19. Rumah Tua Keluarga Woranz

9.6K 1.1K 163
                                    

Begitu Clarine sepenuhnya menembus jenasah Rafelo, ia sudah berada di sebuah trowongan lain. Kali ini semua sisi dilapisi oleh besi dan terdapat barisan lentera di dinding sebagai penerangan. Di sini, Clarine sama sekali tidak merasakan perlindungan yang melingkupinya.

"Jalan rahasia, siapa sangka," seru Dazt saat menyusul Clarine. "Kau sudah bisa berjalan sendiri? Kurasa perjalanan romantis kita sekarang berganti petualangan horror. Hebat sekali."

Mengabaikan gerutuan Dazt, Clarine melangkah menyusuri trowongan. Ia masih harus sesekali menyangga tubuhnya ke dinding, tetapi Clarine menolak dengan tegas untuk meminta bantuan Dazt.

Walaupun sudah tidak terasa sensasi perlindungan di torongan ini, Clarine masih merasakan beberapa sensasi yang diyakininya sebagai jebakan di beberapa tempat. Jadi, berulang kali Clarine menyerukan instruksi kepada Dazt agar pemuda itu tidak melewati sensor yang dipastikan akan memicu jebakan.

Setelah melewati beberapa meter trowongan dengan serangkaian jebakan, mereka akhirnya berakhir di sebuah balkon yang terhubung dengan anak tangga besi ke lantai atas dan lantai bawah.

Anak tangga ke bawah menuju pada lapangan yang luasnya dua kali lapangan bola, sementara anak tangga ke atas menghubungkan tiga lantai lainnya.

Clarine dan Dazt menjelajahi tempat itu mulai dari lantai teratas. Sebagian besar ruangan berisi halang rintang atau peralatan untuk latihan militer. Sisanya berupa barak atau bilik-bilik yang nyaris seperti penjara.

"Whoa, kurasa ini kamarnya Rael. Ayo mampir." Dazt tiba-tiba berhenti di depan sebuah pintu besi dengan ukiran yang menyerupai rumput tak beraturan, sama sekali tidak dimengerti Clarine.

"Kamar Rael?" tanya Clarine, ikut berhenti.

"Yup, Tidakkah kau baca sandi rumput yang tertera di pintu ini? Goresan-goresan ini berarti: tempat pribadi, Rael." Tanpa tindakan perlindungan diri apapun, Dazt dengan santai mendorong pintu di depannya.

Untung saja tidak ada jebakan yang menanti Dazt di balik pintu. Mereka hanya menemukan sebuah tempat tidur, lemari, meja dan sebuah kursi yang semuanya terbuat dari besi. Meski begitu, hiasan dinding yang ada cukup membuat Clarine bergidik. Berbagai jenis senjata berbaris rapi di sebagian besar pemukaan dinding.

"Pantas saja Rael tampak nyaman dalam kurungannya. Jelas sekali kita memberikan kamar yang lebih layak daripada yang ia miliki di sini." Dazt berjalan berkeliling sementara Clarine hanya berdiri diam di samping pintu.

"Whoa Rael menguasai kapak ini sejak umur 6 tahun?" Seru Dazt seraya membaca catatan-catatan yang berada di bawah masing-masing senjata. "Mereka jelas memiliki definisi berbeda soal tempat bermain, kamar dan mainan para remaja."

"Ayo lihat tempat lain," ajak Clarine. Ia merasa tidak nyaman berada terlalu lama di tempat itu.

Dazt menurut, pemuda itu ikut berjalan keluar dan mereka pun melanjutkan penjelajahan mereka.

Setelah barisan kamar, mereka menjumpai berbagai macam ruangan lainnya. Namun hanya satu ruangan di mana Clarine bertahan lebih lama dari satu menit. Tempat itu adalah sebuah ruangan yang berisi perlengapan perakitan bom.

Clarine benar-benar terpaku menatap sebuah bungkusan yang terletak di atas meja. Bungkusan tersebut tampak sama dengan bom yang tadi diletakannya di ruangan Profesor Agristi.

"Ayo pergi dari sini." Untuk ke sekian kalinya Clarine mengajak Dazt pergi. Namun kali ini yang ia maksudkan bukan hanya keluar dari ruangan, tetapi dari tempat yang ia yakini adalah rumah para Tangan Bayangan ini. Gambaran sosok Zoenoel yang sedang merakit bom tiba-tiba muncul di kepala Clarine dan membuatnya mual.

CONNECTIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang