BAB 28 "a Simple Happiness"

313 47 12
                                    

Sungguh pengalaman yang memalukan juga berkesan sehingga tak dapat kulupakan begitu saja, itu seketika membuatku tersenyum-senyum seperti orang gila ketika mengingatnya. Begitu pun kejadian di perpustakaan itu selalu kujadikan bahan untuk mengolok Jungkook ketika ia sedang kesal atau memarahiku.

Menyelesaikan liburan terakhir tahun ini, sesuai rencana kami akan merayakan tahun baru di Pyeonchang seraya menikmati dinginnya musim salju dan juga bermin Ski. Terimakasih pada Park Jimin, kami jadi tidak usah khawatir soal penginapan yang sudah mulai penuh. Aku tidak berpikir akan merayakan tahun baru lagi atau bahkan berharap agar di tahun berikutnya lebih baik. Bagiku entah itu tahun baru atau sekedar pergantian tanggal, kehidupanku tidak akan berubah. Yah, benar aku terlalu pesimis. Tetapi, saat ini mataku dibuka lebar-lebar, dipaksakan untuk melihat bagaimana indahnya berharap kepada sesuatu yang indah.

Kami tiba pukul 10.00 pagi di resort, setelah membereskan barang-barang aku dan Yeonjoo pun sudah bersiap untuk bermain. Ini akan menyenangkan, pastinya. Jungkook, Jimin dan Hoseok pun terlihat sudah siap di bawah sana dengan pakaian tebal dan perlengkapan ski lainnya.

Aku dan Yeonjoo sama-sama payahnya, berulang-ulang kali terjatuh. Tetapi itu tidak menyakitkan sama sekali, justru kami sama-sama tertawa karena merasa begitu lucu. Jimin mungkin sudah begitu dekat dengan tempat ini, karena itu permainannya di atas salju putih menurun itu begitu lincah. Ah, perlu diingat meski ia dikenal dengan kenakalannya, ia itu pandai sekali dalam hal menari. Persis seperti Jung Hoseok, mereka berdua penari yang sangat bagus. Bedanya, ketika Jimin meliuk-liuk lincah layaknya ular, Hosoek justru kesulitan.

Jungkook mengulurkan tangannya ketika melihatku terjatuh untuk yang kesekian kalinya. Aku tidak tahu soal sejarah permainan Ski Jungkook, namun nyatanya ia selalu sempurna dalam hal apa pun meski itu untuk pertama kalinya. Sungguh tidak adil 'kan? Yang menyebalkan adalah ia yang harus menjelaskan semua teknik permainan dengan teori yang membuatku bingung.

"Kau bodoh ya, dari tadi juga masih saja tidak paham." Ujar Jungkook frustasi

"Aku tidak tahu.. aku sudah melakukan yang kau katakan, tetap saja tidak bisa." Jawabku memberi alasan.

Jungkook kemudian menghela napasnya, tetap berusaha sabar untuk terus mengajariku. Ketika ia dilanda kekesalan, wajahnya terlihat begitu lucu karenanya aku mungkin sengaja untuk terus membuatnya terlihat kesal. Dibalik wajah tampan serta sikapnya yang dingin, dia tidak lebih dari sekedar bayi kecil. Kalau sudah mulai manja, pesonanya itu seperti siap membunuhku kapan saja. Terlalu menggemaskan.

"Kenapa kau melihatku begitu?"

"Kau berbeda sekali sikapnya, tidak seperti di perpustakaan. Heh, ternyata kau itu mesum." Ledekku

"Aishh.. kenapa membahas itu, kau mau mencari masalah?"

"Kau malu kan?"

Aku kemudian memeluk Jungkook, memandang matanya dekat. Jungkook tidak berani melawan, pun kalau benar melawan ia tahu bahwa aku akan tersungkir dengan keras. Walau terkadang sering memarahiku, ia nyatanya amatlah peduli dan tak pernah ingin aku tersakiti. Karena itu ia hanya mencoba memalingkan wajahnya.

"Apa.. apa.. yang coba kau lakukan?" ia tetap tak berani memandangku.

"Aku sangat mencintaimu, kau tahu itu kan" kemudian ku sandarkan kepalaku pada dadanya yang bidang. Begitu saja dapat kudengar jantungnya yang berdetak begitu cepat, mendengarnya membuatku sungguh bahagia. Tak lama kemudian ia membalas pelukanku. "Aku tidak ingin berpisah denganmu." Lirihku.

Jungkook mengecup pucuk kepalaku lembut. Lalu aku kian mengeratkan pelukan.

"Oh lihatlah.. pasangan menjijikan itu.." celetuk Jimin

The Day I'm Fall in Love - JJK [THE END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang