Rumah Sakit

37 4 0
                                    

"Devano kecelakaan Brish.. kecelakaan sepulang dari club malam.. dia mabuk nak.." 

Bagai di sambar petir detik itu juga Brishia menegang, tangannya bergetar kuat lidahnya kelu tak bisa berkata sepatah katapun, ia tak percaya dengan apa yang indera pendengarannya dengar, matanya menatap objek dihadapannya kosong

"Brishia bisa temani tante di RS sayang? papanya Deva sedang ada urusan diluar negri.. tante sendirian disini.." Brishia masih mematung, matanya terasa panas

"Ma-mama gak bercanda kan ma?!" Butiran sialan itu mentes dari pelupuk matanya, Rahma menggeleng walaupun brishia tak melihatnya

"Dirumah sakit mana, Ma?"

"rumah sakit Melati, sayang. Mama didepan ruang UGD." Brishia mengangguk cepat setelahnya menyimpan ponsel juga laptopnya kedalam kamar.

Brishia memasukkan keperluannya kedalam tas backpack kecilnya dan mengenakan baju seadannya, setelah itu berlarian kearah garasi untuk mengeluarkan mobilnya

waktu sudah menunjukkan tengah malam. Jalanan Tangerang sudah sepi, Brishia mengendarai mobilnya dengan kecepatan gila. kurang dari 30 menit brishia sudah smapai di rumah sakit

Brishia memarkirkan mbilnya asal dan berlarian menuju ruang UGD

sesampainya didepan ruang UGD Brishia melihat Rahma duduk dengan tangan menopang wajahnya. terlihat sanagat sedih, Brishia tak tega melihatnya

ia menghampiri Rahma, "ma.." katanya lembut

Rahma mendongakan kepalanya bertemu dengan mata Brishia, Rahma bangkit dari duduknya memeluk tubuh Brishia erat

"Devano benar didalam, Ma?" tanya Brishia tak percaya, Rahma mengangguk lemah

"bagaimana bisa, Ma?" tanyanya dengan suara serak

"Evrill yang mengantar Devano kerumah sakit, tante dihubungi Evrill tadi, katanya Deva mabuk berat, ia memaksakan mengendarai mobil, Deva menabrak pohon ditikungan yang gak jauh dari Club, kata Evrill, Deva habis ribut dengan pacarnya dan Alex, makanya dia bisa mabuk berat begitu." Brishia mematung mendengar cerita Rahma

"Deva akan baik-baik saja 'kan, ma?" lirih Brishia, Rahma mengangguk meyakinkan

"berdo'a saja yang terbaik untuknya, sayang.." Rahma memeluk Brishia hangat.

💍💍💍

setelah beberapa jam menunggu ahirnya dokter keluar dari dalam ruangan dimana Devano ditangani. Rahma dan Brishia bangun dari duduknya menghampiri dokter tersebut.

"bagaimana keadaan putra saya, Dok?" tanya Rahma harap-harap cemas, sang dokter tersenyum sembari memegang papan yang berada ditangannya, "putra ibu tidak mengalami luka yang serius, ibu tenang saja. Hanya didahinya terdapat 3 jahitan. mungkin setelah putra ibu sadar nanti ia akan sulit menggerakan kakinya karena syarafnya menegang akibat kecelakaan itu. yang perlu ibu khawatirkan dari kecelakaan ini adalah Crush Injury Syndrome yang dapat merusak ginjalnya." jelas dokter tersebut

"apa itu Crush Injury Syndrome dok?" Rahma merasa tegang mendnegarkan menjelasan sang dokter, begitupun Brishia

"Crush Injury Syndrome adalah kerusakan pada otot karena peneknan sehingga menyebabkan pembengkakan otot dan gangguan persyarafan. kondisi umum ini terjadi pada keadaan kecelakaan dimana berbagai cedera tak terhindarkan, pendarahan berat pada trauma akan menurunkan volume darah tubuh atau syok sehingga suplai oksigen ke berbagai organ akan akan menurun, tidak terkecuali ginjal." jelas Dokter tersebut, Rahma menutup setengah wajahnya, Brishia menegang seketika

"tapi Deva akan baik-baik aja kan, Dok?" tanya Rahma dengan gemetar

"Do'akan saja yang terbaik bu, hanya Tuhan yang dapat menentukan baik-buruknya nasib seseorang." Rahma mengangguk, "Terimakasih banyak, Dok." ucap Rahma dan Brishia bersamaan.

