BAB 3 "Bae Joohyun and Kim Jisoo"

388 47 8
                                    


Setelah mengamati dengan cukup, aku mengerti betapa bedanya aku dengan Kim Jisoo. Meski ini hanya dugaan pribadi saja. Namun, sudah jelas alasan yang membuat Jungkook menaruh hati padanya. Aku dan Jisoo memang begitu berbeda. Dia adalah langit biru yang terbentang luas di kala siang, sedang aku adalah langit gelap yang terbentang dikala malam.

Jisoo dengan cepat menarik perhatian banyak orang, hanya dalam satu minggu ia sudah akrab dengan siapa saja. Sikapnya yang ceria dan positif mampu membuat nyaman orang-orang yang berada di sekitarnya. Meski aku masih membenci fakta jika sahabatku itu jatuh cinta padanya, tetapi aku sama sekali tak bisa membenci dirinya.

Beberapa kali ia hendak mendekatiku, mengajakku untuk berkumpul bersama dengan teman-temannya yang baru. Aku dapat membaca pemikiran orang-orang ceria sepertinya, yang baik pada mereka adalah karena tak ingin meninggalkan orang introvert sepertiku mati oleh kesendirian. Ia cukup aktif untuk mengajakku berbicara. Karena hal itu Jungkook jadi begitu membanggakanku, ia bilang karena aku berhasil membantunya untuk dekat dengan Jisoo. Ia salah paham, sebenarnya aku belum melakukan apa pun.

"Hey Ny. Bae, sebenarnya apa yang kau katakan tentangku pada Jisoo, huh?"

Jungkook datang cemberut dan ikut duduk di bangku taman sekolah bersamaku, sepertinya Jisoo berkata kasar lagi padanya.

Memang benar jika Jisoo ingin akrab denganku, tetapi gadis cantik dengan rambut hitam panjangnya itu memilih untuk tidak kenal dengan Jungkook. Ia menuduh jika lelaki seperti Jungkook itu tidak baik; sering dihukum guru, baju acak-acakan dan seorang playboy. Karena itu Jisoo berusaha mengajakku dekat dengannya dan meninggalkan Jungkook.

Mungkin itu kesempatan yang bagus untukku, bisa saja aku memanfaatkannya untuk menjelek-jelekan Jungkook di depan Jisoo. Namun, aku tak sepicik itu. Hatiku ingin sekali membuat mereka berdua jauh, tetapi nyatanya aku lebih peduli pada perasaan Jungkook ketimbang perasaanku sendiri.

"Kau tahu, kan, jika Jisoo bersikap sangat dingin padaku. Padahal, dia sangat ramah pada yang lainnya, terutama padamu. Aku curiga!!" Jungkook melotot sambil menyelidik.

"Singkirkan wajah jelekmu." Aku mendorong kepala Jungkook menjauh lalu tertawa terbahak-bahak.

"Huh, ketahuan kau pasti mengatakan hal yang jelek-jelek. Ayo mengaku sekarang juga!" tuduhnya lagi lalu berusaha untuk menggelitikku. "Jawab aku Ny. Bae."

"Eh, apa yang kau lakukan? Berhenti Mr. Jeon!!"

Aku tak bisa berhenti tertawa, ia berhasil menggelitikku hingga tak bisa berkutik.

"Memangnya apa yang kurang dariku?" gumamnya bagai bertanya pada diri sendiri.

"Aku bersumpah tidak mengatakan apa pun tentangmu pada Jisoo. Tapi, Mr. Jeon sebaiknya kau bercermin diri, seharusnya itu bagus saat Jisoo tidak tertarik hanya pada penampilanmu saja."

Jungkook cepat melirikku seraya keningnya berkerut.

"Dengar, selama ini perempuan yang mendekatimu itu selalu memiliki maksud tertentu. Entah karena kau yang berwajah tampan, Playboy cap kakap, atau karena keluargamu yang terpandang. Tidak ada yang benar-benar tulus. Sedang Jisoo, dia mendengar berita itu saja sudah merasa jijik untuk dekat-dekat padamu. Coba pikirkan pakai otakmu itu!"

Jungkook hanya terdiam, ia mencoba mencerna kata-kataku dengan serius. Namun, aku berani bertaruh jika ia sama sekali tak mengerti dengan apa yang aku katakan. Dia memang tampan, tapi serius otaknya tidak bisa diharapkan. Untung saja dia orang yang baik dan penuh perhatian, karena itu aku sanggup bersahabat dengannya sampai bertahun-tahun.

Dear Friend "I LOVE YOU" - JJK [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang