"Futsal jadi nggak nih?," tanya Vino
"Jadi dong. Nanti sore jam 3 langsung kumpul ditempatnya. Main 1 jam aja," ujar Keynal
"Gue bawa Shania boleh kan?," tanya Boby mengagetkan Shania. Pasalnya Boby belum berbicara dengannya.
"Yang lagi mau pendekatan mah boleh lah," ujar Dyo
Akhirnya mereka kembali kerumah masing-masing. Dengan Boby yang mengantarkan Shania terlebih dahulu.
******
Selama diperjalanan, Shania hanya terdiam begitu juga Boby yang memang pendiam.
Sesampainya di depan rumah Shania.
"Mau ikut nggak nanti?," tanya Boby menerima helm yang diberikan Shania.
"Kamu kan udah ada Anin," lirih Shania. Sepertinya Shania tidak dapat menyembunyikan perasaan cemburunya.
Boby tersenyum, ia sudah tahu kalau Shania tidak suka dengan kedekatannya dengan sepupunya itu alias cemburu. Boby mengusap kepala Shania yang menunduk.
"Anin sepupu aku Shania, katanya dia bakal pergi sama temennya. Masa kamu tega biarin aku naik motor sendirian?,"
"Eh?" Shania mengangkat kepalanya dan tertawa melihat bibir Boby yang dimajukan.
"Nah gitu dong ketawa, kamu jadi tambah manis." Shania tersenyum malu-malu, ia memainkan jari-jarinya.
"Aku udah terbiasa dipeluk dari belakang sama kamu. Ikut ya?," ujar Boby memohon.
"I-iya, aku ikut kok."
Boby tersenyum puas dan kembali memakai helmnya.
"Aku pulang dulu, nanti aku jemput. Punya jaket denim?," tanya Boby
"Punya, kenapa?,"
"Pake jaket denim aja, jangan tampil cantik-cantik. Kita mau ke tempat futsal bukan restoran mewah,"
"Haha, iya. Nggak kok."
"
Boby memasukkan baju futsal kedalam tas kecil miliknya. Sedangkan tubuhnya ditutupi oleh kaos putih dan kembali dibalut oleh jaket denim oversize, bagian lengannya ia gulung karena kepanjangan. Dan celana bahan panjang berwarna hitam.
KAMU SEDANG MEMBACA
[2] Missing You ✔
Fiksi Penggemar"Sudah saatnya untuk melupakannya." "Eh tapi ketemu lagi sama dia. Melupakan dia nya kapan-kapan aja deh ya~ Percayalah, bahwa move on itu susah. Tapi lebih susah buat mecahin kode dia." Note:Ada beberapa adegan kekerasan dan bahasa kasar.