Tak lama dari perginya dokter tersebut, Devano langsung di urus untuk pindah ke kamar rawat inap, setelah pemindahan selesai, Rahma dan Brishia masuk kedalam ruangan persegi serba putih yang terkesan mewah dengan sentuhan abu-abu dan fasilitas memadai dari ruangan VIP ini

Setelah suster memasangkan selang oksigen dengan rapih dan benar, suster tersebut meninggalkan ruangan, kini di ruangan itu hanya tersisa Rahma dan Brishia, Brishia menunduk dengan pikiran kacau

"Devano putra mama yang mentalnya sekuat baja. egonya kuat, harga diri dan juga keluarga yang paling ia junjung tinggi," ucap Rahma, Brishia menoleh ke arah Rahma yang sedang menatap Devano kosong dari sofa yang ia duduki sekarang

Rahma beralih menatap Brishia, ia tersenyum sangat menenangkan, "memang dia anaknya sangat keras, ucapannya menhohok juga kasar, tetapi sebenarnya Devano anak yang penyayang dan tulus, tapi ia hanya mengeluarkan sifat itu kepada orang yang sudah benar-benar dia cintai, tak mudah meruntuhkan egonya, apalagi cintanya, tak jarang ia menolak wanita mentah-mentah, bahkan mengatai wanita itu, dia merasa wanita yang mengemis cintanya sangat tak punya harga diri, dia tak menyukai wanita yang mengemis cinta, dia berpikir, berjuang adalah urusan lelaki, begitu." Brishia semakin tertarik mendengarkan cerita Rahma lebih dalam lagi

"Devano itu gila kerja, cinta mati pada tanah air, jiwa raga ia serahkan pada tugasnya sebagai perwira. ia mencintai apapun yang berbau militer, kecintaannya terhadap militer dan indonesia sangat kuat, mungkin banyak lelaki diseusianya yang kebih menyukai membeli barang branded mahal yang di explor dari luar negri, tapi tidak Devano, dia lebih baik mengeluarkan uangnya untuk membeli karya anak bangsa, karya orang indonesia, dia sangat menyukai prodak indonesia, Brish." Rahma tersenyum bangga pada putranya, begitupun Brishia, hari ini, Brishia banyak mendapat informasi baru tentang Devano

"Hal lain yang tidak di ketahui banyak orang, Devano sangat menyukai sastra, dia sangat suka membaca dan sesekali dia menulis kalau mood, sebenarnya Devano tuh punya bakat sastra juga loh, Brish." Brishia semakin tertarik, "masa sih, ma?!" Serunya penasaran

"Iya Brish, di kamarnya itu setengah bagian dia isi penuh barang-barang militer, pesawat tempur, gitu-gitu deh, sisanya tuh penuh sama novel, buku prosa, puisi, pokonya buku-buku sastra gitu! Mama sering loh baca tulisan dia di buku notebooknya, menurut tante tulisan dia tuh memiliki makna, hanya saja dia gak mau mengembangkan." Brishia memperhatikan cerita Rahma takjub

"Brishia gak nyangka, ma. Brishia pikir orang sesibuk Deva gak bakal sempat baca buku." Rahma terkekeh, "dari kecil dia sudah suka baca, mulai dari buku yang isinya gambar semua tulisnanya cuma 1 kalimat, komik, sampe buku legenda yang halamannya beratus-ratus—

"Aghh!" Cerita rahma terpaksa terhenti saat Devano meregang seperti menahan sakit, Rahma dan Brishia langsung bangkit dari duduknya dan menghampiri Devano

"Dev? Devano, kamu siuman?!"

***

Terimakasih ya teman-teman sudah baca sampai sini! Semoga ceritaku memiliki kesan untuk siapapun kamu yg membacanya!❤️

Jangan lupa like dan tinggalkan komen ya kak, karena 1 like dari kalian sangat berharga buatku🤗

Jangan lupa follow dan share akun ini ya kak!🤗❤️

Semoga harimu menyenangkan❤️

So Far AwayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang