BAB 1 "Ada sesuatu yang tak akan pernah bisa kita sampaikan"

2.1K 74 25
                                    

 Aku merutuk dalam diam, menggumam dalam keheningan lalu menelan ludah dalam kegetiran

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

 Aku merutuk dalam diam, menggumam dalam keheningan lalu menelan ludah dalam kegetiran. Tiap senyum yang terhias di bibir layaknya racun yang perlahan akan membunuh. Aku bahagia, tetapi itu hanya sebuah kepura-puraan. Aku menggeleng untuk berteriak jika di dalam sana, di lubuk hatiku begitu tersiksa. Aku terpaksa bahagia menjadikannya sebagai sahabatku.

Sayup angin di bulan november menyambut pagiku dengan menyiksa, bagai ia mengiris-iris kulitku pakai silet. Bekas memar yang membiru harus segera aku tutupi, tak akan baik jika orang-orang melihat diriku yang kurus kering ini babak belur. Pagiku, tidak, maksudku hari-hariku haruslah nampak baik-baik saja, meski itu begitu jauh dari kenyataan.

Seorang lelaki dengan tinggi sekitar 178 cm, lengkap dengan seragam sekolah SMA yang ia kenakan—pakaiannya jauh dari kata rapih, dia selalu berdandan acak-acakan. Ia telah menungguku di depan rumah. Ia rutin melakukannya, sudah dari dulu dari zaman aku masih duduk di bangku sekolah dasar. Dia sahabatku, itu katanya.

Namanya Jeon Jungkook, putra kedua dari Direktur perusahaan properti terbesar di Korea Selatan. Ia tumbuh menjulang tinggi jauh dariku yang bertubuh mungil. Perawakannya gagah karena sering berolahraga. Ia tampan, karena itu sifat buruknya adalah dengan memamerkan ketampanan. Julukannya adalah Playboy si penakluk wanita. Ia percaya diri dapat menaklukan perempuan ke dalam pelukannya, tetapi ia tidak pernah memasukanku ke dalam daftar itu. Ia hanya anggap aku sebagai kawan, sahabat karib untuk selama-lamanya.

Mungkin banyak orang yang telah mendengar kalimat ini "Tidak ada persahabatan di antara Laki-laki dan perempuan, mustahil karena masing-masing dari mereka pasti pernah memiliki perasaan untuk satu sama lainnya." Aku sangat setuju dengan pernyataan itu, karena memang benar aku telah lama mencintai Jungkook. Bukan lagi sebagai teman, melainkan aku hanya dapat menatapnya sebagai seorang pria saat ini dan samapai seterusnya. Membunuh perasaan ini pun bagai mustahil, itu seperti menyayat urat nadiku sendiri. Artinya, berhenti mencintai Jungkook adalah kematian untukku.

Selalu ada kata yang tak akan pernah dapat disampaikan pada siapa pun, sebuah kalimat yang hanya tertulis dalam nisan hati. Bagiku cinta untuk Jungkook tidak akan pernah sampai kepada dirinya, kepada hatinya. 

Jungkook sungguh tidak ingin aku untuk jatuh cinta padanya, kami sudah membuat surat perjanjian itu ketika masih kecil. Mengubur surat-surat dengan tulisan cakar ayam itu ke dalam tanah, dekat pohon sakura di taman belakang rumahnya. Dia selalu mengingatkan, kami harus selalu menjaga janji itu selamanya. Karena ia tidak ingin terputus denganku, maka persahabatan adalah yang terbaik yang bisa ia lakukan. Aku sudah cukup untuk menerima segala alasan yang ia berikan.

Perjanjian itu dibuat niatnya agar ia tak bisa menyakitiku, agar tak dapat membuatku menangis, karena itu lebih baik berteman. Namun, tanpa ia ketahui, justru itulah satu-satunya beban yang teramat menggangguku. Melewatinya berhari-hari begitu menyayat hati, tanpa ia tahu bahwa air mataku kering untuk menangisinya. Janji itulah satu-satunya yang membuatku amat terluka.

Dear Friend "I LOVE YOU" - JJK [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang