Meski udara yang dingin dan putihnya salju yang memenuhi jalanan, nyatanya itu tak menghentikan antusianya Jungkook untuk pergi berkencan dengan Jisoo. Aku menelan ludah sebanyak-banyaknya, kuharap tenggorokan ini tidak akan kering untuk menghantarkan segala nasihat untuk sahabat tercintaku.
Sepenggalan kisah di hari kemarin masih terasa mengganjal, layaknya tubuhku diikat oleh berbagai tali yang menyulitkan saat bergerak. Hatiku masih merasakan luka yang mendalam. Tapi, bagaimana caranya agar aku dapat berpura-pura dengan baik hari ini. Tiap kali hembusan angin yang menyentuh kulit, membuat semakin perih hatiku. Gelinangan air di kelopak mata bagai tak tahan untuk ditumpahkan.
"Aish, bodohnya. Sudah tahu cuaca dingin begini, malah tidak memakai pakaian yang tebal. Kau itu mau sok kuat sepertiku? tubuhmu kan kurus begini."
Jungkook mengomel-ngomel seraya memakaikan syal tebal kesayangannya itu di antara leher ku yang jenjang. Melingkarkan benang wol yang dirajut oleh ibunya itu hingga menutupi setengah wajah kecilku. Jungkook yang kini hanya dapat melihat mataku, tertawa puas.
"Jangan sampai kedinginan." Ia menepuk kepalaku pelan, namun cepat kuhempaskan.
"Jangan melakukan itu lagi padaku!"
"Heh?" Jungkook terlihat bingung dengan protes yang kuajukan. "Tapi biasanya juga seperti itu. Kau marah lagi?"
"Jungkook-ah, sebaiknya sekarang kau hilangkan kebiasan-kebiasaan itu. Aku tidak mau diperlakukan seperti anak kecil."
"Kau bicara apa? Aku tidak pernah menganggapmu anak kecil, aku melakukannya karena aku memang terbiasa seperti itu."
"Sudahlah, aku tidak ingin berdebat." Kubuang wajah, menghindarkan pandangan dari sorot matanya yang mulai menajam. Sedetik lagi, ah tidak, air mataku sudah meleleh begitu saja.
"Kau kenapa? Apa terjadi sesuatu?"
"Jisoo sudah datang, cepat temui dia. Lakukan semua yang kurencanakan, mengerti? Jangan terlalu aktif dan membuatnya risih. Pokoknya lakukan sesuai rencana."
Jungkook tetap saja memandangiku, ia seakan begitu ragu untuk meninggalkanku.
"Kau baik-baik saja?"
"Jangan meremehkanku, pergilah."
Kuhantar senyum terbaik agar ia tak khawatir. Kulepas ia dengan sepenuhnya rasa hangat dalam hati. Aku, aku benar-benar membiarkanmu pergi sekarang. Karena itu saat kau sentuh aku dengan tanganmu yang hangat, justru dingin yang menyelinap masuk. Justru bertubi-tubi rasa sakit yang menyergapku. Aku tak ingin menyeretmu ke dalam masalahku.
"Bahkan tubuh pun tak dapat kuberikan untukmu, Jungkook. Meski kau tak pernah berharap balasan, tetap aku ... tetap aku bukan untuk kau cintai."
Angin desember akan berhembus secepat kilat. Dengan menutup mata, hari esok dan seterusnya akan selalu hampa.
"Jungkook-ah." Air mataku kembali mengalir "Dear my friend ... I love you."
***
Jungkook semakin sulit menghubungiku, terutama kami pun tidak dapat bertemu di sekolah yang masih libur. Sebisa mungkin kuhilangkan jejak dalam hari-harinya, agar kelak ia dapat terbiasa. Ah tidak, seharusnya agar nanti aku yang terbiasa.
"Kau itu kurang kerjaan ya, datang berkunjung tanpa tahu waktu. Nanti kalau Seokjin mencarimu bagaimana? Kau tak memberinya pesan?"
Aku menggeleng lemah.
Entah sejak kapan, rumah Sooyoung selalu menjadi tempatku untuk melarikan diri.
"Beruntung hari ini kau datang dalam keadaan normal. Kau membuatku terkena serangan jantung waktu itu, datang dengan mata bengkak dan air mata yang mengalir deras."
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Friend "I LOVE YOU" - JJK [END]
Fanfiction"Selalu ada kata yang tak akan pernah dapat disampaikan pada siapa pun, sebuah kalimat yang hanya tertulis dalam nisan hati. Bagiku cinta untuk Jungkook tidak akan pernah sampai kepada dirinya, kepada hatinya." Bae Joohyun Lihat trailernya di youtub...