BAB 17

8.1K 411 79
                                    

Senyuman itu terbit kala melihat cintanya telah kembali setelah melewati hari yang lelah. Lengannya melingkar dipinggang lelakinya, meski terbentuk sedikit jarak karena hadirnya calon buah hati di antara mereka yang kini kian berkembang.

"Tired?"

"It's not a question, Zel. Tentu capek," jawabnya. Dan didapatinya senyum itu lenyap tak berbekas.

"But... I am healing," senyumnya. "Because you are here." Dan senyum wanitanya terbit kembali.

"Kamu mandi, terus kita makan bareng." Didorongnya tubuh tegap itu memasuki kamar mereka.

"Kali ini kamu coba masak apa lagi ? Dan... Apakah aman?" Ada cengiran diujung pertanyaannya. Pertanyaan ini tentulah ada sebabnya. Akhir-akhir ini Hazel suka mencoba resep-resep baru dan Elianra mau tak mau harus menjadi kelinci percobaannya. Ia hampir jera mencicipi makanan aneh yang entah apa namanya - tidak penting bagi Elianra untuk mengingatnya - setelah makanan itu sukses memporak-porandakan perutnya. Rasanya memualkan. Mungkin memang dia yang tak terlalu biasa dengan makanan asing.

Hazel hanya mendengus. "Ya, aku kan belajar, El," terangnya, "Kali ini aku jamin bakalan yummy."

Elianra mengiyakan saja. Setelahnya ia memilih berlutut di depan Hazel. Meraih perut Hazel dalam elusan-elusan lembut guna menyapa kehidupan di dalam sana.

"Anak Papa, sehat? Rewel gak hari ini?"

"Endak, Papa. Dedek maemnya lahap," sahut suara Hazel yang menirukan suara anak kecil.

"Pinter. Pantesan Mama kamu makin bulet." Elianra mendongak jenaka pada Hazel. Namun perempuan itu justru membulatkan matanya. Membuat Elianra gemas. Dia segera beranjak dan mengecup bibir Hazel sekilas.

"Aku mandi dulu." Dan Hazel hanya mengangguk bersemangat seraya mulai melangkah mempersiapkan pakaian ganti bagi suaminya.

***

Setelah malam itu, Hazel harus dititipkan pada pamannya di Philadelphia. Elianra akan mengunjungi salah satu rumah sakit di Los Angeles untuk melaksakan tugas perkuliahannya. Hazel ingin marah saat Elianra menginfokan hal tersebut padanya. Bagaimana tidak, Los Angeles? Berapa jarak yang akan membentang di antara mereka?  Hazel sendiri bahkan tidak tahu jauhnya.

Sebenarnya Elianra hanya butuh berkunjung pada hari Kamis sebanyak tiga kali, which means satu kali seminggu. Tetapi untuk menghemat biaya, Elianra memilih menetap di sana, daripada harus bolak-balik Baltimore-Los Angeles. Meskipun biaya tersebut ditanggung oleh host parents-nya, namun tetap saja Elianra ingin berhemat.

Rumah paman Hazel berada di daerah Newtown Square sekitar 15 menit dari kota Philadelphia, Pennsylvania. Sepanjang jalan ketika memasuki Philadelphia, Hazel takjub, sekeliling matanya memandang adalah hutan dengan pohon-pohon warna-warni yang dedaunannya hampir gugur. Bulan September mulai membawa penghuni belahan dunia ini menuju musim gugur, daun-daun maple mulai berubah warna dari hijau menjadi kuning, oranye, lalu cokelat. Indah dan cantik mempesona. Hanya pohon seperti pinus atau cemara yang hijau sepanjang tahun.

Kanan-kiri jalan dipenuhi dengan pohon-pohon seperti di film Twilight. Pennsylvania memang benar-benar kawasan penuh hutan. Sylvania sendiri artinya woods.

Rumah paman Hazel terletak dekat dengan area taman nasional dan impresi Hazel saat masuk kawasan tersebut adalah, if you're murdered here, nobody knows!  Sedikit menyeramkan memang, mengingat kawasannya sangat hening, antara satu rumah dengan rumah lain terpisah cukup jauh. Mungkin ini pula alasan orang Amerika sangat individualis, karena jarak yang berjauhan, mau tak mau mereka harus mengandalkan kemampuan diri sendiri.

Rumah Untuk CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang