"Hai Clarine."
Sekali lagi, Tante Sayang nyaris membuat Clarine kena serangan jantung dengan keberadaannya yang tak terduga di dalam kamar. Hari sudah malam dan mendapat kejutan mendadak seperti ini, jelas tidak baik untuk kesehatan jantung Clarine.
"Hari yang menyenangkan, bukan begitu?" tanya Tante Sayang
Clarine mengangguk sebagai respons. Dirinya masih sibuk menenangkan ritme jantung serta memikirkan apa yang akan dilakukan Tante Sayang selanjutnya.
"Ini juga malam terakhir aku menginap," lanjut Tante Sayang. "Jadi mari kita langsung saja. Aku ingin kita menyelesaikan beberapa urusan sekarang."
Tante Sayang tiba-tiba melakukan hal tak terduga. Ia berlutut dengan satu kaki dan mempersembahkan sebuah kotak merah kecil. "Ini hadiah perpisahan dariku."
Clarine mengerutkan kening. Tindakan mirip prosesi lamaran di drama romantis jelas tampak menggelikan jika dilakukan oleh Tante Sayang padanya.
"Bukalah." Senyuman Tante Sayang tetap merekah, sama sekali tak terpengaruh dengan ekspresi horor di wajah Clarine. "Oh ayolah Clarine, umurku sudah tidak memungkinkan persendianku untuk bertahan lama dalam posisi ini."
Merasa tak enak, Clarine mengambil hadiahnya.
Tante Sayang pun bangkit berdiri dan menatap Clarine dengan bersemangat. Ia menanti Clarine untuk membuka si kotak merah.
Untung saja tidak ada cincin di dalam hadiah tersebut. Hanya ada sebuah kotak kado mungil berwarna biru, lengkap dengan lilitan pita kuning. Namun, saat Clarine mengeluarkannya, kado tersebut membesar 3 kali lipat seperti balon yang ditiup.
"Ah belum terlihat isinya, kau belum beruntung. Ayo coba lagi." Tante Sayang bertingkah seakan dirinya pembawa acara kuis berhadiah.
Clarine membuka kotak kado tersebut dan sekali lagi ia menemukan kotak kado lainnya. Seperti sebelumnya, begitu kotak itu dikeluarkan, benda itu bertambah besar dan bertambah berat.
Kemungkinan isinya adalah cincin jelas sudah tidak ada lagi. Clarine mulai bersemangat membuka-buka kado berbagai bentuk dan ukuran yang ditemukannya. Hingga akhirnya Clarine mengeluarkan sebuah buku, alih-alih kotak kado lainnya.
Tante Sayang bertepuk tangan dan mengucapkan selamat.
"Petunjuk Manual Pencari?" Clarine membaca judul buku di tangannya.
"Buku itu kutulis ulang dengan tanganku sendiri. Namun sebagian besar isinya berasal dari para leluhur dari setiap generasinya. Aku hanya menambahkan beberapa tips dan trik yang cukup kekinian." Tante Sayang menjelaskan dengan bangga sebelum mengusulkan, "Sebaiknya kau berbaring sekarang. Akan ku berikan kisahku sebagai cerita pengantar tidurmu."
Selimut Clarine tiba-tiba tersingkap dan badan Clarine melayang menuju ke tempat tidur. Tak ada sensasi apapun sebagai tanda penggunaan segel. Namun Clarine melihat sendiri Tante Sayang menggambar segel.
Tante Sayang tersenyum semakin lebar saat Clarine memandangnya penuh tanya. Ia menunggu sampai Clarine berbaring dan diselimuti sebelum kembali bersuara. "Yah, kau benar. Aku berbakat, dan diriku keturunan keluarga Amamesa. Nama keluargaku sudah lama hilang karena kami sebagian besar perempuan. Namun itu bukan bagian yang penting.
"Kisah yang ingin kuceritakan berawal dari masa yang sangat jauh. Dimulai dari orang pulau pertama yang berhasil menyelinap pergi dan beranak pinak di luar sana, tanpa menyadari bahwa beberapa keturunan mereka akan dianugerahi bakat istimewa. Adalah tugas keluargaku untuk mencari dan membawa para keturunan spesial itu ke tempat seharusnya. Bukan tugas yang mudah. Apalagi dalam keluargaku jarang ada yang berbakat. Keturunan yang tak berbakat berarti juga tidak memiliki kemampuan istimewa dalam mendeteksi bakat orang lain. Karena itu, ibuku menjadi bersemangat dengan percobaan nenekmu. Menambah populasi akan sangat membantu.
KAMU SEDANG MEMBACA
CONNECTION
FantasyBuku Ketiga dari empat buku dalam seri T.A.C.T. (Fantasy - Romance) Apa yang akan kamu lakukan saat mengetahui kalau dirimu dijodohkan dengan lebih dari satu orang? Atau ketika seseorang yang kau ketahui berniat menyakitimu kini memegang kekuasaan d...