Hazel menatap dirinya yang sudah berbalut gaun pengantin putih. Gaunnya sangat indah, ia akui. Tapi tak seindah perasaannya saat ini. Sebentar lagi dia akan menikah dengan cowok yang paling dibencinya. Rasanya ia ingin kabur saja kalau tak mengingat ada kehidupan di dalam perutnya yang membutuhkan pernikahan ini.
"Hazel, sudah siap?" Suara Bundanya terdengar dari depan pintu kamar.
Melinda memasuki kamar putrinya dan tersenyum melihat sosok cantik itu. Tanpa ia sadari, tangisannya pecah.
"Bunda kenapa nangis?"
Melinda menggeleng. "Kamu sudah besar ternyata. Setelah menikah, jangan lupain Bunda, ya."
Setetes air mata membasahi pipi Hazel. "Bunda ngomong apa sih. Hazel mana mungkin lupain Bunda. Hazel sayang Bunda. Sayang banget. Ayah juga."
"Udah-udah. Kok kita jadi nangis begini. Kan ini hari bahagia kamu. Senyum dong."
Hazel, lagi-lagi dengan terpaksa, harus memasang senyumnya.
***
Nuansa putih menghiasi tempat pemberkatan pernikahan Hazel dan Elianra.
Hanya beberapa orang yang menghadiri pemberkatan pernikahan mereka, dikarenakan undangan yang terbatas. Hanya keluarga besar, beberapa rekan kerja orang tua, dan sahabat-sahabat Hazel dan Elianra.
Hazel berdiri kaku, berdampingan dengan Elianra. Sejak sampai di tempat ini, ia sama sekali tak berkenan menatap calon suaminya itu. Hingga tiba saatnya, ketika mereka diminta untuk saling berhadapan, Hazel tersentak saat Elianra mengecup keningnya dengan lembut.
"Maaf," bisik cowok itu.
***
Setelah resmi menjadi pasangan suami istri pagi tadi, menjelang sore ini mereka kembali ke tempat yang sama untuk menjalani resepsi pernikahan. Tempatnya memang sengaja disamakan, meskipun di sisi berbeda. Dekorasinya berganti menjadi biru, warna kesukaan Hazel dan Elianra.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rumah Untuk Cinta
Romance17+ Hazel membenci Elianra dan satu sekolah tahu akan hal itu. Kebencian itu semakin dalam ketika Elianra merenggut harta berharga perempuan itu dengan paksa. Membuat mereka harus terikat dalam kehidupan pernikahan. ... Semuanya akan meninggalkan be...