breakfast

44 6 1
                                    

Devano mencengkeram stir mobilnya kuat menahan emosi yang bergejolak dalam hatinya, pagi ini dengan paksaan dari Harris dan Rahma Devano harus menjemput Brishia dan menhajak gadis itu keluar untuk perkenalan katanya. mau tak mau Devano harus menuruti perintah kedua orang tuanya, lagi pula ia harus berbicara kepada gadis itu agar ia mau membantunya membatalkan perjodohan tersebut.

Brishia mati-matian menahan degup jantungnya saat pekerja rumahnya memberi tahu bahwa Devano sudah menunggunya di bawah.

Brishia memegang bingkai foto yang berisi foto keluarganya, ia menatap mama dan papanya sembari tersenyum, "ma, pa, Brishia akan mencoba menaati perintah mama dan papa. ini perintah 'kan pa? kata papa seorang perwira tak akan melanggar perintah ya?" Brishia menghapus jejak air mata di pipinya

"Icia kangen mama dan papa.." katanya lirih

tok.. tok.. non kata mas Devano, non disuruh cepat kebawah.." ucap bi Surti. Brishia menarik nafas dalam-dalam, menghapus sisa air matanya, "iya bi, Ichia turun.." katanya setelahnya memberi sedikit polesan bedak untuk menutupi mata pandannya.

dengan balutan baseball skirt berwarna pastel pink dan sweater over size berwarna biru pastel membuat penampilan Brishia sangat manis, Devano memperhatikan penampilan Brishia dari atas kepala sampai ujung kaki kemudian melihat dirinya sendiri. 'bakalan dibilang om pedofil nih gue kayaknya kalo kayak gini' umpatnya dalam hati, Brishia terlihat sangat imut dengan makeup tipisnya, terlihat seperti anak SMA berbeda dengan Devano yang terlihat matang dengan kaus hitam fit to body yang di balut jaket kulit

Brishia berdiri di hadapan Devano sembari merunduk, "ngapain malah diem?" Tegur Devano

"kan aku nungguin kamu." katanya takut-takut.

"ck." Devano langsung bangkit dari duduknya kemudian berjalan keluar dari rumah Brishia yang diikuti oleh Brishia


💍💍 💍


saat perjalanan hanya ada keheningan yang menemani keduanya, dan Brishia paling tak suka suasana seperti ini, "hmm. bo-boleh nyalahin radionya nggak?" tanyanya ragu. Devano menurunkan kacamata hitamnnya menatap Brishia sekilas kemudian kembali fokus pada jalanan di depannya

"Icia gak suka hening." katanya kemudia langsung menyalahkan Radionya tanpa menunggu jawaban Devano

"Icia?" Devano menaikkan satu alisnya

"apa?" tanya Brishia dengan polosnya

"Icia siapa?"

"ohh.. waktu kecil Brishia gak bisa ngomong R karena cadel, jadi Brishia menyebutnya Icia dan sampai sekarang orang terdekat manggilnyw Icia." katanya, Devano hanya diam, kenapa ia jadi ingin tahu?

mobil Devano berhenti di salah satu lestoran mewah di kawasan Tangerang. Devano turun dari mobilnya diikuti Brishia.

"meja atas nama Devano, mbak." katanya Devano kepada salah satu pelayan, pelayan itu mengangguk sopan dan mengantarkan Devano dan Brishia kemeja yang sudah dipesan.

"ini buku menunya, mas, dik." kata pelayan tersebut. Devano menarik napasnya panjang, "besok-besok kalo jalan sama gue pakai pakaian yang lebih dewasa 'kek" katanya. Brishia yang sedang asyik melihat menu sontak menatap Devano bingung, "kenapa?"

"saya gak mau dikira pedofilin anak SMP." katanya, Brishia menahan tawanya, "mas Devano aja yang ketuaan!"

" kalau begitu batalkan saja perjodohannya." katanya enteng. Brishia langsung terdiam

"kenapa malah diam?" Brishia menunduk saat Devano menatapnya sangat intens seperti sekarang

"ini perintah."

"lalu?"

"papa bilang seorang perwira sejati gak boleh melanggar perintah." Devano menelan ludahnya mendengar jawaban Brishia

"ngebet banget ya lo nikah sama gue, hm?"

"enggak. icia hanya menaati printah terahir mama dan papa."

Devano terdiam. kemudian memanggil pelayan untuk memesan makanannya.

"apa kamu mau menikah dengan orang yang sama sekali gak cinta sama kamu? kenal aja enggak." Brishia terdiam. "sebenarnya tidak." katanya

" terus kenapa gak kamu batalkan aja?"

"Icia enggak mau mengecewakan mama, papa, om Harris dan tante Rahma."

"kamu tau kan syarat menjadi istri TNI itu gak mudah?"

"iya."

"lo tau kan banyak testnya untuk menjadi seorang istri TNI?"

Brishia mengangguk

"termasuk test keperawanan, kamu tau kan itu?" Brishia mengangkat kepalanya menatap Devano

"iya tau." jawabnya

"kamu yakin bisa lewatin test yang satu itu?" Brishia mengerutkan alisnya tanda bertanya

"maksudnya mas Deva apa?" tanya gadis itu polos

"emang kamu masih perawan? keliatannya aja polos gak tau dalemnya gimana. haha." katanya ditutup dengan tawa meremehkan. wajah Brishia memanas, ia merasa harga dirinya telah diinjak-injak

"maksud mas Deva ngomong kayak gitu apa?!" suara Brishia bergetar

"gak usah pura-pura bego. apa emang beneran bego?" Devano mengangkat satu alisnya

"Brishia masih bisa menjaga diri Brishia. Brishia masih bisa menjaga kehormatan Brishia, Brishia gak serendah itu, Mas." katanya suaranya bergetar mati-matian Brishia menahan agar tangisnya tak pecah

"sayang!" gadis cantik dengan tubuh profesional yang dibalut dress merah yang sangat kontras dengan warna tubuhnya memeluk Devano dari belakang.

"hey, babe, macet?" Devano mencium puncak kepala gadis blasteran itu kemudian menarikkan kursi untuk wanita itu duduk, persis di samping Brishia

"iya nih lumayan, padahal masih pagi udah macet aja. haftt.."

"capek ya sayang? sabar ya sebentar lagi peseannya datang kok."

"enggak kok, capeknya langsung ilang ketemu kamu!" katanya, Brishia bergidik jijik dengan tingkah pasangan didepannya

"eh, hai? kamu pasti anak yang dijodohin sama Deva ya?" gadis itu menatap Brishia dari ujung kepala sampai ujung kaki, Brishia paling tak suka di perhatikan seperti ini

"kenalin, gue Keysha. pacarnya Deva."

***

Hai guys! Thank u for reading this story, i hope u enjoyed every paragraph that I made! Because this story made by love!❤️

Don't forget to like and comment ya guys, karena satu like dari kalian sangat berharga buat aku🤗

Follow & share this account to your friends let them know this story!❤️

Have a nice day may god always bless u🥰🤗❤️

So Far AwayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang