Sekolah seakan menjadi asing untukku, menapakan kaki di tempat ramai seperti ini membuatku gelisah. Satu minggu yang kulalui bersama Seokjin memang membuatku merasa nyaman—maksudku adalah tempat yang aku tinggali. Begitu hening, tidak ada banyak orang karena hanya aku dan lelaki itu saja yang tinggal. Kami pun tak banyak bicara, yang kulakukan hanya diam di kamar, tetapi justru kesendirian itulah yang paling aku nikmati.
Pagi sekali aku sudah dipanggil oleh guru BK, dia menceramahiku soal banyak hal. Intinya aku terlalu banyak membolos, lalu membahas soal hubunganku dengan Sooyoung. Darinya aku tahu bahwa ternyata Sooyoung sudah di keluarkan dari sekolah. Aku cukup terkejut mendengarnya, tapi apa mungkin aku berikutnya.
Konsultasi bersama Joo Jihee yaitu guru BK di sekolahku memakan waktu selama setengah jam, dan hasilnya tidak terlalu bagus untuknya. Aku memilih tutup mulut. Memangnya apa yang bisa ia bantu kalaupun aku ceritakan semua masalahku. Memang dia bisa membeliku kembali dari Seokjin? memang dia bisa membuat ayahku kembali menjadi orang waras seperti dulu atau dia mau mafhum soal keadaanku yang layaknya lacur saat ini. Tidak akan selesai masalahku walau aku bercerita panjang lebar.
"Baiklah, sekarang intinya kau harus tetap fokus belajar, jangan sia-siakan beasiswamu. Tidak akan sampai satu tahun kamu akan lulus. Aku atau wali kelasmu akan membantu semaksimal mungkin untuk program beasiswa di perguruan tinggi, kami sangat yakin akan kemampuanmu itu Joohyun."
Perempuan berkacamamata itu menatapku penuh perhatian.
"Aku sangat ingin membantu, jika kau memang memiliki masalah cepat katakan saja. Jangan pernah merasa sendirian, kau tahu banyak yang peduli padamu. Kau bisa mencari teman yang dapat diajak bicara kalau memang sulit bercerita padaku. Dipanggil ke ruang BK bukan sesuatu yang selalu buruk, di sini aku sebagai gurumu hanya ingin menawarkan bantuan. Jadi, kapan pun kau boleh datang. Sekarang kembalilah ke kelas."
"Terimakasih Bu, permisi," ucapku sambil meninggalkan ruangan.
Teman yang dapat kuajak bicara? Aku memilikinya, namanya Jeon Jungkook. Namun, kali ini aku justru harus menyembunyikan permasalahn ini darinya. Aku bisa membayangkan hal gila apa yang akan Jungkook lakukan kepada ayahku atau Seokjin, aku tak ingin ia terjebak hanya karena ulahku. Merahasiakan semuanya mungkin adalah jalan yang terbaik.
Saat tiba di kelas aku merasa jika semua orang menatapku, tentu dengan pandangan yang membuat tak nyaman. Aku tahu pandangan ini mereka tunjukkan juga pada Sooyoung. Ah, orang-orang ini terlalu nganggur, makanya sibuk mengurusi kehidupan orang lain. Berpikir jika ia adalah orang bijak yang pantas untuk menghakimi seseorang.
"Hallo, Mr. Jeon!"
Kucoba untuk senormal mungkin, kuharap dirinya bisa mengerti. Namun, ia malah mendiamkanku. Kini ia malah pergi untuk duduk bersama Kim Jisoo. Mereka terlihat dekat.
Perih rasanya ulu hati, jauh darinya membuatku lemah. Namun, aku harus sadar karena wajar bagi Jungkook untuk marah. Sekarang aku harus kembali belajar.
***
Bel tanda pulang sudah berdering setengah jam lalu, aku masih terdiam sendirian di kelas. Merasa bingung dengan kepulanganku. Ke mana aku harus kembali? Aku masih remaja, jadi, wajar bukan jika aku bersikap ragu-ragu? Sesulit apa pun kehidupan yang aku miliki, wajar untukku bertingkah seperti usiaku. Bertingkah layaknya orang dewasa itu sungguh menyedihkan—tepatnya menyulitkan.
"Huh, harus aku bagaimanakan perempuan bodoh ini!"
Jungkook kembali lagi, dia kini ada di sini bersamaku. Berdiri di ambang pintu kelas, meremas kepalanya frustasi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Friend "I LOVE YOU" - JJK [END]
Fanfiction"Selalu ada kata yang tak akan pernah dapat disampaikan pada siapa pun, sebuah kalimat yang hanya tertulis dalam nisan hati. Bagiku cinta untuk Jungkook tidak akan pernah sampai kepada dirinya, kepada hatinya." Bae Joohyun Lihat trailernya di youtub...