Bagaimana dia bisa menyuruhku pergi dengan begitu mudahnya? Jika begini rasa bersalahku padanya tidak akan pernah hilang selamanya. Tetapi hatiku tak lagi mau berkompromi, ia sudah sepenuhnya ingin lari. Kuremas kuat gaun pengantinku, kemudian kepalaku tertunduk malu. Aku tidak ingin menampakan wajahku padanya lagi, aku terlalu menjiikan untuk menerima segala kebaikan darinya.
Langkahku mundur dengan perlahan, pasti, kemudian berlari. Sekali ku menoleh padanya untuk yang terakhir kalinya dan hanya senyum termanis yang dia berikan. Ku melarikan diri dari pesta pernikahanku.
Di mana gerangan kini pujaan hatiku berada? Ke mana kiranya Jungkook bersembunyi? Aku mencoba berpikir tenang, menjernihkan segala pikiran hingga dapat kembali menggunakan otakku dengan waras. Tentu saja, saat ini aku sudah gila. Tak akan ada orang-orang yang memanggilku waras saat dengan beraninya meninggalkan pernikahan dihadapan para orang-orang penting Negara. Aku mempermalukan hidupku juga Kim Seokjin. Tapi persetan.
Jungkook, tunggu aku.
Sepatu berhak tinggi sekitar 12cm yang ku kenakan sangat menyulitkan, aku terpaksa melepasnya dan berlari dengan tanpa alas kaki. Lihatlah, ini adalah hukuman karma yang langsung kudapatkan. Semua mata memandangku penasaran, mereka teramat ingin tahu bagaimana awal mula cerita dari kisah perempuan yang tengah berlari di pinggir jalan tanpa alas kaki, gaun pengantin dan lengkap dengan tangis yang membanjiri wajahnya. Ini adalah sebuah drama nyata yang tengah mereka saksikan.
Aku meninggalkan segalanya di ruang tunggu pengantin, termasuk handphone, uang dan hal lainnya yang mestinya membantuku dalam keadaan seperti ini. Sekarang aku tidak akan lagi memprotes soal adegan dalam drama yang kupikir terlalu dramatis dan mengada-ada, nyatanya hal serupa dapat terjadi kepada siapa pun tanpa disangka-sangka. Aku kena batunya.
Satu tempat yang kupikirkan saat ini adalah rumah lamaku, tempat di mana aku tumbuh dengan bekas-bekas luka bersama ayahku. Mungkin saja Jungkook ingin mengenang segala hal yang pernah ia lewati bersamaku di tempat itu, yah kuharap kami memiliki pemikiran yang sama. Tuhan, aku hanya dapat berharap kepada-Mu saat ini. Bawalah aku padanya, seperti hembusan angin yang menerbangkan daun kering yang telah kehilangan harapan dari rantingnya.
Perjalanan yang memakan waktu panjang, akhirnya aku kembali berdiri di tempat yang kupikir mengerikan. Rumah itu gelap tak berpenghuni, terlihat jelas sebagai rumah yang telah kehilangan pemiliknya. Kupikir setelah kepergianku bersama Seokjin, ayahku akan dengan cepat menjual rumah ini dan lalu menikmati uangnya untuk berpoya-poya. Namun, rumahnya masih berdiri kokoh seperti semula.
Kulangkahkan kaki yang sudah sepenuhnya terluka, terpincang-pincang untuk segera mencari keberadaan Jungkook. Hanya saja firasaku buruk, tak ada apa pun di sana. Gelap dan sunyi yang kudapati. Ku panggil-panggil tak ada yang menyahut, hatiku terasa kian remuk. Lalu aku tahu pencarianku tidak berhasil.
Aku tidak akan menyerah begitu saja, sebelum segalanya berakhir aku akan tetap melangkahkan kaki untuk mencarinya. Hingga titik darah penghabisan, hingga helaan nafas terakhir, aku akan datang merangkulnya. Meyakinkan kepadanya bahwa hanya dia satu orang yang mampu kucintai. Bahwa kelak hanya tangannya yang akan menggenggamku erat.
Tetapi..
Kini langit sudah menjadi gelap, serta raungan petir secara tak terduga memecah keheningan malam. Namun aku masih saja tak menemukan dirinya. Ia tak ada saat kudatangi apartemennya, tak ada saat kudatangai rumahnya, bahkan ia tak ada di sekolah tempat yang terakhir dapat kupikirkan dalam benakku. Kini aku sudah buntu, tak tahu lagi ke mana harus berjalan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Friend "I LOVE YOU" - JJK [END]
Fanfiction"Selalu ada kata yang tak akan pernah dapat disampaikan pada siapa pun, sebuah kalimat yang hanya tertulis dalam nisan hati. Bagiku cinta untuk Jungkook tidak akan pernah sampai kepada dirinya, kepada hatinya." Bae Joohyun Lihat trailernya di youtub...