BAB 8

7.2K 437 10
                                    

Cuaca hari ini cukup membuat Hazel menggigil, 50 derajat fahrenheit atau sekitar 10 derajat celsius. Ini dia yang membuat Hazel pusing, orang Amerika menggunakan fahrenheit sebagai satuan suhu sehingga Hazel masih sulit menerka berapa suhu tepatnya jika tidak meng-covert-nya ke skala celsius. Padahal sangat penting baginya untuk mengetahui prakiraan cuaca setiap harinya agar ia tidak salah kostum. Seperti saat ini, Hazel menyesal tidak memakai jaket lebih tebal ketika berjalan-jalan ke luar.

Dia kembali ke apartemen dan langsung menuju ke kamar guna berselimut. Baru saja ia menenggelamkan tubuhnya di balik selimut, suara Elianra terdengar memanggilnya.

"Zel, aku bawain kamu Philly steak pakai keju cheddar kesukaan kamu. Makan yuk," kata Elianra dari depan pintu kamar.

"Ada funnel cake juga. Kalau dilihat-lihat sih kayak kue bantal di Indonesia. Tapi beda rasanya, aku udah coba satu tadi. Manis dan hangat," lanjutnya.
Hazel berdecak malas. "Makan aja sendiri! Aku bisa urus diriku sendiri kalau aku lapar!"

Elianra tampaknya belum menyerah. Dia melangkah mendekati ranjang, hendak membiarkan Hazel mencium aroma makanan yang dibawanya. Namun belum mendekati ranjang, Hazel sudah berteriak, "Jangan mendekat! Aku udah bilang aku gak mau makan, kamu ngerti gak sih?!"

Elianra tersentak. Air mukanya dengan cepat berubah sendu. Entah sampai kapan penolakan ini harus dia terima.

"Baiklah, kalau kamu memang belum lapar."

Elianra bergerak meninggalkan Hazel. Dalam hati dia berdoa, semoga Tuhan menguatkan perjalanan hidupnya bersama Hazel. Semoga... semua yang awalnya baik-baik saja, bisa kembali seperti sedia kala.

***

Hari sudah sore ketika Hazel terbangun. Perutnya sudah membunyikan alarm tanda lapar. Bergegas dia menuju ke dapur berniat membuat sesuatu yang bisa mengenyangkan perutnya.

Ketika sampai di dapur, matanya menangkap dua kotak makanan dengan jenis yang berbeda di atas meja makan. Dibukanya kotak itu dan nafsu makannya langsung meningkat ketika melihat Philly steak di salah satu kotak. Baru saja tangannya akan mengambil sandwich yang berbentuk submarine tersebut, tiba-tiba sebuah suara mengintrupsinya.

"Kau sudah lapar? Makanlah. Aku membeli itu untukmu." Elianra tersenyum. Namun senyum itu hilang ketika Hazel mengembalikan makanan itu ke dalam kotaknya dan bergerak meninggalkan Elianra.

"Kumohon, makanlah!" tahan Elianra. "Pikirkan dia," lanjutnya sembari membawa tangan Hazel menyentuh perutnya sendiri.

"Bukan urusanmu!" sentak Hazel.

"Bagaimana bisa itu bukan urusanku? !" teriak Elianra. Ia bahkan tidak sadar sudah menaikkan suaranya di hadapan Hazel. "Kamu dan dia..." tangannya menyentuh perut Hazel. "...adalah urusanku. Tanggung jawabku. Tolong hukum aku saja, Zel. Jangan dirimu.Terlebih... jangan dia!"

Setelah mengatakan itu, Elianra meninggalkan Hazel yang masih terpaku atas apa yang baru saja dia dengar. Tanpa sadar setitik air mata jatuh membasahi pipinya. Hazel mengusapnya perlahan dan mengambil posisi duduk di salah satu dari empat kursi yang mengelilingi meja makan. Tangannya terulur mengambil makanan-makanan yang Elianra beli. Disantapnya makanan itu dengan air mata yang terus mengalir.

Hazel tidak mau jadi jahat. Tapi... tapi keadaan yang membuatnya harus seperti ini. Bukan niatnya memberi hukuman pada siapa pun atas apa yang ia alami dalam hidupnya. Namun, lagi-lagi, dia ingat, ada hati yang harus dijaga, ada hati yang harus mendirikan tamengnya sendiri. Agar ia tidak benar-benar jatuh dan tersakiti... untuk kedua kalinya.

***

Hazel masih duduk termenung di kursi meja makan saat Elianra kembali.

"Maaf, aku gak menemukan susu yang biasa kamu minum. Jadi aku beli yang ini," kata Elianra seraya menunjukkan sekotak susu ibu hamil pada Hazel. "Mau kubuatkan?"

Hazel pikir Elianra marah dan pergi meninggalkannya sendiri tadi, ternyata ia pergi untuk membeli susu. Jadilah Hazel hanya mengangguk kecil. Hal itu membuat senyum Elianra mengembang. Dengan semangat dia membuatkan segelas susu untuk Hazel. Bahkan dia sibuk menatap Hazel ketika wanita itu mulai meminum susu tersebut.

Tiba-tiba suara dari perut Elianra merusak suasana kecil di dapur mereka. Hazel jadi menyadari ternyata Elianra belum makan.

"Kau belum makan?"

"Bagaimana aku bisa makan kalau kau belum makan?"

Hazel terhenyak. Bagaimana bisa dia begitu jahat pada Elianra, sementara laki-laki ini begitu memperhatikannya. Perasaan malu menjalar di hatinya. Dia bahkan sudah menghabiskan semua makanan yang Elianra beli. Dia menghabiskannya tanpa sadar dan sekarang dia merutuki nafsu makannya.

"Umm... Itu... Makanan yang kau beli sudah aku habiskan," kata Hazel gelagapan. Elianra terkekeh karenanya.

"Aku akan memasak sesuatu untukmu." Hazel bergerak membuka kulkas, mencari bahan-bahan makanan yang bisa dia masak dengan cepat.

"Tapi tunggu," katanya tiba-tiba. "Aku memasak bukan karena aku tidak membencimu. Ini semua hanya karena aku sudah menghabiskan makananmu," serunya dengan ekspresi yang lagi-lagi membuat Elianra terkekeh.

"Baiklah, terima kasih kalau begitu."

Hazel tercengang melihat Elianra yang terus tertawa kecil. Suaminya itu sudah gila sepertinya. Tidak ada yang lucu tapi tertawa.

Akhirnya dia membiarkan Elianra dengan tawanya dan mulai memasak nasi goreng.

"Aw.. Shh!!!" teriak Hazel tiba-tiba.

"Ada apa?" tanya Elianra khawatir. Dia menyentuh tangan Hazel yang sedang dipandangi dengan ringisan. Jari-jari tangan kirinya memerah.

"Bukan apa-apa. Aku lupa kalau ini masih panas," jelasnya.

Elianra mematikan kompor dan membawa Hazel duduk kembali. Dia pergi sebentar dan kembalj membawa kotak P3K. Diobatinya tangan Hazel dengan salep.

Hazel terpaku, menatap Elianra yang sibuk mengolesi salep pada jari-jarinya sembari meniup-niup kecil dengan jarak sedekat ini.

Kau masih sama, El. Kau selalu tampan...








Tinggalkan vote dan komentar ya.

Btw, waktu kalian baca cerita ini, visualisasi tokoh di pikiran kalian siapa aja ?  Share ya :)

Mana tahu aku jadi terinspirasi untuk jadiin mereka visualisasinya.

Thanks

~ValentinVaval

(16 April 2017)

Rumah Untuk CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang