Disebuah taman, terdapat seorang wanita yang lagi-lagi mengeratkan jaketnya saat angin malam terasa lebih dingin. Ia kembali memeriksa daftar telpon, dan kembali menghelakan nafas kasar. Kaki jenjangnya mengayunkan ayunan yang sedang diduduki olehnya. Secara perlahan ayunan tersebut berhenti.Saat matanya sedang terpejam, sebuah jas berwarna hitam tiba-tiba terpasang dikedua bahunya.
Seorang pria berdiri dibelakang ayunan sambil mengusap rambut wanita tersebut dan berkali-kali melontarkan kata maaf.
"Kamu kemana aja? aku udah nungguin kamu dari tadi," ujar sang wanita yang saat itu mengenakan dress pendek berwarna putih.
"Tadi aku ada kerjaan mendadak,"
"Tapi, sekarang udah selesai kan?"
"Belum, Shan. Ini juga aku harus balik lagi ke kantor,"
"Yaudah sana," ujar sang wanita yang tadi dipanggil 'Shan'.
"Maaf ya, aku nggak bisa anter kamu. Jasnya bawa aja, aku duluan ya sayang." Sebelum pergi, pria tersebut kembali mengusap rambut Shania dan mengecup kening Shania dengan waktu yang cukup lama.
"
Sebuah kaleng minuman soda kosong ditendang dengan sekuat tenaga oleh Shania. Ia berjalan gontai di pinggir jalan, ia tundukan kepalanya untuk menyembunyikan air matanya yang mengalir dipipinya dan perlahan jatuh ke tanah. Rambut panjang miliknya menutupi wajahnya yang basah dan matanya yang telah memerah.
"Kamu jahat Mario."
"
"Astaga"
Saktia, salah satu sahabat Shania yang kebetulan sedang berkunjung ke tempat tinggal Shania. Merasa terkejut saat masuk ke dalam kamar Shania yang biasanya sangat rapih dan bersih, berbanding terbalik dengan keadaan kamar Shania yang sekarang.
Boneka yang biasanya tersusun dengan rapih di rak khusus, kini terlihat berantakan di lantai kamar. Buku-buku yang biasanya tersusun dengan rapih, sekarang berceceran dimana saja. Sebuah dress putih tergulung tidak rapih diatas tempat tidur. Dan selimut yang menutupi tubuh Shania yang sedari tadi berguling-guling diatas kasur.
"Ya ampun, Shania! Lo didalem selimut sendiri kan? nggak ada si Mario kan?"
Shania dengan tiba-tiba keluar dari gulungan selimut. Rambut yang berantakan, mata bengkak, hidung sudah berwarna merah dan matanya yang terus menerus mengeluarkan air mata.
"Enak aja lo kalau ngomong," ujar Shania dengan suara yang serak.
"Yang enak mah makan bukan ngomong."
"Bodo amat lah."
Shania kembali menutup tubuhnya dengan selimut. Saktia mengambil boneka beruang yang ada dilantai dan dilemparkan dengan kencang ke Shania.
"KASAR! Sakit begok."
"Ya lo kenapa? Tadi nyuruh gue buat dateng, pas udah dateng dianggurin. Lo kenapa? Berantem sama Mario? Makanya pacaran sama yang seumuran aja," Saktia terus menerus berbicara.
"Udah ngomongnya?"
BRUKK
Saktia kembali melempar boneka ke Shania.
KAMU SEDANG MEMBACA
[2] Missing You ✔
Fanfiction"Sudah saatnya untuk melupakannya." "Eh tapi ketemu lagi sama dia. Melupakan dia nya kapan-kapan aja deh ya~ Percayalah, bahwa move on itu susah. Tapi lebih susah buat mecahin kode dia." Note:Ada beberapa adegan kekerasan dan bahasa kasar.