'seuntai kata kukubur dalam asa
segenggam harapan hancur sia-sia aku terjebak dalam sebuah sketsa abstrak
aku terdiam dalam rintihan alunan melodi
bayangannya selalu muncul
membawakan bingkisan sebuah ratapan
tangisku tak teredam
terbuang sia-sia
hancur tak berguna
aku hanya sebuah kertas rapuh
aku hanya sebuah perkataan tak nyata yang mungkin akan terbakar tak tersisa'Tangerang, 10.00 PM
—Brishia Anabella Alaydrus
Devano menoleh kearah gadis yang masih tertidur dengan posisi tengkurap di sampingnya, senyum tipis terukir dibibir pink Devano, hatinya berderis membaca sajak yang terketik rapi di layar Macbook Brishia.
Devano salah satu seorang pecinta syair, puisi, prosa, sajak dan sejenisnya, sudah banyak koleksi novel dan buku puisi lainnya dari berbagai penulis yang sudah ia baca
melihat gaya Bahasa Brishia dengan kata-kata yang begitu menusuk hati membuat Devano ingin membaca lebih dalam lagi ketikan apa yang Brishia ketik disana
'malam ini begitu dingin ya?
seperti kita yang tak kunjung bicara
yang tak kunjung saling sapa
tak kunjung menebar cinta
aku berada di ambang-ambang
kepalaku penuh pertanyaan
sebenarnya untuk apa adanya kita kalau hadirku tak pernah kau harap?banyak rasa tersimpan di dada tak mampu kuucap aku hanya bisa diam dibalik senyumku menyembunyikan segala perih yang kau toreh
kau terlihat begitu abu-abu
kadang kau begitu meyakinkan untukku perjuangkan
namun kadang kau terlihat begitu menyakitkan untuk dicintaijangan pernah datang membawa bahagia
jika tak tahu caranya pergi tanpa meninggalkan luka'Tangerang, 10.30 PM
—Brishia Anabella Alaydrus
Hati Devano mencelos seketika membaca bait demi bait rangkaian kata yang dibuat oleh Brishia, Devano langsung menutup laptop Brishia dan menaruhnya di meja belajar gadis itu.
wajah tenang Brishia yang sedang terlelap begitu polos, Devano mengamati setiap inchi wajah Brishia. rambut-rambut yang mengahalangi setengah wajah Brishia, Devano singkirkan, kini wajah gadis itu terlihat jelas dimata hitam legam Devano.
perlahan tapi pasti Devano membenarkan posisi tidur Brishia, menyibakan selimut ketubuh mungil Brishia yang dibalut onesie unicorn berwarna pink.
Devano melangkah meninggalkan kamar Brishia, hatinya berdebar tak karuan, entah apa yang ia pikirkan, hatinya tak sehat tiap kali berdekatan dengan Brishia.
💍💍💍
tok..tok..tok..
"Iciaa.. bangun nak!"
tok..tok..tok..
Brishia menggeliat malas diatas kasur unicornnya, suara ketukan pintu diiringi samar-samar suara neneknya membangunkan tidur Brishia pagi ini.
"hmm.. kenapa nek? masuk aja.." katanya dengan suara serak dan mata masih tertutup
"Masya Allah anak perawan jam segini belom bangun?! bangun Icia! bantuin bi Surti masak sana disapur mau jadi istri orang tapi masih males-malesan gini gimana sih?!" Brishia mngerjapkan matanya berkali-kali mencoba mendenegarkan omongan neneknya dengan baik
"hmm.. iya nek.."
"denger nenek gak sih?!"
"hah?"
"ampunn! makanya bangun dulu Brishia Anabella Alaydrus!" nenek Brishia mulai jengkel dengan Brishia yang tak kunjung bangun
"yaAllah, nek. pagi-pagi udah ngomel aja nanti cepet tua, lho!" katanya sembari menegakkan badannya dan menyenderkannya pada sandaran kasur
"emang nenek udah tua!"
"ya nanti makin tua, mau? nanti gak ada kakek-kakek yang mau lho, nek!"
"ih kalo pun ada yang mau nenek juga gamau! nenek setia sala almarhum kakek kamu!" Brishia terkekeh mendengar ucapan neneknya, "nenek sayang banget, ya sama kakek?" neneknya mengangguk mantap
"dulu nenek sama kakek itu gak saling cinta.." Brishia membelakkan matanya, "loh, kok?" Brishia jadi penasaran kisah cinta kakek dan neneknya
"kakekmu itu anak kolonel belanda, bapaknya nenek ada urusan sama bapaknya kakekmu, nenek gak mengerti urusan apa sampai-sampai nenek yang menjadi korbannya."
"jadi.. nenek sama kakek dijodohin? dengan paksa, gitu?" nenek Brishia tersenyum sembari mengangguk, "terus kenapa nenek mau dinikahin?"
"nenek gak bisa membantah omongan orang tua, guru ngaji nenek dulu selalu berpesan untuk patuh kepada orang tua, nenek gak berani, nenek takut di laknat Allah." Brishia tersenyum mendngar jawaban neneknya
"terus nek, setelah nenek menikah bagaimana?"
"gimana ya.. hm.. bisa dibilang gak berjalan lancar.. kakekmu suka berpergian jauh dan lama meninggalkan nenek, kadang nenek dititipkan kepada bapak ibunya kadang juga dititipkan ke bapak ibu, nenek, tapi kakekmu masih bertanggung jawab, dia tak pernah meninggalkan nenek sendiri."
"terus nek?" wajah polosnya berbinar menantikan kelanjutan cerita sang nenek, nenek Brishia menjawir hidung mancung Brishia yang seperti prosoan anak TK itu, "terus-terus mulu! sudah sana kamu bantu bi Surti masak habis itu kita sarapan sama-sama! nanti sore gak lupa kan antar nenek ke bandara?"
Brishia menarik napasnya berat, "iya nek inget kok.. nenek cepet banget sih balik ke Jogjanya.." katanya lirih, nenek Brishia menanggapinya hanya dengan tawa renyah, "oh iya nenek lupa!" Brishia menaikkan satu alisnya
"semalam kan Devano kesini!" Brishia membelakkan matanya, "semalam? Kok Icia gak tahu?"
"iyaa semalam, kamu sudah tidur makanya gak tau Deva datang! tapi Deva nyusul kamu ke kamar kamu kok, nenek kira dia membangunkan kamu." Brishia semakin terkejut dengan ucapan neneknya, "beneran masuk ke kamar Icia, nek?!"
"nenek gak tau, nenekkan dibawah gak ikut kekamar kamu!"
"ngapain dia kesini, nek?"
"loh kok tanya nenek, mana nenek tahu, nenek kira Deva sudah kabarin kamu kalau mau kesini." Brishia hanya diam berpikir keras mencari kemungkinan Devano mendatanginya malam-malam
"yaudah ah nenek kebawah duluan ya, kamu jangan lupa turun kita sarapan!" nenek Brishia bangkit dari kasur Brishia meninggalkan gadis itu dengan 1001 pertanyaan yang menikam kepalanya
***
Terimakasih ya teman-teman sudah baca sampai sini! Semoga ceritaku memiliki kesan untuk siapapun kamu yg membacanya!❤️
Jangan lupa like dan tinggalkan komen ya kak, karena 1 like dari kalian sangat berharga buatku🤗
Jangan lupa follow dan share akun ini ya kak!🤗❤️
Semoga harimu menyenangkan❤️