BAB 36 "The Last Goodbye"

411 47 31
                                    

Hari berlalu dengan cepat, aku kian merindukan sosoknya, tiap hari pun kerinduanku terus saja bertambah besar. Melupakannya? Dengan perasaan seperti ini? Jangan gila, bagaimana bisa aku melupakan dia cinta pertamaku. Dia akan selamanya terkenang dalam ingatan.

Aku tahu hubungan kami sudah berakhir, pun aku sendiri yang telah mengakhirinya. Tetapi ini tidak benar, perpisahan kami adalah sebuah penderitaan. Aku khawatir jika lelaki itu terluka? Aku ingin melihatnya sekali saja. Mengucapkan perpisahan yang baik, yah jika memanglah ada di dunia ini sebuah perpisahan yang baik.

Hari ini adalah perpisahan di sekolahku, perayaan kelulusan untuk murid-murid kelas 3 SMA yang telah berhasil mengalahkan Ujian. Tetapi aku tidak tahu akan sanggup hadir di temapt itu. Tentu saja perjuangan kami selama tiga tahun harus ditentukan oleh waktu tiga hari saja. Terasa tidak adil, tapi pada akhirnya aku bisa melewatinya. Tentu saja, Tuhan tidak pernah memberikan cobaan melebihi batas kemampuan manusia.

Tok.. tok.. tok.

Tak meminta persetujuanku, Ayahku kemudian masuk ke kamar. Ia masih saja mengkhawatirkanku, dengan rajin memeriksa keadaanku. Tapi aku tidak akan memprotes apa yang ia lakukan, aku malah bersyukur karenanya.

"Apa kau baik-baik saja?" tanyanya ragu.

Aku menyeringai. "Aku ingin sekali mengatakan jika aku baik-baik saja. Tapi.. kenyataannya berbeda."

Brugg. Ayahku jatuh bersujud di lantai, ia tertunduk. Aku tak tahu apa yang tengah ia lakukan, lalu berikutnya aku mendengar isakan tangis. Menangis? Ayahku? Kenapa? Apa yang dia lakukan? Mengapa dia bertingkah menyedihkan seperti ini di depanku? Dia pikir aku sudah luluh? Tidak akan mudah! Dasar lelaki tua Bangka, aku tidak akan memaafkanmu secepat itu.

"Maafkan aku anakku, maafkan Ayah! Ini semua kesalahanku, maafkan aku karena tidak berguna untukmu. Aku terlalu egois dan hanya memikirkan diri sendiri, aku hanya peduli dengan lukaku sendiri tanpa mau menjagamu. Aku selalu saja menganggap kau sebagai ibumu, menaruh kebencian yang sama. Tapi sungguh bodoh, kau tak berdosa sama sekali. Aku membuatmu menangis, aku membuatmu diolok oleh semua orang, aku tak pernah pantas untuk menjadi ayahmu. Aku memperlakukanmu dengan begitu kejam!"

Ini menyakitkan, sungguh menyakitkan. Pengakuan yang selama ini kunantikan, tapi mengapa rasanya hatiku terluka. Kata maaf darinya tak pernah sebanding dengan semua penderitaan yang aku hadapi, kata maaf darinya tak akan cukup membuat perasaanku lega. Tetapi aku hanya ingin ia menjadi ayahku, aku hanya ingin agar ia tidak menyakiti dirinya lagi. Aku sungguh membencinya, tapi aku tak ingin ia menyakiti dirinya lagi.

"Aku tahu maaf saja tidak berguna, maaf dariku tidak akan pernah bisa membuat lukamu menghilang. Aku tak pantas untuk dipanggil sebagai seorang Ayah, karena aku orang yang mengerikan untukmu. Tapi, Soojung, aku sungguh dengan tulus menyayangimu. Tolong selamatkan aku, Nak! Tolong selamatkan aku."

Aku terdiam cukup lama, mencoba segala cara untuk tidak menangis. Tapi sial, gagal segala pertahananku. Aku lemah, lalu kini kembali menangis. Berapakalipun aku berujar benci, tetapi maaf darinya tetaplah obat yang selalu saja aku nanti.

"Benar, aku tidak akan memaafkanmu! Aku tetap membencimu! Kau.. kau memberiku terlalu banyak luka, kau terlalu banyak memberiku penderitaan. Kau satu-satunya yang membuatku menangis tiap harinya. Menatapmu, memilikimu sebagai seorang Ayah membuatku takut. Terkadang aku berpikir jika aku salah untuk memilih dilahirkan, seharusnya aku tak berusaha untuk berlari dalam Rahim ibuku."

Dadaku kian terasa sesak, sergukanku semakin kuat. Kepalaku terasa pusing, mungkin karena terlalu banyak menangis.

"Kau adalah gadis yang berharga Soojung, kau bukan orang rendah yang orang-orang katakan. Kau tak perlu repot membandingkan dirimu, karena mereka sejengkal pun tidak layak untuk dibandingkan denganmu. Kau adalah gadis yang hebat karena luka yang kau miliki."

The Day I'm Fall in Love - JJK [THE END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang