Matahari masih malu-malu menampakkan sinarnya saat Hazel menapakkan kaki di lapangan sekolah barunya. Dimulai dari hari ini, dia akan memasuki kehidupan putih abu-abu.
Hazel pikir dia satu-satunya murid baru yang sudah hadir, melihat bagaimana sepinya halaman sekolah itu. Tapi ternyata Hazel salah besar. Karena tiba-tiba seorang cowok berlari tergesa-gesa dari arah belakangnya. Ia berhenti sejenak di samping Hazel.
"Lo, murid baru juga? Santai banget jalan lo! Buruan kumpul di aula!"
Belum sempat Hazel menjawab perkataannya, dia sudah menarik tangan Hazel untuk berlari dengannya.
"Gue Hazel," kata Hazel saat mereka berlari bersama. "Lo?"
Cowok tersebut menoleh dengan ekpresi ala orang telat yang masih bertengger di wajahnya, "Gue El. Elianra."
Dan saat itu pula Hazel menyadari bahwa berlari bersama Elianra saat ini adalah suatu anugerah di pagi hari.
***
Hazel tersadar dari lamunannya. Entah apa yang membuatnya mengingat kembali hari di mana pertama kali dirinya berjumpa dengan Elianra. Mungkin karena beberapa menit yang lalu ia melihat pigura dirinya dan Elianra yang tersembunyi di samping lemari. Atau mungkin karena beberapa menit setelah melihat pigura tersebut, Hazel malah membuka-buka galeri foto lamanya bersama Elianra.
Diam-diam Hazel membandingkan foto di pigura dan foto-foto di galerinya. Moment istimewa di pigura itu terlihat tak bermakna hanya karena tidak ada senyuman di sana. Berbeda dengan foto-foto di galerinya, ada banyak senyuman, cengiran, canda, tawa, dan bermacam ekspresi lainnya.
Semua berubah. Semua berbeda.
Tapi mengapa arah perubahannya harus seperti ini?
Hazel mengusap air matanya yang entah sejak kapan terjatuh. Semenjak mengandung ia semakin sensitif mengenai perasaan. Apalagi jika sudah mengenai Elianra.
Hazel menggeser kembali layar ponselnya. Menampakkan sebuah foto dimana ia dan Elianra tengah memegang sebuah cupcake dengan rasa red velvet pada masing-masing tangan mereka. Elianra menatap Hazel, sementara Hazel menghadap kamera sembari mengerutkan hidungnya.
Mendadak Hazel ingin cupcake rasa red velvet. Hanya karena sebuah foto and now she's craving.
Dan... Hazel tidak hanya ingin cupcake-nya, tapi dia juga ingin agar dia dan Elianra yang membuatnya. Jadilah sekarang Hazel kebingungan. Hubungan mereka sedang tidak baik. Sudah lama ia mendiamkan Elianra, masa dia yang akan meminta pada El? Apa itu artinya Hazel harus mengakhiri aksi diamnya?
Lagipula sekarang Elianra tidak ada di apartemen. Dia masih di kampus, dan itu artinya Hazel harus menunggu. Dia mencoba meyakinkan diri bahwa saat Elianra pulang, keinginan itu sudah hilang.
***
Hari sudah sore ketika Elianra sampai di apartemen. Tak ada yang menyambutnya setiap kali ia pulang. Padahal dirinya berharap bahwa Hazel mau repot-repot membukakan pintu untuknya, lalu menanyakan perihal kegiatannya hari ini, apakah memberatkan atau menyenangkan. Mungkin Elianra harus menunggu untuk hal itu dapat terjadi.
Elianra berjalan ke arah dapur dan mengambil segelas air dingin, kemudian segera diteguknya air tersebut. Sementara Hazel di dalam kamar. Dia menyadari kepulangan Elianra. Dan gilanya, sia masih saja memikirkan bisa membuat cupcake bersama Elianra.
Elianra berjalan meninggalkan dapur dan menuju kamar. Dirinya terkejut saat mendapati Hazel tepat di balik pintu tersebut. Dengan pelan Elianra mengucapkan maaf, lalu beranjak untuk membersihkan diri.
Beberapa menit kemudian, saat keluar dari kamar mandi, Elianra melihat Hazel berjalan bolak-balik di sisi depan tempat tidur. Ia tampak berhitung dengan jemarinya, sementara mulutnya komat-kamit tanpa Elianra tahu apa yang dia bicarakan.
"Zel," panggil Elianra dan itu membuat Hazel terkejut bukan main. Elianra antara ingin tertawa melihat ekspresi terkejut Hazel, atau cemas karena raut wajah yang sedikit berbeda dari Hazel saat ini.
"Kamu ngapain?" tanya Elianra.
Hazel tampak ingin berbicara, bibirnya bergerak terbuka, namun kembali terkatup, seakan ragu berucap.
"Kamu kepingin sesuatu?"
Elianra tampak mulai mengerti dengan ekspresi Hazel yang mengidam-idamkan sesuatu.
"Bilang aja," lanjutnya.
"Umm... itu..." Elianra masih setia menunggu kalimat Hazel.
"Buat red velvet cupcake, yuk, El...!"
Elianra kaget. Jangankan El, Hazel saja terkejut dengan bagaimana santainya kalimat itu keluar dengan nada yang manja.
Elianra tidak tahu cara menanggapinya selain dengan dua kali anggukan kepala.
***
Elianra pikir mereka akan kembali aktif berdialog, nyatanya tidak sama sekali. Hazel tetap bungkam. Dia hanya akan menyodorkan tepung dan sekawanan bahan adonan untuk mereka olah bersama. Tangan mereka boleh bekerja, badan mereka boleh bergerak, tapi bibir itu tetap terkunci. Terlebih, bibir milik Hazel.
Tapi diam-diam Hazel tersenyum dalam hati, merasa senang bisa membuat cupcake bersama Elianra. Apalagi saat tangan mereka bersamaan menuangkan adonan ke dalam cup-cup kecil.
Menurut Hazel, kebersamaan ini... sementara sudah cukup.
***
Hi, guys...
Sorry aku updatenya malam banget, dikarenakan aku baru nyelesaiin tugasku.Enjoy this part, guys :)
Dont forget to hit the star and write some comments... Thanks... :)
~Vavalentinzia
KAMU SEDANG MEMBACA
Rumah Untuk Cinta
Romance17+ Hazel membenci Elianra dan satu sekolah tahu akan hal itu. Kebencian itu semakin dalam ketika Elianra merenggut harta berharga perempuan itu dengan paksa. Membuat mereka harus terikat dalam kehidupan pernikahan. ... Semuanya akan meninggalkan be...