BAB 3

9.9K 437 0
                                    

Hari ini Hazel dan sahabat-sahabatnya berkumpul bersama. Markas setia mereka adalah rumah Chika. Sedari pagi mereka sudah sibuk menyiapkan diri untuk acara prom night malam ini. Acara tahunan yang selalu dirayakan untuk melepas anak kelas XII.

Hazel, Chika, Zivi, dan Orin akan mempersembahkan sebuah acara untuk nanti malam. Setelah melewati latihan yang panjang, kurang lebih sebulan, mereka cukup yakin akan menampilkan yang terbaik. Dan untuk menyempurnakan persembahan itu, mereka juga menyiapkan tampilan fisik mereka. Mulai dari dress yang sudah mereka pesan sejak sebulan yang lalu, heels, clutch, juga make up dari penata rias ternama.

"Mba, Hazel pakai lipstick merah menyala aja, deh. Soalnya mukanya pucet banget tuh," ucap Orin yang lebih dulu selesai dirias.

"Eh, lo gila ya?!" protes Hazel. "Jangan, Mba. Merah biasa aja," pintanya pada perias yang sedang menyapukan blush on ke wajahnya.

"Lo kenapa sih, Zel?" Zivi yang juga sedang dirias mulai angkat bicara. "Akhir-akhir ini sering pucet. Kurang tidur lo?"

"Hazel mah mikirin Elianra muluk. Lo lihat aja, deh, Vi. Mereka gak ada berantem lagi. Jangankan berantem, say hi aja kagak. Makanya si Hazel ngerasa kehilangan," ledek Chika, yang langsung dapat pelototan dari Hazel.

"Gue cuma capek aja. Mungkin karena kita rajin latihan," sahut Hazel.

Orin segera menempatkan dirinya berlutut di hadapan Hazel dan memperlihatkan raut usil. "Yakin lo? Kita cuma bentar loh latihan, meskipun hampir tiap hari. Kan banyak mainnya."

Chika yang sudah selesai dirias juga ikut berlutut di dekat Hazel hanya untuk meledek cewek itu. "Iya, nih. Bohong, tuh. Pasti lo mikirin si El, kan? Ngaku deh!" Jari telunjuknya mengarah ke wajah Hazel.

Hazel memutar bola matanya malas. Tak berniat menanggapi. Sejujurnya moodnya sudah berantakan sejak mendengar nama cowok itu. Dan badannya malah terasa letih. Entahlah, dia juga bingung kenapa akhir-akhir ini dia mudah lelah. Padahal dia tidak suka bergadang dan selalu cukup tidur. Hazel curiga dia terkena Anemia.

"Mba, saya gak usah pake bulu mata palsu ya. Maskara aja langsung," kata Hazel pada periasnya.

"Yee... Kita dikacangin," protes Orin.

"Tahu, nih, Hazel. Gak seru!!!" sahut Chika. Sementara Zivi bungkam karena bibirnya sedang dipoles lipstick.

***

Keempat cewek cantik yang tampak bersinar malam ini, melangkah dengan anggun di atas red carpet, setelah sebelumnya mengisi data hadir. Mereka menuju wall of fame guna meninggalkan tanda tangan mereka di sana. Lalu berpose sejenak untuk mengambil potret kenangan. Barulah mereka mencari tempat duduk.

Hazel sibuk melihat dekorasi di ruangan ini. Dia cukup kagum dengan anak-anak OSIS yang telah menyiapkan semuanya dengan sangat baik. Ini akan jadi malam yang menyenangkan. Malam penuh kenangan untuk masa terakhir di SMA.

Acara berlangsung dengan baik. Sampai tiba waktunya bagi Hazel dan sahabat-sahabatnya untuk tampil. Tadinya Hazel merasa baik-baik saja, tapi saat melangkah menaiki tangga menuju ke panggung, kepalanya berdenyut. Pandangannya terganggu karena lampu warna-warni di ruangan ini.

"Lo kenapa, Zel?" tanya Zivi dengan cemas.

Hazel hanya menggeleng pelan. Dia berusaha menetralkan pandangannya dan usahanya berhasil. Ia lantas melanjutkan langkahnya. Mereka mengambil posisi masing-masing: Hazel di depan keyboard, Zivi dengan biolanya, Orin dan Chika yang siap dengan mikrofon mereka.

Rumah Untuk CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang