Di atas ranjang Abichandra, Wisnu curhat."Bi, aku kepingin banget bisa nyaksiin kamu nikah, tapi susah ngelobi si Babe. Katanya urgent, dua hari lagi aku kudu pulang ke Medan. Si Babe mau buka cabang jadi aku kudu jagain kios satunya, bantuin si Mamak, " keluh Wisnu murung.
Wajahnya ditekuk macam baru mengendus bau belacan. Beginilah nasib anak perantauan temporari, kapanpun dipanggil untuk pulang, ya harus kembali. Tangan Wisnu membuka-buka helaian komik Detektif Conan koleksian Abichandra tanpa sedikitpun berminat membacanya.
Abichandra menjeda selancaran dunia maya via laptopnya di meja belajar. Tadi dia sedang asyik menggali informasi mengenai kampus barunya, termasuk kost-kost an yang ada di sekitar sana.
Zarra bilang kepingin banget kuliah sastra Prancis atau Inggris, perkara dimana kampusnya nggak jadi masalah. Lucunya, kata si mama, gadis itu belum browsing sama sekali tentang rencana kuliahnya.
Kalau Zarra pingin masuk sastra Inggris, pilihan kampusnya banyak banget. Baik di negeri atau swasta sudah bertebaran. Tapi untuk menjadi anak Sasper alias Sastra Prancis, setahu Abichandra pilihannya agak terbatas.
Kampus sastra Prancis di Bandung itu adanya di UNPAD dan UPI, semuanya universitas negeri yang harus melewati ujian saringan masuk nasional. Selainnya ada di luar Jawa Barat, paling banter UI yang agak deketan sama Bandung. Eh, tapi sebisa mungkin jangan LDR-an lah. Benar kata si Chandra waktu itu, nggak seru pengantin baru harus menjalani hubungan jarak jauh.
Hmm kenapa Zarra malah nyantai-nyantai aja nggak ikut test SMBPTN kemarin? Zarra...Zarra...
Atau dia pingin kuliah di swasta aja? Ada sih jurusan Sasper di STBA. Jadi, gadis itu kepingin kuliah dimana sebenarnya? Entar deh ditanyain. Biar kebayang nentuin alamat kost-an yang akan mereka tempati setelah nikah nanti, supaya letaknya di tengah-tengah. Tak jauh dari ITB maupun kampus Zarra.
Balik ke urusan Wisnu, perhatian Abichandra sudah beralih dari laptop sepenuhnya ke sahabatnya. Mendengar niatan pulang kampungnya Wisnu ke Medan, duh...bohong banget kalau nggak ada rasa sedih yang terasa, setelah 3 tahun barengan dan selalu satu bangku pula.
Abichandra mendekati Wisnu. Ikut duduk diatas ranjang bersamanya. Dilihatnya mata si jumbo telah meluruhkan butiran-butiran embun. Yah...yah...nangis deh tuh anak, semoga tidak menjadi gemericik sungai yang membanjiri kamar, bisa repot Abichandra menenangkannya.
"Kenapa waktu kok cepet banget berlalunya ya, Bi? Perasaan baru kemaren kita masih kelas X, diospek bareng, masuk OSIS, becandaan, jajan di kantin bi Cucun, kemping, ledekin Arifin, liwet party, tapi sekarang kita harus pisah aja..." ucap Wisnu terbata-bata, berjuang mengendalikan emosi yang menghentak-hentak. Tangannya menyusut buliran air yang mengalir di pipi menggunakan kaos oblong nya sendiri. Emang dasar kelewat sensitive cowok itu.
"Emang sunatullahnya begitu, Wis. Tiap yang dikandung akan lahir dan tiap yang lahir akan mati. Semua berputar sesuai masa yang telah ditentukan. Walaupun kita udah lulus dan jalani hidup masing-masing, kan masih bisa ketemuan atau minimal vi-call an atau whats-uppan. Seribu jalan buat silaturahim dimudahkan teknologi kekinian di jaman sekarang mah," kata Abichandra menghiburnya.
Tangis Wisnu mereda, namun belum berhenti. "Iya, tapi momentumnya itu loh, Bi. Kagak bakal bisa balik lagi. Sekali kita lulus SMA ya udah nggak bakal bisa balik lagi jadi anak SMA..."
Abichandra tersenyum tipis. Habisnya mau gimana? Masa mau jadi anak SMA selamanya? Kan nggak mungkin banget.
"Perpisahan bukan akhiran, Wis. Itu hanya awal kisah yang baru. Di depan sana, Allah akan ngasih kita petualangan hidup yang lebih menantang sebagai pembelajaran, untuk kita ambil hikmahnya. Tanggal ini di tahun depan, kamu juga mungkin udah jadi bos besar dan punya istri cantik. Seru, kan?" lanjut Abichandra.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Heart Destiny (Sedang Proses Diterbitkan)
EspiritualA sequel of My Truly Destiny. Abichandra keheranan karena sohib-sohibnya berubah. Sudah kelas XII, bukannya tambah rajin belajar, Arifin CS yang notabene ex pengurus inti OSIS malah sering bolos sekolah. Dipandu rasa penasarannya, Abichandra pun tur...