**Penggemar Zoenoel saya sarankan tidak melanjutkan bacaan Anda.**
= = = = = = =
"Sudah selesai? Cepat sekali." Pernyataan Dazt menyambutku kembali ke kamar. Pemuda itu masih saja menyamankan diri tanpa izin di atas tempat tidur. Ia bahkan tidak tampak bersalah setelah mengacak-acak baju yang akan kumasukan ke dalam koper.
Kutahan kekesalanku dan segera mengalihkan pembicaraan sebelum Dazt semakin berulah. "Apa kau benar-benar membuka Arena Duel untuk dijadikan tempat pengungsian saat Pengkor melakukan aksi penyerangan?"
"Aku sendiri tak paham bagaimana diriku menjadi sangat boros untuk kepentingan orang lain," gumam Dazt. "Kau sudah menularkan sifat yang cukup merugikan."
"Tetapi kau menyelamatkan nyawa banyak orang," tegasku.
"Ya. Hanya saja aku sedang malas mengingat bagaimana uangku lenyap begitu saja, mari bahas soal Zoenoel saja. Kenapa perbincangan kalian cepat sekali? Ini hari terakhirmu di pulau, tidakkah kalian seharusnya menghabiskan waktu bersama lebih lama?" Dazt bangkit berdiri seraya memasang senyuman mengejeknya. Pemuda itu bahkan melangkah mendekatiku untuk berbisik. "Apa dia sudah memberikanmu ciuman perpisahan?"
"Kenapa? Kau juga mau?" tuntutku.
Satu alis Dazt terangkat tinggi. Ekspresi bingung pemuda itu nyaris membuatku tersenyum menang dan balas mengejek. Namun cerita Maery tentang kengerian penyerangan pengkor dan sosok Dazt yang menjadi salah satu pahlawan berpengaruh kembali terlintas di benakku. Entah bagaimana, aku sudah mencondongkan badan dan mengecup pipi kanan pemuda itu.
"Terima kasih karena sudah menolong mereka," ujarku sebelum melangkah menjauh dan mencari kesibukan dengan baju-baju yang belum selesai kukemas. Pujianku tulus, tetapi tindakkanku jelas diluar rencana. Aku bahkan langsung merutuki kebodohanku.
"Boleh minta tambah?" ujar Dazt seraya menyusulku. "Aku menyelamatkan begitu banyak orang dan mengalami banyak kerugian finansial. Aku bahkan melawan beberapa anggota pengkor dalam adu fisik. Setidaknya berikan aku satu kecupan yang lebih lama. Kalau kau malu, aku membawa ramuan pengabur ingatan dengan dosis yang cukup untuk kita berdua melupakan satu kecupan perpisahan."
Dazt mengeluarkan satu botol ramuan dan meletakkannya di atas tempat tidur. Ia pun memandangku dengan tatapan permohonan yang tak pernah kulihat sebelumnya.
Melihat seorang Dazt merengek seperti bocah jelas membuatku tersenyum. Sialnya pemuda itu mengartikan lain senyumanku. Dengan tangkas ia sudah menariku mendekat.
"Selamat menikmati," gumam Dazt sebelum ia benar-benar menyerang bibirku.
Berbeda dengan Zoenoel yang terkadang menahan diri, buru-buru atau terlalu bernapsu. Ciuman dengan Dazt berkesan lembut. Zoenoel selalu mendominasi tetapi Dazt justru lebih banyak memancingku untuk menjadi pihak yang dominan. Anehnya, aku terpancing. Benar-benar memalukan, sekaligus memabukkan.
Momen itu menjadi cukup manis dan aku mungkin akan lebih kehilangan kewarasan jika lebih lama dalam situasi ini. Jadi begitu Dazt sedikit menarik diri, aku segera melangkah mundur.
"Waktunya minum ramuan," ujarku sambil menghindari tatapannya.
"Bisakah aku mengingat ini?" rengek Dazt.
"Tidak," jawabku kelewat tegas. Bujukan Dazt tidak mempan kali ini. Aku terlalu khawatir dengan segala konsekuensi yang mungkin muncul di kemudian hari karena tindakan kami.
"Baiklah," gumam Dazt akhirnya.
Meski enggan, aku memaksakan diri untuk melirik pemuda itu. Aku harus memastikan ia benar-benar meminum ramuannya.
"Terima kasih Clarine." Dazt menampilkan senyuman manisnya lalu meneguk ramuan dengan ekspresi tak ikhlas.
Sebelum Dazt kembali sadar setelah efek ramuan, aku segera menyembunyikan botol ramuan di tangannya dan aku sendiri tidak meminum ramuan apapun.
= = = = = = =
Jika kau tanya pendapatku, Clarine tidak butuh 5 tahun untuk membuat keputusan. Pada hari itu juga, Clarine sudah memilih.
(21 Agustus 2019)
KAMU SEDANG MEMBACA
CONNECTION
FantasíaBuku Ketiga dari empat buku dalam seri T.A.C.T. (Fantasy - Romance) Apa yang akan kamu lakukan saat mengetahui kalau dirimu dijodohkan dengan lebih dari satu orang? Atau ketika seseorang yang kau ketahui berniat menyakitimu kini memegang kekuasaan d...