Pada akhirnya aku kembali ke sekolah dan mengakhiri masa bolosku. Namun, sampai siang hari aku sama sekali tak melihat sosok Jungkook di kelas maupun lingkungan sekolah. Perasaanku tiba-tiba saja menjadi gelisah, aku takut jika sesuatu terjadi padanya. Akhir-akhir ini hubungan kami tidak berjalan dengan baik— itu karena aku memang terkesan menghindarinya.
Apakah semua ini tidak akan rumit jika saja aku tak jatuh cinta pada Jungkook? Apa semuanya akan baik-baik saja jika rasa itu lenyap? Bukankah, dulu kami selalu baik-baik saja bersama. Mengapa rasa ini begitu membebaniku? Haruskah kuhapus saja? Tapi bagaimana hidupku jika tidak mencintai Jungkook? Apa aku akan bertahan?
Bersama itu, bukan berarti harus saling mencintai bukan? Mengapa aku tak pernah paham dengannya. Mengapa aku sama sekali tak mengerti bagaimana seharusnya cinta bekerja. Mungkin aku pandai dalam akademik, tapi aku adalah seseorang paling bodoh soal percintaan. Aku hanya pandai memendam rasa, mendekapnya seorang diri. Namun, tak tahu bagaimana cara memberi ataupun menerima.
"Joohyun-ah."
Jisoo segera menyusulku yang hendak meninggalkan kelas. Wajahnya terlihat muram dan tak seceria biasanya dan aku takut penyebabnya adalah Jungkook kekasihnya. Aku tidak suka menyebutnya begitu, seharusnya itu menjadi Jungkook lelaki yang kucintai.
"Kau sudah mau pulang?"
Aku mengangguk.
"Kakimu kenapa?"
"Terkilir, tapi tidak parah."
Suasana lengang sejenak. Ini bukan salah Jisoo, ia orang yang baik dan selalu pandai membangun suasana menjadi hangat. Hanya saja aku yang begitu sulit orangnya, hingga kini gadis itu putus asa untuk mengajakku berbicara.
"Kenapa Jungkook tidak masuk?"
Langkah Jisoo terhenti, ia memandangiku tak percaya.
"Kau tidak tahu?"
"Apa yang terjadi padanya?"
Jisoo meremas kepalanya. Kali pertama kulihat gadis itu begitu frustasi.
"Jungkook diskors selama tiga hari, Joohyun."
"Diskors?"
"Aku bisa gila," geramnya.
Kemudian Jisoo segera menarik tanganku, ia dengan cepat mencari tempat sepi untuk dapat berbicara serius berdua. Ia tidak ingin ada orang lain yang mendengarkan ceritanya. Aku pun setuju dengan keputusannya kali ini.
"Apa kau tahu Jungkook memukuli Doowon saat membelamu? Ternyata semua itu berbuntut panjang. Seseorang melaporkan Jungkook esok harinya."
"Tapi ada alasan mengapa dia memukul Doowon, dia hanya ingin membelaku."
"Benar, Jungkook membelamu. Tapi di mana kau saat Jungkook membutuhkan kesaksianmu?"
"Aku tidak bisa mengatakannya."
"Jungkook memang menuduh Doowon sengaja melempar bola padamu, tapi tidak ada bukti samasekali. Saat dipanggil di ruang guru, semua orang menjadikan Jungkook tersangka. Dia memang dikenal tukang onar, lalu apa? Ia hanya pasrah saat harus dihukum. Namun begitu, dia tetap mengkhawatirkanmu. Kau pergi tak memberi kabar, tak ada nomor yang bisa dihubungi dan bahkan Sooyoung pun tidak tahu. Apa kau tak memikirkan sedikit pun perasaan Jungkook?"
Kau sedang berperan sebagai kekasih Jungkook di hadapanku? Memamerkan jika kau yang lebih baik berada di sampingnya? Aku tahu kesalahanku, tapi bukan hakmu menghakimiku begini. Seberapa banyak aku memikirkan Jungkook, kau bertanya? Tidak ada batasnya dalam otakku. Tapi hidupku tak melulu soal cinta, kau sama sekali tak tahu bagaimana kehidupan yang kujalani Jisoo.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Friend "I LOVE YOU" - JJK [END]
Fanfiction"Selalu ada kata yang tak akan pernah dapat disampaikan pada siapa pun, sebuah kalimat yang hanya tertulis dalam nisan hati. Bagiku cinta untuk Jungkook tidak akan pernah sampai kepada dirinya, kepada hatinya." Bae Joohyun Lihat trailernya di youtub...