BAB 37 "Aku yang berubah"

325 53 27
                                    

5 Tahun kemudian

Senja itu menghanyutkan aku lagi, menenggelamkan aku pada kesan pahit-manis di masa remajaku. Memanglah aku tak berpikir jika kini sudah dewasa, tapi jika dikatakan aku sekarang tumbuh dengan pemikiran yang lebih logis. Tak lagi melulu aku mengeluh, memaksakan diri untuk membalas dendam. Tak lagi aku bersembunyi dari perasaan yang ingin aku sampaikan, jiwaku kini sudah sepenuhnya terbebas.

Langkah yang kini kujalani terasa lebih ringan, senyum yang menghiasi bibir menjadi perhiasan berharga yang tidak lagi menyakitkan. Aku tidak bisa menyebut ini sebagai gerakan "Move On" yang berhasil, setidaknya aku selalu sampai saat ini, detik ini dan kapan pun memikirkan dirinya yang jauh di sana. Tapi dengan perasaan yang bahagia.

Meski sebuah kebohongan ada dalam genggaman, sejatinya hal itu adalah baik untuk semuanya, kebohongan ini pun yang pada akhirnya membawa damai dalam hidupku. Ada beberapa hal yang kiranya belum usai, tetapi seiring waktu yang terus berlalu hal itu akan lenyap dalam ingatannya. Aku tak akan lagi ada di dalam hatinya, tak akan hadir lagi di antara mimpinya, namun semua itu tak akan pernah kusesali.

Melarikan diri, hal itu yang akan dikenang sebagai satu-satunya kenangan di antara mereka. Menyisakan banyak pertanyaan dan kecurigaan, aku pergi tanpa permisi.

5 tahun sudah berlalu, jika berkata waktu berlalu dengan cepat maka jawabannya untukku adalah salah. Waktu 5 tahun terasa begitu lama untukku sampai pada titik ini, sampai pada titik di mana aku bisa menerima diriku apa adanya, sampai pada hatiku bisa untuk melupakannya.

"Soojung, jadwal pemeriksaannya akan dipercepat tolong kau beritahu ibumu ya."

Seorang lelaki tinggi mencapai 181cm itu menepuk pundakku di saat aku begitu sibuk melamun, dengan suara serak beratnya ia mengingatkan agar aku cepat kembali ke kamar pasien yang telah kutinggalkan beberapa menit demi untuk mencari inspirasi di taman rumah sakit.

"Baik Oppa, terimakasih."

"Kita akan mendapatkan keajaiban, aku yakin." Ia tersenyum hangat kemudian melangkah meninggalkanku terlebih dahulu.

5 tahun tidak berlalu cepat dengan tanpa berarti, karena pada masa itulah hal-hal yang sama sekali tak pernah terbayangkan olehku rupanya hadir kembali. Membawa luka dan derita, namun juga kerinduan yang telah terobati.

Lelaki tadi bernama Kim Namjoon, Sesorang yang datang pada hari itu.

***

Sesaat setelah kelulusan aku dan Kento kembali ke rumah, apa yang sebenarnya kurencanakan bukanlah berniat pergi bersamanya. Meskipun kedatangan lelaki itu memang berniat seperti itu, namun aku memilih menolak. Aku tak ingin lagi menjadi benalu, terlebih menjadikan dirinya hanya sebagai pelarian, bentuk dari pelampiasan. Dirinya tetap mengerti, memahami dan peduli dengan segala keputusan terakhir yang aku ambil. Ia hanya perlu melihatku bahagia, itu katanya. Ketika ia kembali datang dan aku masih menderita, maka berikutnya tak ada lagi penolakan untuknya.

Adapun Namjoon, kami bertemu saat dia tengah memaksa masuk menerobos rumah. Ia tengah adu mulut dengan ayahku, entahlah pada saat itu aku tidak berselera untuk ikut campur. Toh, ayahku sudah berniat berubah, maka kupikir hanya perlu memberinya sedikit lagi waktu. Mungkin saja lelaki muda yang tengah berseteru dengannya itu adalah salah satu dari korban yang ditinggalkan oleh perempuan yang direbut oleh ayahku.

"Kau Soojung? Jung Soojung?"

Namun, Namjoon segera mencegatku, ia dengan gemetar sekuat tenaganya menahanku. Nyatanya dia ingin bertemu denganku. Tapi saat itu aku tidak tahu siapa dirinya, ia bukan seseorang yang pernah kupermainkan. Dia orang asing dan pertamakalinya bertemu.

The Day I'm Fall in Love - JJK [THE END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang