Kau tahu? Meski rasa sakit enggan pergi dariku, meski derita yang kumiliki tak pernah memiliki akhir, aku tetap bersyukur kala itu. Karena ada dirimu di sampingku, maka aku merasa lengkap Jungkook. Karena ada senyummu maka tangisku tak pernah berarti. Kau adalah rumah untukku berteduh, kau adalah tempat untukku berlindung. Namun mengapa? Mengapa sulit sekali untuk kita bersama.
Aku tak sanggup lagi untuk mendengarkan penjelasan dari ayahku, sebenarnya aku memilih untuk tidak tahu. Namun, terkadang aku merasa kehilangan arah hingga sama sekali tak mampu memahami apa yang ingin kulakukan. Aku menjadi egois, menjadi serakah dan menjadi kejam. Aku sungguh membutuhkan bahumu untuk bersandar.
Namun, kini aku hanya mampu memandangmu tanpa mampu menegur.
"Joohyun, Park Hyesu Saem memanggilmu."
Sebenarnya dipanggil ke ruang guru bukanlah hal yang asing untukku, dulu sekali aku yang paling rajin menghadap ruangan yang ditakuti sebagaian besar murid-murid itu. Guru-guru begitu percaya pada kemampuanku, karenanya mereka selalu dengan senang hati memberiku tanggung jawab. Tetapi, akhir-akhir ini tempat itu menjadi semakin menyeramkan.
Aku kini berdiri tepat di depan ruang rapat yang biasanya dipakai sebagai tempat pertemuan guru-guru. Tanpa berpikir panjang kemudian ku ketuk pintu setinggi 240cm itu dan melangkahkan kaki memasuki ruangan yang sudah dipenuhi sebanyak 5 orang.
Mata mereka dalam sekejap memandangku dengan pandangan yang dapat kuartikan sebagai rasa tidak suka, jijik dan juga hina. Aku tidak tahu jika kini akan disidang oleh begitu banyak orang. Heh, tapi sebenarnya apa kesalahan yang telah kuperbuat.
"Duduklah," suruh seseorang yang berusia paling tua di antara orang-orang yang hadir di ruang rapat kecil itu. Ia kemudian membenarkan kaca mata tuanya untuk dapat melihatku lebih jelas.
"Apa ada wali yang bisa kami hubungi?"
Aku menggeleng.
"Saya adalah walinya, Anda bisa menyebutku begitu Pak kepala sekolah," jawab Park Hyesu yang sebenarnya adalah wali kelasku.
Kemudian ia menggenggam erat tanganku hangat, meyakinkan jika aku akan baik-baik saja karena dirinya yang akan melindungiku. Ia menarikku lembut untuk duduk di sampingnya. Seperti biasanya ia memperlakukanku tidak berbeda, tetap menghargaiku sebagai muridnya.
Yah, aku memang sering berujar jika tempat ini adalah neraka. Itu karena tak ada masa remaja yang ku lewati dengan baik di sekolah. Seharusnya aku senang karena mendapat banyak ilmu, tetapi sekolah hanya seolah status tak berarti untukku. Selain Jungkook, orang yang membuatku tetap bertahan di sini adalah dia guruku Park Hyesu. Perempuan yang terlalu tua untuk status lajangnya itu adalah guru terbaikku, ia yang dengan penuh kasih sayang mengajarkanku tentang sebuah perjuangan untuk mempertahankan mimpi yang kuanggap mustahil.
"Bukankah Anda tahu, Ayah Joohyun tidak bisa dihubungi. Dan ... dan soal foto-foto itu, kita tidak bisa langsung menyalahkannya pada satu pihak saja."
"Tapi banyak orang tua murid yang tidak senang dengan kejadian ini. Terlebih dia murid yang selalu menjadi panutan dan kita banggakan."
"Foto-foto saja tidak dapat menjelaskan fakta, Pak."
"Kau membelanya karena kau wali kelasnya?"
Park Hyesu kian erat menggenggam tanganku.
"Saya membelanya karena saya percaya padanya, Pak. Katakan saya menjadi wali kelasnya hanya dalam satu tahun, tetapi saya mengenalnya sudah lebih dari itu. Saya selalu memperhatikannya, dia adalah murid yang baik dan saya berani menjamin. Dia pekerja keras, sangat ambisius, sangat perfeksionis dan sangat baik hati."
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Friend "I LOVE YOU" - JJK [END]
Fanfiction"Selalu ada kata yang tak akan pernah dapat disampaikan pada siapa pun, sebuah kalimat yang hanya tertulis dalam nisan hati. Bagiku cinta untuk Jungkook tidak akan pernah sampai kepada dirinya, kepada hatinya." Bae Joohyun Lihat trailernya di youtub...