Sementara aku yang sibuk dengan ujian di sekolah dan Seokjin yang semakin banyak urusannya di kantor akibat rencana pernikahan yang tersebar, ayahku terpaksa dititipkan pada Sooyoung untuk menjaganya. Aku khawatir, kenyataannya diriku sangat ketakutan. Aku bersikap dingin seolah-olah berpikir jika Ayahku yang keras tidak akan mudah dihancurkan oleh sel kanker dalam tubuhnya, kupikir lelaki itu jauh lebih kuat fisiknya. Tetapi, sekuat apa pun otot-otot yang dimilikinya, kekuatannya tak jauh lebih besar dari Sang Kuasa.
Sudah berjam-jam lamanya ayahku di rawat di ruang UGD, bahkan dokter tak sesekalipun keluar. Kami yang menunggu dibiarkan dalam rasa takut dan kalut karena tak mengetahui pasti kabar yang sebenarnya. Tentu, aku memang tak berharap banyak, sejak awal Dokter sudah katakan bahwa kemungkinan keberhasilan operasi hanya sampai 6% saja. Walau begitu aku sudah banyak bersyukur, walau hanya persenan kecil tetapi selalu ada keajaiban diantaranya. Mungkin ayahku bukanlah sosok yang baik di mata orang-orang, bahkan di mataku pun begitu. Namun, setidaknya ia patut diberikan kesempatan untuk memperbaiki diri.
"Joohyun-ah, aku ada di sampingmu jangan khawatir."
Sooyoung menggenggam erat tanganku, menunjukan kekhawatirannya yang melihatku kian putus asa. Hadirnya dia begitu banyak membantu.
"Aku sudah menghubungi Ajhussi. Dia sebentar lagi akan sampai."
"Bukankah dia di luar kota?"
"Dia akan datang dengan cepat, jangan khawatir." Sooyoung mengelus rambutku pelan. "Sebaiknya kau hubungi Jungkook."
"Ju.. jungkook.." kataku bagai bertanya pada diri sendiri.
Sooyoung mengangguk.
"Dia kekuatan terbesar untukmu, gunakan ponselmu. Cepat hubungi dia."
Aku beranjak dari kursi tunggu dan meninggalkan Sooyoung yang masih bersiaga. Lagi pula Jungkook berjanji akan berkunjung untuk bertemu dengan ayahku. Ini memang seperti aku memanfaatkannya dan lagi mempermainkan perasaannya. Hanya saja aku tak kuasa untuk menangis sendirian. Dia adalah sandaranku, bahunya adalah yang ternyaman.
Beberapa kali aku menghubungi Jungkook, tetapi nomor miliknya tidak dapat kuhubungi. Mungkin Jisoo tahu keberadaan Jungkook dan aku berniat menghubunginya, tetapi nahas nyatanya aku begitu sombong hingga tak mau mempunyai nomor dari kekasih sahabatku sendiri.
"Jungkook, Kau di mana?" batinku gelisah
Akal sehatku sudah tak berfungsi lagi sebagaimana mestinya. Kini akar-akar liar di dalamnya mulai menjalar keseluruh pikiran. Aku kecewa, Jujur saja. Mengapa Jungkook tak bisa kuhubungi? Sedang apa dirinya? Atau mungkin Jungkook kini benar-benar membenciku? Atau Jungkook sudah melangkah jauh dari kehidupanku.
"Aku putus asa." Eluhku untuk yang kesekian kalinya.
Pada akhirnya aku terduduk, tertunduk dan terseguk-seguk.
"Semuanya akan baik-baik saja, Joohyun-ah."
Harum aroma parfum miliknya begitu saja menyeruak dalam indera penciuman, wangi vanilla yang familiar. Napasnya yang terengah-engah serta tangannya yang basah oleh keringat menandakan jika ia datang dengan keadaan terburu-buru. Walau dia bukan sosok yang saat ini kurindukan, entah mengapa, aku ingin memeluknya.
"Ajhussi..."
"Menangislah, tak apa. Aku akan memelukmu erat, jangan khawatir kau akan baik-baik saja." Bisiknya yang semakin kuat mendekapku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Friend "I LOVE YOU" - JJK [END]
Fanfiction"Selalu ada kata yang tak akan pernah dapat disampaikan pada siapa pun, sebuah kalimat yang hanya tertulis dalam nisan hati. Bagiku cinta untuk Jungkook tidak akan pernah sampai kepada dirinya, kepada hatinya." Bae Joohyun Lihat trailernya di youtub...