'People cry, not because they're weak. It's because they've been strong for too long'
♾Brishia yang sedang mengobrol bersama ketiga sahabatnya terpaksa harus menghentikannya saat ponsel Brishia berbunyi tanda pesan masuk. "lah, Devano?" gumamnya sembari celingukan mencari keberadaan Devano
"kenapa Ca?" tanya Tara yang melihat Brishia sedang celingukan seperti sedang mencari sesuatu. "ini Devano SMS gue," kata sembari membuka pesan dari Devano
💬Devano Prisa Danendra
'keluar. Saya tunggu di taman belakang rumahmu.'Brishia menaikkan satu alisnya, kemudian bangkit dari duduknya. "lah mau kemana, Ca?" tanya Cleo.
"Devano suruh gue ketaman belakang."
"ih.. mau ngapain? horror banget mainnya dibelakang." celetuk Jihan
"heh! palingan juga dia pengen ngomong aja sama si Icia, yaudah gih sana, Ca." kata Tara, Brishia mengangguk kemudian berjalan menuju taman belakang rumahnya.
💍💍💍
punggung tegap Devano yang dibalut Tuksedo putih lah yang menjadi pemandangan pertama Brishia saat baru menginjakan kakinya ditaman belakang rumahnya
Brishia melangkahkan kakinya mendekati Devano yang sedang berdiri menyandarkan bahunya pada pilar putih. mata elang Devano terkunci pada kolam renang dihadapannya, melihat jernihnya air bisa menenangkan sedikit pikirannya.
"ekhem," Devano tersadar dari lamunannya saat mendengar suara Brishia menyeruak diindera pendengarannya. lelaki itu memutar badannya, dan menatap Brishia singkat kemudian mengalihkan matanya untuk menatap objek lain.
"terimakasih," katanya singkat, Brishia melongo tak mengerti arah pembicaraan Devano
"un-untuk?"
"untuk jawabannya." sontak sebuah senyuman terukir di wajah manis Brishia
"terimakasih atas jawabannya, terimakasih untuk tidak mempermalukaan saya didepan keluarga saya dan terimakasih sudah membuat kedua orang tua saya senang," katanya sembari menatap Brishia, senyuman di wajah gadis itu kian mengembang, ucapan Devano kali ini membuat jantungnya berdesir, sebelumnya Devano tak pernah berucap selembut ini.
"i-iya—
"saya melakukan semua ini demi orang tua saya saja, demi profesionalisme didepan keluarga gak ada dasar papaun apalagi cinta. jadi, jangan kesenengan dulu, paham?" baru saja dibuat bahagia dengan ucapan Devano sebelumnya, sekarang Brishia harus menelan pahitnya ucapan Devano, lagi.
"kamu masih ingat 'kan? bahwa saya masih sangat menyayangi Keysha, dan kamu—
Devano menunjuk wajah Brishiagak akan menggantikan Keysha di hati saya." Devano menunjuk dadanya.
Devano sangat lihai membuat hati Brishia tergores lebih dalam lagi, Brishia masih mencoba tersenyum walau sebenarnya hatinya begitu teriris
"entah apa yang sudah kamu ucapkan kepada kedua orangtuamu dan kedua orangtua saya sampai kita dijodohkan, hebat sekali kamu mempromosikan diri ya?" Brishia menggigit bibir bawahnya kuat-kuat, rasanya tak kuat lagi mendengar kata-kata dari bibir Devano yang selalu saja menyayat hatinya
"lebih baik kamu menjadi SPG—
"De-Devano cukup! bisakah kamu berbicar sedikit halus kepada calon istri kamu sendiri?" dengan suara bergetar Brishia memberanikan diri membuka suara dan menatap wajah Devano
"hah? calon istri saya?—
"setidaknya berbicaralah lembut kepada wanita! gak sadar kah kamu setiap ucapan kamu itu menyakitkan?" Brishia menutup setengah wajahnya, matanya mulai berkaca-kaca
"minta banget saya lembutin—
"aku gak pernah bicara apapun kepada mama, papa om Harris dan Tante Rahma soal perjodohan ini, aku gak tahu sama sekali, aku gak pernah mempromosikan diriku layaknya SPG seperti yang ada didalam pikiran kamu. ada lagi yang mau dibicarakan Dev? kalo gak aku mau masuk."
"Cobalah untuk sedikit menghargai orang lain, Dev." Devano hanya diam, "Aku permisi," Brishia melangkah meninggalkan taman belakang rumahnya, berlari kecil menuju kamarnya dan menumpahkan air matanya.