"Aku akan memberitahu orang tuaku tentang identitas Eucharistia, pekerjaanku, dan beberapa hal lainnya," ujar Clarine kepada sosok Doroty yang bergelung tidur. "Maery akan membantuku dan kami akan menginap di sana akhir pekan ini. Aku memberitahumu agar kau ... tak perlu datang ke sini dan beristirahat dengan nyaman di kamarmu."
Doroty tidak memberikan respons.
Clarine mengembuskan napas berat. Selama beberapa saat, ia hanya memandangi Doroty. Walau Clarine tak tahu apa sebenarnya alasan Zoenoel ada di kamarnya, Clarine ingin menyakinkan pada dirinya sekali ini saja, bahwa Zoenoel datang menjaganya karena pemuda itu benar-benar peduli. Bukan karena kewajiban, bukan karena tarikan segel atau apapun, tetapi karena pemuda itu ingin menjaganya.
Tanpa sadar, Clarine tertidur dengan posisi duduk di lantai dan kepala di sofa, tepat di samping Doroty. Namun, keesokan paginya Clarine justru terbangun di atas tempat tidur.
Sosok Doroty tak terlihat di mana pun. Jadi, sebelum suasana hati Clarine kembali gundah, ia segera bersiap.
Cuaca di luar tampak suram dengan mendung dan gerimis. Clarine hampir mengira Maery akan terlambat saat ia mendengar suara klakson menggema. Mobil pick-up Maery tampak sudah terpakir di depan rumah tepat waktu. Clarine pun segera meraih payung dan menghampiri jemputannya.
Langkah Clarine tiba-tiba terhenti saat ia melihat Maery tidak sendiri.
"Apa yang kau lakukan di sini Dazt?" tuntut Clarine.
"Aku tidak mungkin membiarkan dua gadis bepergian jauh tanpa pengawalan." Dazt menampilkan raut wajah serius yang kentara dibuat-buat.
"Kami baik-baik saja, kau bisa pulang," usir Clarine.
"Sayangnya, kau akan sangat membutuhkanku Honey." Ekspresi Dazt kembali berubah. Kali ini senyuman lebar terpampang di wajahnya. "Kecuali kau tahu bagaimana membuka segel pengunci memori yang terpasang pada setiap Kaum Nonberbakat yang berpergian keluar pulau. Termasuk kedua orang tuamu."
Clarine lupa soal kebijakan penguncian memori. Sekarang ia sama sekali tidak bisa membantah. Bagaimana bisa Clarine menceritakan perihal jati dirinya sementara saat ini kedua orang tuanya sedang dibuat tidak mengigat apapun soal Kaum Berbakat? Namun, bukan berarti Clarine akan membiarkan Dazt menang dengan mudah.
"Bagaimana kau bisa tahu segel semacam itu?" tuntut Clarine.
"Aku punya beberapa kenalan yang berguna dan aku tahu bagaimana memberdayakan mereka."
"Memberdayakan huh?" sindir Clarine.
"Oh, ayolah Clarine. Naiklah," bujuk Maery. "Hujannya semakin keras dan kau akan basah kuyup."
Clarine melirik satu-satunya tempat duduk yang tersisa. Maery berada di belakang kemudi dan Dazt mengambil posisi nyaman di sisi jendela. Tempat Clarine dipastikan berada di tengah-tengah. "Kenapa bukan kau yang mengemudi?" tuntut Clarine kepada Dazt.
"Itu adalah sebuah keberuntungan, mobil ini pemilih. Ia tidak mau merepotkanku." Dazt mengusap-usap dasbor di depannya dengan sayang.
"Kalau begitu kita cari mobil lain," seru Clarine.
"Sudahlah Clarine. Naik dan duduklah dengan tenang. Jika kita terus membuang waktu, kita akan ketinggalan kapal." Maery berusaha membujuk, tetapi senyuman mencurigakan di wajahnya sangatlah kontras.
Dengan berat hati, Clarine mengambil tempatnya. Hujan semakin deras sehingga tidak mungkin Clarine duduk di bagian belakang mobil.
"Apa kau juga akan mengatakan soal Zoenoel yang menjagamu setiap malam?" tanya Dazt beberapa menit setelah mereka berkendara.

KAMU SEDANG MEMBACA
CONNECTION
FantasiBuku Ketiga dari empat buku dalam seri T.A.C.T. (Fantasy - Romance) Apa yang akan kamu lakukan saat mengetahui kalau dirimu dijodohkan dengan lebih dari satu orang? Atau ketika seseorang yang kau ketahui berniat menyakitimu kini memegang kekuasaan d...