Sampai kapan aku kan menanti, oh tuhan tolong kuatkan hati ini, hanya dia nafasku kembalikan padaku karna terlalu lelah jiwaku menunggu
Mike mohede-Sampai kapanAuthor pov
Tiga tahun berlalu,berlalu tanpa kehadiran sang pemilik hati nya. Tidak hanya itu,mungkin saat ini raga dan jiwanya terasa hilang juga. Dia pembuat tawa serta detak jantung yang tak karuan kini telah pergi meninggalkan sang pujaan
Bagaimana bisa? padahal dulu dia sendiri yang berkata untuk jangan pergi karena tidak ingin kehilangan untuk kedua kali. Tapi apa! dia mengingkarinya, bahkan dengan cara berpisah yang menyedihkan,apa sesulit itu untuk mengucapkan perpisahan secara langsung, setidaknya itu akan membuat hati lega karena saat dia pergi masih ada satu kali tatapan untuk diingat
"la, ayo buruan foto wisuda bareng anak-anak, buat kenang kenangan" ucap seorang gadis yang tak jauh darinya itupun membuyarkan lamunannya
"lo malah ngelamun di pojokan, udah galau nya simpen dulu. Ini itu graduate kita. Hari bahagia, Ok"
ucap gadis itu sambil tersenyum memperlihatkan deretan giginya"iya iya, gue kesana" ucap lula dengan senyum kecilnya
kini lula bukanlah lula yang dulu, si cerewet, si ceria, si bawel, si pemecah suasana. Di gantikan lula yang sering murung,jarang tersenyum bicarapun seperlunya. Mereka yang ada di sekitar lula bukannya tidak prihatin akan keadaan lula,namun mau bagaimana lagi mereka tidak bisa berbuat apa apa karena semua juga tau hanya ada satu penyebab lula begini dan juga hanya penyebab itulah yang bisa menjadi sang pengobat
lula berjalan gontai menghampiri mobil milik keluarganya yang sejak tadi telah menunggunya, karena acara wisuda SMA ini juga sudah selesai. Lula memilih ingin cepat cepat pulang
"belum ada kabar juga? " tanya mama lula lembut dengan nada terkesan penuh hati hati kepada lula yang baru saja masuk mobil
lula menggelengkan kepalanya sambil diam menatap ke luar jendela tanpa menatap mamanya yang sedang bertanya. Mamanya hafal, berarti itu pertanda bahwa lula tidak ingin membahas tentang hal itu saat ini
papa lula yang sedari tadi melihat kedua wanita yang ia sayangi itu sedang berbicara hanya bisa diam, mungkin karena papa lula juga tidak ingin terus larut dalam kesedihan putri cantiknya itu
...........
Air mata. jangan bahas tentang itu, bahkan mungkin sekarang telah habis seiring berjalannya waktu, setiap memori tentang bagas muncul di situlah air mata hadir.setiap hari pertanyaan di hati lula selalu sama
Bagas sekarang lagi ngapain?
Bagas baik baik aja kan di US?
Belum ada cewek lain kan di hati kamu?
Kamu hari ini inget aku apa enggak?
Kamu gak kangen ya sama aku?
Kapan pulang?
anggap saja lula terlalu berlebihan,karena ini hanya di tingal pergi bukan mati. Tapi itu beda untuk lula, dia benar bebar gadis yang manja, lula sadar betul akan hal itu.
sepi, satu kata itulah yang kini mampu menggambarkan hatinya,terasa sangat kosong.lula juga tidak ingin berlarut larut dalam kesedihan ini sebenarnya, tapi memang hati dan pikirannya tidak selaras
"ini udah tiga tahun lo sayang" suara lembut wanita yang tidak lain adalah mama lula itupun membuyarkan lamunannya,lula melihat mamanya yang berada di ambang pintu kamarnya itu perlahan berjalan mendekatinya yang sedang duduk di tengah ranjang queen sizenya.
"mau sampai kapan?, hmm" tanya mama lula dengan mengusap pipi putrinya yang kini sedikit di basahi air mata
"sampai kapan apanya? " tanya lula berpura pura tidak mengetahui maksud mama nya itu
"mau nerusin kuliah di mana nanti kamu?" mama lula memejamkan matanya sejenak sebelum kembali dan membuka matanya untuk mengalihkan pembicaraan ini, dirasa tidak ada pengaruhnya lagi jika hal ini di ungkit ungkit terus menerus
"lula pengen ambil bisnis,pengen nerusin perusahan papa" ucap lula meyakinkan
"kamu bener minat ke bisnis emang?,mama sama papa sepakat untuk enggak ngeharusin kamu nerusin bisnis keluarga, kamu berhak nentuin masa depan kamu" kata mama lula di sertai senyum tipis
Berbicara masa depan, terasa ada yang pernah membahas itu sebelumnya. dia menginginkan lula menjadi masa depannya. Lula menunduk menatapi cincin perak yang kini masih setia melingkar di jari manisnya, di usapnya lembut cincin itu. Cincin yang bertuliskan nama afarno bagas di dalamnya itu masih menjadi sebuah misteri untuk lula, benarkah kini statusnya sebagai tunangan bagas,mana ada pasangan yang sudah mengikatnya malah pergi tanpa pamit meninggalkannya.
"mama kebawah dulu, kalo kamu laper turun aja, mama udah siapin makan malem kesukaan kamu" setelah mengucapkan itu mama lula segera pergi meninggalkan lula
Selang beberapa menit tiba tiba saja handphone lula berbunyi menampilkan satu notifikasi yang tidak biasa
one message from afarno bagas:
"apa kabar? "
hay hay sorry banget baru up hari ini setelah berabad abad gak nongol, hehehe
cuma mau nanya ama kalian menurut kalian cerita ini bagusnya di buat happy ending atau sad ending???
Terus aku buat panjang apa aku selesain aja secepetnya, supaya bisa buat new story
HeheheGive me a star for next,
KAMU SEDANG MEMBACA
Loveliest (Completed)
Teen FictionBUGH! "aduhh" sontak pria berpostur tubuh tinggi nan tegap yang sedari tadi tengah berjalan santai sambil melepas benda kecil berwarna putih yang menancap di telinganya itu menoleh ke sumber suara yang ternyata berada di belakangnya "udah bego cer...