoel Zafier Woranz Bisa Berubah Menjadi Kucing Dan Memiliki Jodoh Yang Terikat Dengan Segel.
KAMU SEDANG MEMBACA
CONNECTION
FantasyBuku Ketiga dari empat buku dalam seri T.A.C.T. (Fantasy - Romance) Apa yang akan kamu lakukan saat mengetahui kalau dirimu dijodohkan dengan lebih dari satu orang? Atau ketika seseorang yang kau ketahui berniat menyakitimu kini memegang kekuasaan d...