tersenyum di atas kepedihan hati

44 4 0
                                    

'i act like it wasn't a big deal, when really it was breaking my heart'

Setelah berbicara denegan Devano Tara melangkahkan kakinya menuju kamar Brishia. sudah lama ia ingin berbicara kepada lelaki itu, sekedar menegurnya agar bisa bicara lebih sopan kepada Brishia. Brishia memang jarang bercerita pada Tara soal Devano, tapi bukan Tara namanya kalau tak bisa membaca pikiran seseorang hanya dengan menatap matanya.

bagi Tara membaca pikiran Brishia sangatlah mudah, Brishia terlalu polos dan gerak-geriknya ketika berbohong dengan tara sangat mudah terlihat. Tara tahu sebenarnya Brishia tak mau menikah dengan Devano, tapi ada 1 hal yang membuat Brishia membulatkan tekatnya untuk berani menikah dengan Devano. yaitu ingin menaati perintah kedua almahrum orang tuanya untuk yang terahir kali dan kini Tara mengetahui hal lainnya, yaitu Brishia mulai menaruh hati pada Devano.

"Ichiaa.." Tara memutar knop pintu kamar Brishia dan menemukan Brishia beserta kedua temannya sedang berbincang, Brishia tersenyum pada tara, "kenapa, Tar?" Tara tersenyum kembali pada Brishia, bagaimana sahabatnya ini bisa menutupi kesedihannya dengan sedemikian rupa, Brishia tersenyum bebas bahkan tertawa diatas kepedihan hidupnya

"gak kebawah, Ca? keluarga Devano mau pulang tuh." kata Tara, "iya ini baru mau kebawah, yuk, gengs." kata Brishia yang diangguki oleh ketiga temannya.

Brishia bersalaman dengan keluarga Devano, ia memamerkan senyum tercantiknya untuk menutupi luka dihatinya, "sayangg.. Mama pulang dulu ya.." itu suara Rahma, ia sudah bilang kepada Brishia bahwa setelah ini Brishia harus memanggilnya mama dan memanggil Harris, papa, dan Brishia menutujuinya.

"iya, ma.. mama hati-hati ya."

"iya sayang, kamu juga hati-hati ya dirumah.. kuliah yang bener, ok?" Brishia mengangguk patuh, "siap ma!"

"kalau ada apa-apa jangan sungkan hubungi mama dan papa, ya sayang?" Brishia kembali mengangguk

"papa pamit, Brishia, jaga dirimu." kata Harris, "iya pa.. makaih sudah menyempatkan waktu mengantar Deva kemari.." katanya, Harris mengangguk merangkul Brishia penuh sayang, "Deva pamit dulu dong sama calon istri kamu!" tegur Rahma saat Devano hendak keluar dari rumah Brishia, Devano memutar badannya dan tersenyum kearah Brishia, "saya pulang dulu." katanya singkat, Brishia mengangguk dan tersenyum "iya, terimakasih sudah datang kesini membawa keluargamu.." katanya, Devano mengangguk, "ayo ma, pa." setelahnya Devano beserta keluarganya meninggalkan rumah Brishia

'kamu gak akan tahu sulitnya berusaha tersenyum ditengah-tengah rasa pedih di hati, Dev.' batinnya bersuara


💍💍💍


Mobil-mobil yang tadinya terpakir manis dipekarangan rumah Brishia kini mulai meninggalkannya satu persatu, keluarga Brishia dan Devano sudah mulai pulang menuju kediaman mereka masing-masing, ketiga sahabat Brishia pun sudah pulang karena hari sudah petang. rumah megang Brishia kembali sepi

"sepi sekali ya, Ca.." itu suara nenek Brishia

"iya nek sepi.. padahal tadi ramai, yah?"

"untunglah Devano akan segera menjadi suamimu, jadi Icia gak akan merasa kesepian terus," kata neneknya sembari mengelus punggung Brishia penuh sayang

"Icia gak pernah merasa kesepian nek.. kan ada nenek." katanya sembari tersenyum

"nenek kan gak bisa terus bersama Icia, nenek harus mengurus usaha kue di jogja.. lagi pula.. umur nenek sudah berapa? siapa yang tahu kalau lusa atau besok nenek dipanggil Tuhan.." Brishia menggeleng kuat, "hush.. nenek nih ngomong apa!" tegur Brishia tak suka arah pembicaraan neneknya

nenek Brishia tertawa, ia memeluk Brishia begitu erat, Brishia membalas pelukan neneknya lebih erat, "kamu cucu nenek yang paling cantik, paling kuat, paling bijak, paling hebat.. mama dan papamu pasti bangga memiliki putri secantik dan sekuat kamu!" mata nenek Brishia berkaca-kaca memandang cucunya, "Icia bahagia, nak?" Tanya neneknya, Brishia menunduk

"Icia selalu bahagia, nek.." jawabnya

"Icia bahagia dilamar Devano?" Brishia kembali menunduk

"Devano lelaki yang baik 'kan? dia sangat menyayangi Icia 'kan?" Briahia menelan air liurnya susah payah

"iya nek, Deva anak yang baik, penyayang,, penyabar, sopan dan juga sangat-sangat menyanyangi Ichia.." Nenek Brishia bernapas lega, "nenek lega mendengarnya, setidaknya kalau suatu saat nenek gak ada.. ada Devano yang selalu berada di samping Icia.." Brishia menggeleng kuat, memegang bahu neneknya, "hanya mama dan papa yang meninggalkan Brishia.. nenek jangan!" katanya tegas, neneknya hanya tertawa, "bagaimana kalau kalian sudah menikah nanti kalian pindah ke jogja? biar dekat dengan rumah nenek, jadi nenek bisa mengawasi pegawai di toko juga mengawasi cucu nenek, bagaimana?" tawaran nenek Brishia snagat menggiurkan Brishia sangat ingin! "tapi nek.. Deva kan tentara.. home basenya di jakarta, apa gak ngerepotin dia nantinya?" Nenenek Brishia tersenyum, "kamu memang istri idaman! sangat pengertian! yasudah ikuti saja kemanapun nanti Devano akan membawamu." Brishia mengangguk

setelahnya Brishia beserta neneknya makan malam bersama dimeja makan megah berwarna gold yang diatasnya sudah ditaruh berbagai jenis makanan

Brishia tersenyum getir, biasanya meja makan ini selalu ramai dipenuhi gelak tawa mama dan papanya, sekarang meja makan ini terasa snagat sunyi.

apa kesunyian ini akan selalu menggelayut mesra pada kehidupan Brishia?

So Far AwayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang