Mengapa aku berlari? Mengapa aku ingin bertemu dengan lelaki itu secepatnya? Lantas apa yang harus kutanyakan jika kelak berjumpa. Rasa benci yang mengalir dalam darah serasa tak bermakna, emosi yang menguras tenaga semestinya tak begini ku sia-siakan. Sejak kapan diriku menjadi begini penasaran?
"BAE JOOHYUN!!!"
Secepat kilat tangan itu menarik tubuhku yang ringkih, mendekapku erat seakan ia tak ingin lepaskan. Napasnya yang seakan terkuras, terengah-engah karena cepat mengejarku. Aku tak tahu jika Jungkook akan mengejar, aku tidak tahu jika ternyata ia selalu saja menjadi pahlawanku.
"Kau perempuan bodoh! Kalau begini bagaimana bisa aku meninggalkanmu, huh? Ah, kau membuatku gila."
Aku tahu alasan mengapa lelaki tampan ini begitu frustasi, nyatanya beberapa menit yang lalu sahabatnya ini hampir mati ditabrak truk. Yah, kenyataannya beberapa detik yang lalu maut hampir menyapaku. Semakin hari pikiranku kian kosong, terus saja lari ke sana kemari tak tentu tujuan. Hal itu amat kubenci.
Aku lebih senang dengan kehidupanku yang dulu. Yang mana sibuk memikirkan betapa besarnya cintaku untukmu, Jungkook. Meski menyakitkan, tapi aku lebih senang rasa deritaku bersumber darimu. Khawatirku seharusnya milikmu saja, tangisku harusnya untukmu saja. Mengapa lelaki itu harus datang dan mengusik segala perasaanku padamu. Mengapa lelaki itu menyebabkan begitu banyak jarak di antara kau dan juga diriku.
Kemudian Jungkook melepaskan pelukannya, kini ia sudah merasa lebih tenang. Ia lalu berjongkok untuk mempersilahkanku menaiki punggungnya yang kokoh. Ia tak akan membiarkanku berjalan hari ini.
"Cepat naik, orang-orang terus memperhatikanmu."
"Terimakasih."
Jungkook memang selalu menjadi tempat yang nyaman untukku beristirahat. Menjadi rumah yang kudambakan.
"Yang pacarku itu siapa sih. Haduh, kalau kau coba bunuh diri awas saja! Kenapa kau itu membuatku kehabisan stock jantung. Sekarang aku jadi insomnia gara-gara memikirkanmu juga. Huh, aku memang harus menyeretmu untuk tinggal bersamaku saja. Biar aku bisa memantaumu 24 jam, agar kau tak bisa melakukan hal yang aneh-aneh tanpa sepengetahuanku. Kau ini, sekarang kerjaannya sibuk saja dengan kerja part time. Saat aku ajak bermain dengan Jisoo kau pasti langsung menolak, alasannya berbelit. Atau ... kau ku angkat jadi anak saja ya?"
Ia menjadi lelaki yang sangat berisik ketika bersamaku. Kekhawatiran, kepanikan dan rasa takutnya selalu menunjukan bahwa ia adalah lelaki yang hangat. Orang-orang yang hanya melihatnya dari luar akan berpikiran jika Jungkook adalah sosok lelaki yang keren dengan tingkahnya yang dingin. Namun, yang lain tidak akan melihat dirinya yang seperti saat ini. Bahkan Jisoo pun tidak akan.
"Jangan mencoba lari dariku, aku mohon," gumamnya yang nyaris tak terdengar.
"Kenapa?"
"Aku tidak tahu. Tapi, jangan pernah meninggalkanku."
"Bukankah ada Jisoo saat ini?"
"Aish, kenapa kau selalu membandingkan dirimu dengan Jisoo? Bae Joohyun, lebih percaya dirilah. Kau lebih berharga dari siapa pun untuk ada di sampingku."
"Terimakasih, semoga aku tidak lupa."
"Kau bercanda?"
Aku memendamkan wajahku pada pundaknya yang besar. Mencoba memejamkan mata agar dapat tertidur dengan nyenyak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Friend "I LOVE YOU" - JJK [END]
Fanfiction"Selalu ada kata yang tak akan pernah dapat disampaikan pada siapa pun, sebuah kalimat yang hanya tertulis dalam nisan hati. Bagiku cinta untuk Jungkook tidak akan pernah sampai kepada dirinya, kepada hatinya." Bae Joohyun Lihat trailernya di youtub...