Selalu kejadian seperti ini terjadi di saat yang tidak diharapkan. Aku seakan mati kutu. Buru-buru Jungkook membenarkan posisinya, segera berdiri dengan tak tahu harus memasang wajah seperti apa di depan ibunya. Kalau aku? Tentu saja, wajahku sudah serupa dengan kepiting rebus.
"Eomma, ini tidak seperti yang kau lihat, aku ... aku bisa menjelaskannya."
Ibunya Jungkook hanya tertawa.
"Eomma, Jinjja. Ah, kau pasti berpikir yang tidak-tidak."
"Aku sudah biasa melihat kalian seperti ini. Toh dari dulu kalian begitu lengket, tapi seharusnya yang menunggu penjelasan adalah nona di belakangku."
Tertangkap basah. Meski kejadiannya tidak seperti yang orang-orang pikirkan, dalam keadaan seperti ini sungguh sulit untuk menjelaskan. Terutama bukti sudah ada di depan mata. Sungguh tidak terduga, tamu-tamu itu hadir dalam waktu yang bersamaan. Jisoo, harus menyaksikan dengan kedua matanya sendiri.
Sebagai seorang perempuan aku mengerti bagaimana perasaan Jisoo. Melihat kekasihnya tengah bersama perempuan yang hanya mengenakan handuk saja sudah sangat menyesakkan, pun lebih parah dengan tambahan adegan yang cukup mengganggu. Ini semua memang salahku.
"Kenapa diam saja? Cepat pakai bajumu," suruh Jungkook dengan panik.
Dengan rasa malu yang tak tertahankan, akhirnya kulangkahkan kaki dan kembali masuk ke kamar mandi kemudian segera mengenakan pakaian. Lagi pula jika harus berteriak untuk menjelaskan, dari awal pun aku sudah berniat memakai baju. Tapi perihal tersandung atau ketidaksengajaan menginjak hair dryer di luar prediksi. Pun saat ini aku mengumpat dalam hati.
Perasaan bersalah dan berkhianat menyergap begitu saja. Seolah-olah aku adalah satu-satunya tersangka. Bukankah seseorang yang merebut Jungkook dariku adalah Jisoo? Bukankah aku yang korban di sini. Bukankah aku adalah salah satu yang membutuhkan penjelasan, mengapa ia datang sebagai orang ketiga dalam hubunganku.
"Kau sudah gila Bae Joohyun. Kau sudah tidak waras."
Bodoh, aku tidak memiliki hak untuk merasa kekasihnya telah diambil. Berulang-ulang fakta menjelaskan jika Jungkook hanya sebatas teman lelakiku. Mengapa kini rasanya ingin menangis? Melihat bagaimana Jungkook panik dan berusaha keras menjelaskan pada Jisoo sungguh membuatku kesal.
"Bodoh," gerutuku untuk yang kesekian kalinya.
"Apa Eomma boleh masuk?"
"Tentu, masuklah."
Perempuan dengan penampilannya yang cantik meski diusianya yang tak muda lagi ini memang ibu kandung dari sahabatku. Namanya Kim Minseo. Beliau memang kuanggap sebagai ibuku sendiri, karena itu aku memanggilnya serupa seperti yang dilakukan oleh Jungkook. Aku telah kehilangan sosok ibu di usia yang sangat kecil, tetapi karenanya aku dapat membayangkan bagaimana sosok ibu itu sebenarnya.
Meski Paman Jeon atau ayah kandung Jungkook amat membenciku karena soal latar belakang, berbeda dengannya yang selalu membelaku. Ia mengizinkanku untuk bersama dengan Jungkook hingga saat ini. Ia selalu menjadi orang yang sangat hangat dan pengertian.
"Hey cantik, kenapa tubuhmu kurus begini sih. Kau kekurangan makan?"
"Aigoo, tubuhku kan memang sulit untuk gemuk Eomma."
"Tapi, siapa perempuan yang tadi? Apa benar dia pacar baru Jungkook."
Aku menghela napas. Perlu diketahui, Nyonya besar Jeon ini memang memiliki kepriadian yang serba ingin tahu, terutama jika itu urusan yang berhubungan dengan anaknya. Dari dulu pun ia sering menjadikanku seorang mata-mata untuk mengurus perihal percintaan Jungkook sekalipun. Yang benar adalah dia terobsesi menjadikanku menantunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Friend "I LOVE YOU" - JJK [END]
Fanfiction"Selalu ada kata yang tak akan pernah dapat disampaikan pada siapa pun, sebuah kalimat yang hanya tertulis dalam nisan hati. Bagiku cinta untuk Jungkook tidak akan pernah sampai kepada dirinya, kepada hatinya." Bae Joohyun Lihat trailernya di youtub...