Akhir Desember 2017 sepulang sekolah, Zarra menerima satu pesan what's up yang membuat dadanya berdebaran.
"Assalamualaikum, Zarra. Insya Alloh malam minggu ini aku & keluargaku pingin main ke rumah kamu. Boleh?"
Dari Abichandra!
Zarra menggigiti jempol tangan kanannya berulang-ulang. Mondar-mandir gelisah di kamar. Dibacanya berulangkali what's up dari Abichandra, bingung harus bagaimana memberikan jawabannya. Masalahnya, dia belum pernah cerita perkara niatan Abichandra ke mamanya.
Gimana mau cerita, Mama dan Om Haris aja sibuk melulu ngurusin persoalan pribadinya. Aduuh gimana ya... batin Zarra resah.
***
Abichandra mengerling smartphone miliknya.
Sekali, dua kali, tiga kali dan wah...tak terhitung sudah berapa kali dia mengerling ponsel yang diletakkan di atas meja. Resah melanda. Hampir seharian dia menunggu jawaban Zarra tapi hasilnya nihil.
"Emang mesti minggu ini taarufnya, Bi? Mepet banget ke try out atuh. Nanggung. Mending nanti aja habis beres ujian nasional sekalian!" Andatari menyarankan. Dia jadi kebawa tegang melihat keresahan Abichandra.
Sore itu, mereka sedang makan bapau berdua di balkon depan kamar Saka, menikmati suasana hujan rintik-rintik di luar. Romantis banget memang duo kakak-adik itu.
"Terlalu lama, Kak. Makin diundur malah makin nggak jelas. Kasian Zarra entar nyangkanya di PHP in sama aku, lagi," Abichandra berkilah.
"Huu! Geer. Kamu aja yang ngebet kali, Bi!"
"Hahaha. Iya juga, sih."
"Dasar. Kalo luka kamu gimana, Bi? Lihat, dong!" Tangan Andatari bergerak hendak membuka kaos oblong Abichandra dari samping.
"Eh, apaan sih. Malu tau, Kak...!" Abichandra menolak keras, menepiskan tangan kakaknya.
Belakangan, Andatari, Saka, ayah & mama memang tambah ekstra sayang dan perhatian sama si bungsu. Merinding kalau inget betapa nyarisnya Abichandra pergi untuk selamanya di malam Sinumbra yang mencekam itu. Ih, ngeri ah! Nightmare!
Lain situasi di rumah Abichandra, lain pula di tempat Zarra.
"Ma..." Zarra memulai.
Malam itu Om Haris, Mama, Rey dan Zarra sedang makan malam keluarga di salah satu restoran di Bandung. Mumpung suasana hati om Haris lagi bagus dan mama juga nampaknya bertekad mengubur kapak peperangan.
Zarra merasa inilah kesempatan terbaiknya untuk bercerita.
"Rencananya Abi sama keluarganya mau main ke rumah kita malam minggu nanti..."
Mama dan Om Haris keheranan. Rey malah sampai batuk-batuk keselek mendengarnya.
"Ngapain, Zar? Si Abi mau ngapel? Kok rame amat ngapelin kamunya..." tanya mama, ketawa-ketawa.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Heart Destiny (Sedang Proses Diterbitkan)
SpiritualA sequel of My Truly Destiny. Abichandra keheranan karena sohib-sohibnya berubah. Sudah kelas XII, bukannya tambah rajin belajar, Arifin CS yang notabene ex pengurus inti OSIS malah sering bolos sekolah. Dipandu rasa penasarannya, Abichandra pun tur...