BAB 17 "IM TAEHWAN"

363 51 4
                                    


Pagi kembali dengan begitu cepat, lalu hari kemarin bagai tak bersalah berlalu begitu saja. Kini seperti murid normal lainnya aku sudah duduk di kelas untuk bersiap menghadapi hari melelahkan yang lainnya.

Tentu saja tak ada rahasia antara diriku dengan Yeonjoo, niatku untuk berbohong tidak akan pernah berhasil kepadanya. Setelah bertanya banyak hal, Yeonjoo kemudian kembali ke tempat duduknya, tapi ia sempat memberiku saran agar tidak terlalu memikirkan apa yang ayahku lakukan. Pun ia tak setuju dengan tindakanku yang sembarangan menuduh, ia menyarankan agar aku mengumpulkan dulu bukti jika memang ayahku yang melakukan tindakan kekerasan itu. Tanpa ku mintai bantuan, Yeonjoo sudah siap memberi bantuan untuk menyelediki kasus ini lebih lanjut.

Tak selang beberapa waktu, Yeonjoo kembali menghampiriku. Wajahnya terlihat pucat, ia pun kemudian mengasongkan ponsel miliknya. Saat itu kulihat berita tentang pemukulan warga asing yang tak lain adalah James, lelaki yang semalam baru kutemui. Ini semakin membingungkan, pun begitu apa mungkin Ayahku tahu soal James? Bahkan pertemuan kami tidak disengaja. Atau benar kata Yeonjoo, jika bisa saja pelakunya memang bukan ayahku? Ah, kepalaku rasanya hampir pecah.

BRAK! Jungkook menaruh setumpuk buku dengan lembaran yang begitu tebal di atas mejaku, caranyapun begitu kasar. Hampir saja jantungku melompat keluar karena begitu terkejut, pun aku memang tengah sibuk melamun dan bahkan tak memperhatikan keberadaannya.

"Bacalah buku-buku ini, aku sudah memberi tanda pada semua bagian yang pentingnya." Titahnya.

Aku menoleh padanya kesal. Heh, dia sama sekali tidak merasa bersalah setelah mengejek tentangku? Kenapa ada lelaki yang sedingin dirinya.

"Hari ini kita belajar mandiri, Shinhye Saem tidak bisa hadir karena ada kepentingan keluarga. Dan jangan berisik."

Nana si ketua kelas memberi pengumuman jika hari ini jadwal kosong, aku begitu senang dan murid sekelas pun ikut heboh. Belajar mandiri? Yang benar saja, lebih baik kugunakan waktu ini untuk mencari bukti lebih lanjut. Yeonjoo pun sangat pengertian dan kini ia kembali menghadapku.

"Buku apa ini?" tanya Yeonjoo heran. Aku hanya melirik Jungkook dan dia mengerti maksudku. "Wow hebat sekali perubahanmu, dalam sekejap sudah menjadi anak yang rajin. Pintar sekali.." godanya yang kini sambil memainkan daguku layaknya anak kucing.

Jungkook kemudian berdiri dan pergi dari bangkunya, aku tidak tahu kemana tujuannya. Namun, Yeonjoo langsung saja mengisi mejanya yang kosong.

"Tapi dia sama sekali tidak merasa bersalah, padahal apa yang dikatakannya selalu saja kasar." Gerutuku.

"Memang apa yang Jungkook katakan padamu sampai kau begitu kecewa?"

"Aku tidak kecewa.. aku hanya kesal saja. Dia bukan siapa-siapa bagiku, dia bahkan menolak ajakan kencan dariku, tapi mengapa sikapnya selalu keterlaluan dan bahkan menyudutkanku di depan Hana. Dia membuatku begitu bodoh di hadapan perempuan licik itu, kau bisa bayangkan bagaimana malunya diriku? Lebih dari itu, ia menanyakan sesuatu yang paling kubenci. Apa haknya untuk bertanya apa impianku, apa tujuan hidupku? Dia.. dia bukan orang yang tepat untuk bertanya lancang seperti itu."

"Kau serius Jungkook bertanya seperti itu?"

Aku melirik Yeonjoo bingung.

"Aku tidak percaya lelaki sedingin bongkahan es itu bisa peduli padamu, Jung-ah. Kupikir dia malah membencimu, tapi ternyata kau yang tidak peka!"

Aku mengerutkan dahi, merasa bingung dengan apa yang Yeonjoo katakan.

"Kau bergurau, mana mungkin pertanyaan rendahaan itu kau samakan dengan kepedulian. Itu yang jelas sebuah penghinaan untukku Yeonjoo!" protesku

The Day I'm Fall in Love - JJK [THE END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang