tak perluku bermimpi yang indah karena ada dia di hidupku
Sammy simorangkir-diaAuthor pov
"gas mampir ke gramed dulu yuk" pinta lula pada bagas yang kini tengah fokus menyetir melihat ke arah jalan raya yang cukup renggang di depan kaca mobilnya
bagas menganggukkan kepalanya tanpa menoleh ke sumber suara, lula hanya tersenyum tipis karena bagas tidak menoleh ke arahnya. apakah sebegitu cueknya bagas,padahal lula hanya ingin mendapat jawaban 'iya' dari bagas. tiga huruf itu saja sudah membuat hati lula senang
honda jazz putih yang mereka kendarai itu kini telah memasuki area parkir di salah satu mall yang cukup besar di jakarta
lula pun segera turun dari mobil dengan melangkahkan kakinya cepat ke dalam mall untuk segera mencari novel incarannya dan tak menghiraukan bagas yang berjalan santai di belakangnya
"nah ini nih novel keren" ucap lula sambil melihatkan novelnya pada bagas,setelah ia berhasil mengambil novel genre fantasy berjudul Percy jackson and the lightning thief dari rak tengah yang berdampingan dengan jejeran novel fantasy lainnya
"lo suka ceritanya atau karena ada logan lerman" ejek bagas ke lula dengan mengangkat satu alisnya
sambil cengengesan lula menjawab santai "dua duanya,, hehe"
bagas hanya terkekeh melihat lula,bagas tidak begitu tertarik pada novel karena kata bagas daripada hanya melihat tulisan tidak bergerak dan bergambar mending langsung nonton filmnya yang pasti lebih seru
"lo laper nggak" suara maskulin itu mengagetkan lula karena bagas mengucapkannya tepat di samping telinga lula yang tengah asik memilih milih novel yang akan di belinya
"kenapa? mau ngajak makan ya" tanya lula antusias setelah menoleh ke arah bagas
bagas mengernyitkan dahinya sambil menggelengkan kepala
"cihh,, Geer. ngapain juga gue buang buang duit gue buat lo,kalo lo laper makanya cepet milih milih novelnya supaya bisa cepet pulang dan makan di rumah masing masing""ekspektasi gue terlalu tinggi" batin lula
....
hening,suasana itulah yang kini di rasakan lula, padahal sekarang lula sedang tidak sendirian di dalam mobil ini. mungkin lagi lagi lula harus memulai pembicaraan"gas" panggil lula dan entah dia belum memikirkan apa yang hendak ia bicarakan untuk memecahkan keheningan ini, yang pasti lula harus memanggil bagas dulu
"hmm" hanya deheman yang keluar dari mulut bagas tanpa menoleh ke arah lula
"iih bagas kok cuman hmm sih, udah gitu gak noleh lagi" kesal lula
"gue harus fokus nyetirnya la, nanti kalo kenapa kenapa lo juga kan yang kena" ucap bagas dengan tetap fokus memandang ke depan
"ya kalo di panggil tuh nengok dikit kek terus jawabnya tuh bukan hmm tapi,apa lula cantik gitu" kini lula mengatakannya dengan ekspresi wajah di manis maniskan ke bagas
"idih males abis" bagas tetap tidak menoleh ke lula
yasudahlah lula ingin langsung bertanya saja ke bagas, dari pada nanti bagas tambah membuat lula semakin geram
"ishh lo tuh,, emm gas. menurut lo gue cantik gak?" yang jelas lula menanyakan ini karena lula melihat di sekolah terbilang banyak populasi wanita cantiknya juga. Ya hanya untuk memastikan bahwa posisinya sebagai teman dekat wanita bagas aman
"B,, aja" dan kali ini kepala bagas tetap lurus melihat depan
lula sedikit melotot ke bagas dan segera menetralkan kekesalannya, sudah berteman sembilan tahun masih saja lula geram dengan sikap dingin dan menyebalkan bagas tapi lula memakluminya untung bagas ganteng,coba aja kalo tidak sudah pasti lula tonjok dari tadi
"gas,, lo jangan deket deket cewek lain ya di sekolah" berharap kali ini bagas menoleh kearahnya saat menjawab
dan benar menoleh namun hanya sekilas dan langsung menjawab
"emangnya kenapa?" tanya bagas karena kurang peka,maklumlah mungkin kaum adam memang diciptakan tidak peka terhadap kode kode dari kaum hawa karena mereka tidak di beri password atau kata sandi untuk memecahkan kode wanita dengan mudah sejak dulu"ya karena gue gak suka lo deket deket sama mereka,karena cewek yang ada di sekitar lo, cuman boleh gue dan mama lo" tegas lula
"lah,, emangnya kita siapa? " ceplos bagas langsung
KAMU SEDANG MEMBACA
Loveliest (Completed)
Teen FictionBUGH! "aduhh" sontak pria berpostur tubuh tinggi nan tegap yang sedari tadi tengah berjalan santai sambil melepas benda kecil berwarna putih yang menancap di telinganya itu menoleh ke sumber suara yang ternyata berada di belakangnya "udah bego cer...