Bab 17 : Yes Baby, It's You...!

2K 100 2
                                    

Zarra melipat mukena yang barusan dikenakan.

Isya sudah lewat, Abichandra dan keluarganya bisa mengetuk pintu rumah kapan saja.

Entah berapa lama Zarra terduduk di atas sajadah, mendengarkan degup jantungnya sendiri.

Haduuuuuh, jantung Zarra dag dig dug tak bisa diajak kompromi. Membuatnya serba salah, campur aduk rasa hatinya.

Rasanya masih sulit percaya sebentar lagi Abichandra akan datang. Abi kesayangannya. Mimpikah ini? Atau nyata? Kenapa begitu indah...

Setahun lalu yang rasanya baru kemarin, pertama kali Zarra jalan pulang bareng Abichandra. Tak sengaja itu juga. Hanya karena Abichandra tak tega meninggalkannya sendirian di perpustakaan menjelang magrib di sekolah. Sungguh kebetulan yang menyenangkan!

Selama ini Zarra merasa hidupnya selalu sial tapi Abichandra hadir memberikan perlindungan dan kedamaian. Aneh si cowok sempurna itu malah memilihnya dibandingkan gadis-gadis lain. Padahal dirinya tak memiliki kelebihan apapun. Tak ada, bahkan cenderung merepotkan. Suatu keajaiban Abi bisa suka padanya.

Duhai waktu, bisakah berjalan lebih lambat? Atau cepatkan saja sekalian biar masa menegangkan ini terlewatkan!

Berkali-kali Zarra mengecek waktu di smartphonenya. Pukul berapa ini?
Oh, jam 8 lewat sepuluh. Masih lama nggak kira-kira? Benar kata orang, menunggu itu nggak enak. Apalagi nunggu kepastian.

Kemudian...

Dari luar rumah terdengar decit mobil yang berhenti di pelataran.

Lalu...

"Assalamualaikum...!" suara cowok yang sudah familiar tiba-tiba kedengaran di luar rumah.

Zarra terkesiap, perasaannya jumpalitan. Aaaaaah! Itu dia pangeranku datang...! pekiknya dalam hati.

Tidak ada jawaban salam dari mama. Tentu saja tidak. Agama bukan prioritas baginya.

"Eh, ayo silahkan masuk..." kata mama Zarra elegan pada tamu-tamunya setelah membuka pintu.

"Zarra...! Ada Abi!" panggilnya.

Malam ini mama Zarra memakai gaun panjang hitam yang sopan, rambut pirangnya dibiarkan tergerai. Syukurlah, biasanya dandanan mama lumayan seksi.

Om Haris sudah menunggu mereka di ruang tamu. Bergaya rapi kayak setelan hariannya. Kemeja kasual dan jins.

"Ini ada oleh-oleh sedikit, bu" mama Abichandra bersuara. Menyerahkan beberapa bingkisan kue.

"Oh, makasih. Jadi ngerepotin." mama Zarra menerimanya dengan sopan.

Didalam kamar, Zarra mengusap-usap dada. Ya Alloooh! Setelah Abi dateng, kenapa rasanya pingin jadi burung unta, bikin lubang di situ, masukin kepala dan nggak usah keluar-keluar lagi!

Suntikan rasa panas menjalari wajah Zarra, malu rasanya membayangkan apa yang akan terjadi diluar sana.

Proses taarufnya!

Tapi nggak mungkin selamanya bersembunyi. Masa pangeran datang mau dianggurin?

Akhirnya setelah belasan kali narik napas panjang, Zarra melipat sajadahnya lalu memaksakan diri melangkah keluar kamar.

Bismillahirohmanirrohiiim...

Di ruang tamu sudah ada mama, ayah, Andatari dan Saka yang tersenyum cerah ceria menyambut kedatangan Zarra, duduk mengelilingi sofa. Herannya, Abichandra justru menunduk aja.

Om Haris dan mama duduk di sofa seberang mereka, menyisakan satu tempat kosong untuk anak gadisnya.

Tapi kemana Rey? Dia tidak ada di tempat itu.

My Heart Destiny (Sedang Proses Diterbitkan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang