Dokter tersenyum tipis melihat kelakuan Vino. "Mereka baik-baik saja, mereka sudah melewatkan masa kritisnya. Sebentar lagi mereka akan sadar.""Syukurlah. Makasih, dok," ujar Boby berterimakasih.
"Lo nggak mau balik ke rumah sakit Bunda?,"
"Ah, iya. Gue balik dulu. Nitip Shania, kalau udah bangun kabarin gue."
Boby langsung pergi meninggalkan rumah sakit harapan. Tidak tahu kalau sesuatu hal akan terjadi dan mengejutkan dirinya.
******
Rumah Sakit Penantian
"Mas, Kakak-kakak pada nggak apa kan?," tanya Zara
"Nggak apa kok. Gimana sama Bunda? Udah bangun belum?,"
"Belum, Mas."
Boby merangkul kedua pundak adiknya tersebut. Zara membaringkan kepalanya yang di paha Boby saat kepalanya terasa berat karena mengantuk, sedangkan Kyle menaruh kepalanya di pundak sebelah kiri Boby yang terasa lebih kokoh daripada beberapa tahun yang lalu.
Boby terus mengusap lembut rambut kedua adiknya. Ia juga merasa cemas kepada Lanna, bahkan kecemasannya sekarang harus terbagi dua. Yang pertama kepada Lanna, yang kedua kepada Shania yang tiba-tiba mengalami kecelakaan di perjalanan saat ingin menyusul dirinya. Tidak hanya Shania, semua sahabat perempuannya pun sekarang sedang berada di UGD.
"Mas, kok dokternya belum keluar-keluar ya?," tanya Kyle kepada Boby.
"Mungkin dokternya masih berusaha, Kyl. Kamu yang sabar ya."
Setelah menunggu beberapa menit, akhirnya dokter keluar dari ruangan Bundanya. Boby, Kyle dan Zara langsung berdiri dan menghampiri dokter tersebut. Melontarkan beberapa pertanyaan yang cukup membuat dokter kewalahan untuk menjawabnya.
"Bunda saya nggak apa kan, dok?,"
"Bunda udah bangun?,"
"Bunda sehat kan, dok?"
Dokter tersebut membuka masker nya dan menghembuskan nafas dengan berat, terlihat seperti merasa gagal dan sedih.
"Maaf kan saya. Bunda kalian tidak bisa diselamatkan."
Kakak adik tersebut langsung terdiam mematung didepan dokter itu.
"Tolong datang ke ruangan saya untuk mengurus semuanya." Dokter itu langsung pergi meninggalkan Boby, Kyle dan Zara.
Zara menangis dan memukul-mukul pintu kaca yang ada di depannya. Kyle menahan lengan Zara agar tidak kembali memukul pintu kaca itu. Boby terduduk dan bersandar di tembok, telapak tangannya terus menghapus air mata yang kembali turun dari mata tajam nya.
"Hiks.. Bunda.. ja-jangan tinggalin Zara. Hiks.. hiks" Zara terus menerus menggumamkan kata Bunda. Melihat adiknya yang sangat sedih, Kyla memukul-mukul pelan dadanya mencoba menghilangkan rasa sesaknya yang terasa penuh di dadanya.
"Bunda, ini sakit," lirih Kyle.
Boby tidak mengucapkan sepatah kata pun, ia berdiri dan memeluk kedua adiknya yang terlihat sangat rapuh. Boby merasa tidak boleh memperlihatkan kesedihan yang ia rasakan saat ini di depan kedua adiknya itu. Kalau dia saja rapuh, siapa yang akan menguatkan adiknya yang masih terlalu muda untuk menerima ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
[2] Missing You ✔
Fanfic"Sudah saatnya untuk melupakannya." "Eh tapi ketemu lagi sama dia. Melupakan dia nya kapan-kapan aja deh ya~ Percayalah, bahwa move on itu susah. Tapi lebih susah buat mecahin kode dia." Note:Ada beberapa adegan kekerasan dan bahasa kasar.