hormati orang lain juga kalau mau dihormati

42 4 0
                                    


Cleo, Tara dan Jihan sedari tadi mengelilingi rumah megah Brishia untuk mencari keberadaan gadis itu, sudah 30 menit Cleo, Tara dan Jihan menunggu kehadiran Brishia. pasalnya setelah Brishia pamit pergi ketaman belakang rumahnya, sampai saat ini gadis itu belum terihat ditengah-tengah keluarga ini, padahal Devano sudah berada di antara keluarganya, lalu kemana Brishia?

"lo lanjutin cari gih sama bi Surti, gue mau bicara sama Devano," kata Tara, Cleo dan Jihan saling menatap

"mau ngapain lo sama mas ganteng?" tanya Cleo, "lo gak bakal nikung Brishia kan, Ra?" sambung Jihan, dahi kedua temannya langsung ditoyor oleh Tara, ia memutar bola matanya malas, "kalo ngomong yang beneran dikit kek! gue cuma pengen bicara soal Brishia sekalian nanya dimana Brishia, mana tau dia tau dimana si Ichia." kata Tara yang dijawab dengan anggukan oleh kedua temannya

"yaudah sana cari Brishia!" Tara berjalan meninggalkan Jihan dan Cleo, ia melangkahkan kakinya mendekati Devano

"psstt! psstt!" Tara mengkodekan Devano agar menoleh kearahnya, ia tak enak jika langsung menemui Devano karena banyak keluarganya

"psstt! dev!" merasa namanya di panggil, Devano menoleh kesumber suara, ia menatap Tara dengan tatapan bertanya-tanya, Tara melambai-lambaikan tangannya mengisyaratkan agar Devano menghampiri dirinya, Devano mengangkat stau alisnya kemudian menunjuk dirinya sendiri memastikan bahwa yang dipanggil oleh sahabat Brishia ini benar dirinya.

Tara mengangguk-ngangguk saat Devano menunjuk dirinya, setelah Devano bangkit dari duduknya Tara mulai berjalan perlahan menuju taman belakang rumah Brishia diikuti Devano dibelakangnya.

"ada perlu apa, Mbak?" Tara memutar balikkan badannya menatap Devano tak suka, "gausah panggil Mbak, gue bukan Mbak lo! nama gue Tara." jelasnya, Devano memutar bola matanya malas, "ada apa, Tara?" Devano menekankan setiap kalimatnnya.

Tara menyenderkan bahu kanannya pada pilar dan melipat kedua tangan didepan dada, ia menatap Devano seperti sedang meneliti bahan penelitian, "ngapain liatin saya? naksir?" tak suka ditatap intest dengan Tara Devano pun memprotes

"najis gue suka sama lo!" Tara memegang dadanya, ia harus banyak bersabar menhadapi laki-laki dihadapannya ini

"dimana Brishia?" tanya Tara To The Point

"lah, emang gue emaknya? mana gue tau."

"terahir Brishia sama lo ya! Lo apain lagi dia?" tak perlu Tara bertanya, Tara pasti sudah tahu, pasti Devano berbicara kasar lagi pada Brishia.

"apansi maksud lo?!"

"Brishia itu anak manis, walaupun almahrum papanya mendidiknya keras tapi Brishia tetap menjadi pribadi yang lembut dan gak bisa di kerasin." Tara menatap langit siang hari dengan sendu, "Brishia itu cengeng, hatinya mudah tersentuh, dia sangat penyayang dan humble, siapapun betah bersahabat dengannya." Devano menyimak cerita Tara, entahlah ia ingin mendengarkannya, ia ingin mengetahuinya wlaaupun ini tentang gadis yang ia benci

"dia kekeh pada pendiriannya, anaknya memang keras kepala dan terkadang menyebalkan karena terlalu ngeyel kalau dibilangin.

Brishia mudah berkenalan dengan siapapun, dan dia punya daya tarik tersendiri membuat beberapa lelaki menyukainya, tapi tak sedikit yang ia tolak, selama 19 tahun Brishia hidup didunia dia hanya memiliki 1 mantan, Brishia sulit jatuh cinta, tapi ketika ia jatuh cinta, maka ia akan jatuh cinta sejatuh-jatuhnya." Devano semakin menyimak cerita Tara dengan seksama

"kalau Brshia mencintai lo, tandanya lo adalah lelaki yang beruntung, Dev." Devano menaikkan satu alisnya tanda bertanya

"sudah gue bilang 'kan? dari sekian banyak lelaki yang mendekatinya tak sedikit yang dia tolak, dia sulit untuk jatuh cinta Devano.

tolong jangan sia-siakan cinta Brishia untuk lo, cinta yang Brishia miliki adalah lambang ketulusan dan kesetiaan yang tulus dari dalam hati."

Devano mengusap wajahnya frustasi batin dan pikirannya mengacau mendnegar cerita Tara

"Brishia pribadi yang penyabar dan pemaaf, tapi kalau Brishia sudah berada di tingkat lelah dan kecewa maka jangan harap lo akan mendapatkan maaf darinya." Tara menyunggingkan senyum miringnya menatap Devano dengan sinis

"hormati orang lain juga kalau lo mau dihormati." Tara mengakhiri pembicarannya dan meninggalkan Devano yang masih mematung di tempat.

So Far AwayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang