13

2.8K 190 20
                                        

Happy reading gengs, dont be silent reader ya😟😟😟😢😢 nanti authornya mewekloh😅😥😢😟

Bekicot eh cekidotttt!!!😂

***

Matahari sudah tidak menampakan dirinya, menenggelamkan dirinya tanda bahwa pekerjaannya selesai hari itu dan akan kembali bekerja hari berikutnya.

Digantikan oleh malam dan malam ini bintang dan bulan yang bekerja menghiasi langit.

Setelah membersihkan diriku dan menulis surat Izin untuk Vero, aku pun langsung membaringkan tubuhku di tempat tidurku, memejamkan mataku untuk beberapa menit. Terusik saat setelah mendengarkan suara Mama memanggilku dari lantai bawah.

"Syifa, kamu gak makan malam sayang?? Kalau makan, turun ke bawah ya!"

Aku hanya diam mendengarkan Mama selesai berbicara lalu berdiri mematikan lampu kamarku.

Aku dengan cepat duduk di atas tempat tidurku dan menyilangkan kedua kakiku seperti seseorang yang sedang bertapa.

"Tahan, tahan, tahan." Aku bergumam pelan berusaha menekan keinginan membasmi semua makanan dibawah sana.

Aku memejamkan mataku, menekan perutku yang sudah mengeluarkan bunyi dan aku pun terus bergumam.

Kriieeeetttt.

Aku mendegar suara pintu kamarku berderit seperti ada seseorang yang membukannya, angin tiba-tiba berhembus pelan dari arah jendelaku.  Suasana horror menyergapku dan seluruh penjuru kamarku.

Aku membuka mataku pelan karena merasa ada seseorang yang mengawasiku dari arah jendela.

Aku mengalihkan pandanganku ke arah jendela, jantung berdegup kencang melihat seseorang yang berbadan tinggi dibalik gorden dengan membawa sebuah pisau di sebelah tangan kanannya dan di tangan kirinya membawa sebuah piring dengan sesuatu seperti daging didalamnya.

Dia menggesekan pisaunya ke piring tersebut dan menusuk-nusuk sesuatu yang berada di piring tersebut.

Jangan-jangan itu pembunuh berantai yang haus daging manusia?

"Siapa itu?" Ucapku dengan nada suara yang sedikit bergetar karena takut yang mulai menyelimutiku.

Dia berjalan maju ke arahku, wajahnya tidak terlihat jelas karena gelap kamarku.

Aku meringkuk ke balik selimutku dan mulai menabgis pelan.

"J...jj.jangan berani-berani maju atau aku teriak nih, aku teriak nih..," ucapku mengumpulkan sedikit keberanianku untuk menakutinya tapi kenyataannya akulah yang sangat takut sekarang.

"Aduh kenapa tu gorden panjang banget sih. Mukanya ketutup terus." Gumamku.

Dia berlari ke arahku, "huargghhh!!!!"

"Verroooooo!!!!" Teriakku reflek memanggil nama Vero.

"Hahaha... aduh De, De. Itu aja takut sampai nangis pula."

Aku menangis tersedu-sedu dan melihat sekilas bang Fahri yang terguling-guling tertawa.

Aku melemparkan semua barang yang ada didekatku ke arah bang Fahri.

CEWEK Gendut In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang