"STOPP!" Suara nyaring khas Brishia menggema di ruang tengah kediaman Alex membuat Keysha, Devano dan Alex mematung kearahnya
"permainan baru saja dimulai." guamam Alex tersenyum miring pada Brishia
"ngapain lo kesini?!" Devano menatap kearahnya tak suka, Brishia memberanikan diri untuk menatap Devano kembali
"aku harus turun tangan dalam—
"gak perlu! mending lo pergi dari sini." kata Devano sarkas, Brishia tersenyum kecut
"masalah ini ada sangkut pautnya hubungan pernikahan kita kan Dev? aku harus menyelesaikannya—
"bukannya lo menyelesaikan lo malah menambah rumit keadaan Brishia! dimana ada lo disitu ada masalah tahu gak?! mending lo pergi, gak guna lo disini!" dengan berapi-api Devano menunjuk-nunjuk Brishia. hati gadis itu mecelos mendengar ucapan lelaki dihadapannya, ia menetralkan nafasnya sekuat tenaga menahan air matanya, ia harus ambil tindakan dalam masalah ini, ia tak boleh diam saja, ia harus tegar.
"Aku gak pernah menginginkan ini semua, aku gak permah menginginkan pernikahan ini, aku rasa semua orang menginginkan pernikahan yang sempurna, begitupun aku. Aku gak pernah ingin merusak hubungan siapapun, dan aku juga gak pernah menginginkan masalah ini terjadi, walaupun pernikahan ini datangnya dari surat wasiat keluargaku, bukan berarti aku penyebab dari masalah ini, karena aku tahu, orang tuaku adalah oramg yang baik. Dan aku yakin, mereka memiliki niat yang baik dari surat wasiatnya. Maafkan aku dan orang tuaku, Dev kalau memang kami lah yang menyebabkan masalah ini.
Maafkan aku Devano, Keysha, kalau memang aku yang selalu membuat masalah dan menghancurkan hubungan kalian.
Aku sama sekali gak tahu ini akn terjadi, aku gak tahu ini akan menjadi masalah besar.." Brishia meneteskan air matanya"Devano.. aku tahu, Devano sangat-sangat benci aku, aku gak papa kok. Salahkan saja aku, maki-maki saja aku, jika itu buat kamu tenang. Aku tahu beban kamu berat, Dev. Aku tahu ini gak mudah, aku minta maaf.." Brishia menunduk menutupi air matanya yang mengalir di wajahnya yang di banjiri air mata
Keadaan menjadi sunyi, Devano diam tak berkutik.
"Dev, dia harus turun tangan dalam masalah ini secara gak langsung kan dia terlibat. Dan lo gak bisa seenaknya bentak-bentak Brishia, Dev. Ini bukan sepeuhnya salah dia, dan lo gak ada hak buat nyalahin dia!" Ucap Evrill yang disetujui oleh Alex
"gue rasa juga ini saat yang tepat untuk lo memilih antara, Keysha atau Brishia." lanjut Alex, Devano bungkam
"jangan mengulur waktu, Dev. kalau bisa diselesaikan sekarang maka selesaikanlah, coba tenang dulu jangan emosi." Evrill menepuk bahu Devano, Devano berjalan meninggalkan kerumunan itu berniat pulang
"kok malah cabut? gak bisa milih lo Dev?! pecundang, cih!" Alex menatap remeh Devano yang menatapnya penuh kebencian
"Let him go. He need more times." Keysha angkat suara sebelum ikut beranjak dari tempatnya dan meninggalkan orang-orang disana
Keysha menatap singkat mata Devano sebelum benar-benar keluar dari kediaman Alex
"don't be afraid sweet heart." Alex mengelus lembut dagu Brishia membuat gadis itu merasa risih
Devano menatap Alex jijik, tak kuat berlama-lama didalam sana karena hanya membuat emosinya membara, Devano memiih menarik Brishia keluar dari kediaman Alex.
"pulang lo! Dan jangan pernah nginjekin kaki lo lagi disana!" kata Devano sebelum masuk kedalam mobilnya disusul oleh Evrill
Brishia menarik nafas berat sebelum berjalan gontai kembali kerumahnya, ia menatap rumah Alex sebentar, "jadi tetangga baru ini mantannya Keysha?" Gumamnya lemah. terlalu banyak masalah yang datang silih berganti menikam otaknya
"bagaimana perasaan pacarnya Deva yah tau kalau dia dijodohin? How hurt is that?" Gumamnya pada diri sendiri
"apa disini akulah sang pemeran antagonisnya? dimana seseorang yang merebut kebahagiaan orang lain? terus apa yang harus kulakukan ya Tuhan.. semuanya terasa rumit, membingungkan dan menyakitkan." katanya sembari memeluk dirinya sendiri karena merasa dingin oleh angin sore yang menusuk kulitnya perlahan.
💍💍💍
"Dev mending lo pinggirin dah ni mobil! gue gak mau mati muda Dev!" Evrill memaksa Devano meminggirkan mobilnya untuk digantikan Evrill, pasalnya Devano membawa mobil dengan emosi, tak henti-hentinya mulutnya mengumpat apa saja yang ada dibenaknya
"Devano—
"mending lo diem!"
"gimana gue mau diem lo bawa mobilnya kayak orang kesetanan! panik, boy!" Serunya kesal Devano tak menanggapi
"apasih yang lo keselin, Dev? lagian tadi bukannya lo selesain tuh masalah malah lo tinggal! gimana mau tenang!"
"apanya yang mau diselesain sih, Vril?! semua gak semudah yang lo liat!"
"karena lo mempersulit."
"apanya mempersulit sih?! bayangin gimana perasaan gue, liat pacar gue rangkul-rangkulan mesra sama cowok lain apalagi cowok itu mantannya! ditambah disuruh milih sebuah pilihan yang sama sekali gak bisa gue pilih!" Devano memukul stirnya dengan kencang darahnya sudah naik ke ubun-ubun membuat lelaki itu tak bisa berpikir
💍💍💍
Ditemani langit malam dan dinginnya angin malam yang membelai rambut panjangnya lembut Brishia duduk memangku laptop di balcon kamar, salah satu spot favorit di rumahnya
dari balkon kamarnya ini ia bisa melihat indahnya langit dan gedung-gedung disekitar perumahannya yang menjulang.
taman belakang rumahnya dan kolam renang menjadi objek pertama yang dilihat kala menundukan kepala. kicauan burung peliharaan mendiang papanya lah yang menjadi backsound dikala kesunyian menghantui dirinya
dulu Brishia membenci kesendirian dan kesepian, Brishia tak suka sunyi. setiap kali kesunyian mulai datang menghampiri, bibirnya pasti mengalunkan irama merdu, namun sekarang sepertinya rasa sepi dan sunyi sudah menjadi sahabat untuknya. setelah kedua orang tuanya pergi, Brishia seperti menjadi Brishia yang baru. Brishia yang menyukai kesunyian dan kesepian.
Jari lentiknya menari di atas keyboard laptopnya mengegtikan rangkaian kata yang sejuk kala dibaca, sesekali menatap langit malam mencari referensi untuk ketikannya
ia menghentikkan ketikkannya saat ponselnya berbunyi nyaring tanda ada panggilan masuk
📞mama Rahma is calling...
Brishia membenarkan posisi duduknya dan mengangkat panggilan dari mama Devano itu.
"Assalamu'alaikum, mama Rahma." Sapa Brishia
"wa'alaikummusalam, sayang.. Brishia kamu dimana nak?" Brishia menaikkan alisnya saat mendengar suara serak seperti habis menangis dari mama Devano itu
"dirumah, Ma. kenapa ya, ma?"
"Devano, Brish.. Deva.." Suara tangis mama Devano terdengar dari balik telpon membuat brishia merasa tak tenang
"Deva kenapa, Ma?" tanyanya khawatir, jantungnya berdebar tak sesui ritme, perasaanya tak tenang pikirannya kalut
"Devano kecelakaan Brish.. kecelakaan sepulang dari club malam.. dia mabuk nak.."
***
Terimakasih ya teman-teman sudah baca sampai sini! Semoga ceritaku memiliki kesan untuk siapapun kamu yg membacanya!❤️
Jangan lupa like dan tinggalkan komen ya kak, karena 1 like dari kalian sangat berharga buatku🤗
Jangan lupa follow dan share akun ini ya kak!🤗❤️
Semoga harimu menyenangkan❤️