-Jangan melihat orang dari luarnya, bahkan orang yang terlihat sangat bahagia di luarnya ternyata menyimpan duka yang sangat mendalam.-
°°°°°
Seorang laki - laki dengan tatapan dinginnya memasuki sebuah ruangan yang didominasi oleh suara alat - alat penopang hidup yang menempel pada tubuh seorang gadis yang sedang berjuang untuk hidup. Laki - laki itu menghentikan langkahnya sejenak lalu menghirup nafas dalam - dalam sambil memejamkan kedua matanya. Baru setelah itu, ia masuk dan menghampiri seorang gadis yang terbaring lemah di tempat tidur. Laki - laki itu kemudian duduk di kursi yang ada di samping tempat tidur. Ia menatap lekat gadis itu beberapa saat. Matanya tak beralih dari wajah gadis itu sedikit pun. Ia sangat merindukan gadis itu, gadis yang ia cintai. Seharusnya malam itu ia melindungi gadisnya bukan malah sebaliknya. Ia menggenggam tangan gadis itu lalu menciumnya lembut.
"Hai? Kamu apa kabar? Sudah lama kita tidak bertemu. Aku sangat merindukanmu jika kau mau tahu" sapa laki - laki itu dengan tersenyum getir. "Kau tahu? Dulu aku sangat dekat denganmu, kita selalu bermain, dan belajar bersama. Tiada hari yang ku lewatkan tanpamu dulu. Tapi, semuanya sirna saat kejadian itu merenggut ingatanmu. Ingatanmu tentang masa kecilmu yang menyenangkan, masa kecilmu bersamaku. Kau melupakan itu. Aku selalu berusaha untuk bisa bertemu denganmu saat itu. Tapi, mommymu selalu melarangku dan bukan hanya aku saja. Siapapun tidak diizinkan untuk bertemu denganmu waktu itu. Sejak itu, aku tidak pernah bertemu dengan mu lagi" ujar laki - laki itu sambil menerawang.
"Aku tahu kabar tentangmu lagi saat kelulusan SMP. Saat itu, kakak ku bersahabat baik denganmu kakak mu bahkan sampai detik ini. Aku mendengar kau berada di Los Angeles bersama orang tuamu. Aku senang mendengar kabarmu baik - baik saja, tapi aku sedih disaat aku tahu kau tidak mengingat ku lagi" Laki - laki menghela napasnya berat. Entah kenapa dadanya selalu terasa sesak jika ia mengingat kembali kejadian itu.
"Satu tahun setelah aku tahu keberadaanmu, aku menyusulmu ke kota itu. Aku mengikutimu kemanapun kau pergi. Sampai suatu hari, aku melihatmu menangis sendirian di sebuah taman. Aku tidak tahu pasti apa yang membuat menangis. Tapi, apapun alasannya aku tidak suka melihatmu menangis. Tangisan mu semakin kencang hingga aku bisa melihat tubuhmu bergetar. Aku semakin tidak kuat melihatmu seperti itu, lalu aku memghampirimu dan memberikan sapu tangan padamu. Jika kau ingat pada laki - laki bermantel hitam dengan masker di wajahnya yang memberikan sapu tangan padamu, itu... Orang itu adalah Aku! Sahabat kecilmu" lanjutnya dengan mata yang mulai memerah. Tanpa sadar air mata meluncur bebas dari mata laki - laki itu dan menetes mengenai tangan gadis yang sedang digenggamnya. Laki - laki itu dengan cepat menghapus air matanya, lalu bangkit dari duduknya dan beranjak pergi. Namun, langkahnya terhenti saat sebuah tangan menarik tangannya. Laki - laki itu tersentak dan membalikan tubuhnya menatap gadis itu. Dari sini ia dapat melihat gadis itu menarik tangannya dan air mata yang mengalir dari sudut matanya. Walaupun begitu, mata gadis itu masih tertutup rapat. Laki - laki itu segera menekan bel yang ada di dinding ruangan tepat diatas kepala tempat tidur.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐒𝐔𝐑𝐕𝐈𝐕𝐄 (𝐄𝐍𝐃)
Teen Fiction#3 on remaja (041119) #1 on remaja (071119) #1 on cool (030220) Caitlin Emma Gibson. Gadis remaja cantik blasteran Amerika-Indo harus menerima kenyataan pahit sejak kejadian 11 tahun silam. Dia menutup dirinya kepada siapapun. Ditambah kebencian dar...