Lanna langsung berjalan ke kamarnya. Boby mengusap pipinya saat air matanya terasa mengalir.
"Boby juga kangen sama Papah. Kangen digendong sama Papah, dibeliin mainan sama Papah." Boby menangis dalam diam diruang tengah sambil memeluk bingkai foto Papahnya.
Saat dikamar, sebelum matanya tertutup secara sempurna.
"Semoga Papah bahagia disana."
******
Matahari terlihat malu-malu untuk menunjukkan wujudnya. Bahkan cahayanya tidak secerah seperti biasanya, langit memberi tanda-tanda bahwa akan menangis. Untungnya Shania masih berada didalam kelas, menutup tubuhnya dengan jaket milik Boby yang masih ada di Shania.
"Diem aja lo, Shan," tegur Nabilah
"Diem lo." Mulut Nabilah terus berkomat-kamit, mengumpat kepada Shania.
"Tante, kantin yuk. Udah 15 menit kita diem disini padahal kelas udah bubar," ujar Nabilah.
"Lo duluan aja, nanti gue nyusul."
Nabilah langsung pergi menuju kantin, meninggalkan Shania seorang sendiri disana.
"Tumben amat tuh anak nggak maksa-maksa."
"
Sesampainya di kantin, Nabilah langsung menghampiri meja yang ditempati oleh Boby dan teman-temannya.
"Bob, samperin si tante gih," suruh Nabilah. Langsung meminum-minuman milik Dyo.
"Eh! Itu minum-" ucapan Dyo langung terhenti ketika Nabilah menaruh jari telunjuknya di mulut Dyo.
"Sshhh, ikhlasin, Yo." Dyo menyingkirkan jari Nabilah dari bibirnya, tanpa bersuara ia terus mendumel. Melody menyodorkan minuman miliknya kepada Dyo.
"Makasih, Mel."
"Bil, Shania kenapa? Dimana?," tanya Boby ke Nabilah.
"Kayaknya sakit deh, dari tadi diem mulu. Di kelas."
"Gre ikut sama gue."
Boby langsung pergi yang diikuti oleh Gre yang sedari tadi menenteng kamera miliknya.
"Hati-hati jadi kambing congek, Gre!," teriak Frans
"Tenang aja, Frans."
"
"Shania kamu kenapa?"
Mata Shania langsung terbuka ketika mendengar suara Boby. Shania melemparkan senyuman memberitahu kepada Boby bahwa dirinya baik-baik saja. Kepalanya langsung tenggelam di kedua tangannya.
"Samperin, Bob. Gue nggak akan ganggu kok."
Tanpa disuruh pun Boby sudah pasti menghampiri Shania yang sedang tidak benar-benar baik saja.
"Kamu kenapa?," ujar Boby mengusap pelan rambut Shania. Bukannya merasa terganggu Shania semakin merasa nyaman dengan usapan yang dilakukan oleh Boby.
"Hey. Bangun dulu yuk. Kita pulang," ajak Boby lembut dengan masih mengusap kepala Shania.
"Peluk," minta Shania. Boby yang awalnya terkejut mau tidak mau menuruti apa yang Shania inginkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
[2] Missing You ✔
Fanfic"Sudah saatnya untuk melupakannya." "Eh tapi ketemu lagi sama dia. Melupakan dia nya kapan-kapan aja deh ya~ Percayalah, bahwa move on itu susah. Tapi lebih susah buat mecahin kode dia." Note:Ada beberapa adegan kekerasan dan bahasa kasar.