BAB 4 "Jeon Jungkook, new classmate?"

514 56 4
                                    

Kini aku dan Yeonjoo sudah duduk di bangku masing-masing, lagi pula kami duduk bersebelahan. Aku segera membuka roti keju yang diberikannya tadi, aku tidak bisa menghindari suara perut yang terus berteriak, aku lapar bukan main. Dan meskipun suara bel telah berbunyi, setidaknya aku masih mempunyai waktu sekitar 10 menit untuk sarapan dan mengobrol. Sebenarnya 10 menit yang diberikan secara khusus ini adalah untuk murid-murid mempersiapkan kelas serta mempersiapkan diri, dan hal itu menguntungkan untukku karena kalau ada tugas aku bisa menyontek pada Yeonjoo dengan leluasa.

"Kau masih tahan tinggal di rumah?" Tanya Yeonjoo tiba-tiba.

Aku menoleh padanya terkejut, awalnya tak mengerti dengan pertanyaannya. Belum saja aku menceritakan jika pagiku ini menyebalkan, ia sudah dapat menebak jika sumbernya memang berasal dari rumahku.

"Mau bagaimana lagi, susah mencari tempat sebagus dan semewah rumahku, apalagi gratis." jawabku asal.

"Aku serius Jung-ah! Kenapa kau tidak tinggal di rumahku saja, lagi pula Ibuku akan sangat senang menyambutmu."

"Aku tak bisa.." kemudian kugigit kembali rotinya, mengunyahnya perlahan. Sementara Yeonjoo masih menunggu jawaban yang lain dariku.

"Aku tidak akan meninggalkan rumah itu." Lanjutku

Keningnya mengerut. "Kenapa?"

"Ya untuk sementara waktu aku tidak bisa. Kalau aku memutuskan untuk keluar dari rumah itu sekarang, pada akhirnya aku tidak akan mendapatkan apa pun. Uang dan semua kemewahan yang kumiliki saat ini akan hilang dan di rampas oleh si tua itu."

Yeonjoo napak terkejut t mendengar jawabanku.

"Kau.. kau bertahan demi uang? Kau bercanda, huh? Kau mengorbankan semua perasaanmu, rasa sakitmu selama bertahun-tahun hanya untuk uang? Jung Soojung, please are you seriously!"

Yeonjoo merengek dengan begitu memelas padaku, bahkan matanya nampak berkaca-kaca menahan tangis. Sebenarnya jika dia bukan sahabatku mungkin aku tidak akan pernah senang jika orang-orang bertanya tentang masalah pribadiku. Tapi, dia terlalu banyak mengetahui rahasiaku, dia terlalu mengerti dengan rasa sakit yang kualami. Ia selalu dapat membaca titik terlemah dariku.

"Don't look at me like that. Yeonjoo-ah, Aku tahu kau sangat peduli padaku, aku sangat tahu jika kau menyayangiku. Namun, kau tahu jika aku paling benci jika harus dikasihani. Maksudku, saat ini aku masih bisa menghadapi semuanya. Yah, aku bertahan demi uang, tapi di sisi lain ada hal yang masih aku tunggu di rumah itu. Jika aku benar-benar pergi, aku hanya takut akan kehilangan kesempatan itu untuk selamanya." Kataku lirih, pembahasan keluarga terlalu sensitive untukku.

"Kau menunggu ibumu 'kan?"

Aku menelan ludah, dia memang hebat bisa menebak isi pikiranku.

"Aku sudah menduganya dari lama. Kalau begitu kenapa tidak kita cari saja dia, keberadaan ibumu. Kalau kau hanya menunggu sendirian tanpa kabar apa pun, aku takut jika itu hanya akan menambah luka untukmu. Aku akan membantumu."

Aku menggeleng pelan. Yeonjoo kembali menatapku bingung.

"Kalau aku sendiri yang mencarinya, itu justru yang membuatku lebih sakit. Mungkin dia bahagia saat ini dengan lelaki pilihannya, aku takut akan mendapatkan kenyataan seperti itu. Dia pergi dengan lelaki lain, meninggalkanku dengan ayahku. Aku hanya terlalu takut menerima kenyataan jika dia bahagia setelah meninggalkan luka yang begitu menyakitkan untukku. Karena itu, karena itu aku tidak bisa mencarinya, Yeonjoo. Bagiku menunggu lebih baik. Aku ingin dia yang datang mencariku, bahkan sampai menangis dan berteriak jika dia menyesali perbuatannya. Aku akan tetap menunggu hingga waktu itu datang."

The Day I'm Fall in Love - JJK [THE END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang