EPILOG

42.5K 1.5K 15
                                    

"Ayah!" teriak seorang gadis kecil sembari berlari lalu memeluk sang ayah.

"Good morning" balas sang ayah.

"Morning"

"Ayah! Aku bosan di rumah. Bolehkah aku bermain ke rumah kakek Kenan" keluh seorang anak laki - laki.

"Oke. Tetapi, sebelum itu ayah ingin mengajak kalian ke suatu tempat."

"Siap" jawab mereka serempak dengan sikap tangan menghormat pada sang ayah.

🌿🌿🌿

Saat tiba di perjalanan menuju tempaf yang dimaksud sang Ayah. Kedua anak berumur sepuluh tahun itu seakan tahu kemana arah jalan tersebut akan membawa mereka.

"Apa kita akan mengunjungi Bunda, yah?" tanya gadis kecil yang duduk disamping kemudi.

"Iya, sayang. Kita akan mengunjungi Bunda. Sudah lama kita tidak mengunjunginya" jawab sang ayah sembari mengelus puncak kepala anak gadisnya.

"Kenapa Ayah tidak beri tahu? Padahal kan Val ingin memberi sesuatu untuk Bunda" ujar gadis itu pelan.

"Memangnya apa yang ingin kamu berikan?" tanya sang ayah lembut.

"Sesuatu. Rahasia. Ayah tidak boleh tahu" ketus gadis kecil itu sambil menjulurkan lidahnya.

"Kak Sean? Apa kau juga ingin memberikan sesuatu untuk Bunda?" tanya gadis kecil itu pada kakak laki - lakinya yang duduk di bangku penumpang.

"Tentu bahkan setiap harinya" jawab Sean membuat adiknya mengerutkan dahinya bingung.

"Setiap hari? Memangnya apa?" tanya gadis kecil itu lagi.

"Doa. Aku selalu mengirimkan doa untuk Bunda. Karena menurut aku hanya itu yang terbaik. Bukankah begitu Ayah?" Jelas Sean yang membuat sang ayah terharu mendengarnya.

"Sean benar, Val."

"Aku tahu. Tetapi, Val juga selalu berdoa untuk Bunda. Dan minta pada Tuhan untuk selalu jaga Bunda. Kadang kalau Val rindu Bunda, Bunda selalu datang ke mimpi Val." tukas Valerie. Tanpa sadar, perkataan gadis kecil itu mampu mengusik hati David.

Sudah sepuluh tahun Caitlin meninggalkannya dan kedua anak mereka. Sekarang mereka sudah tumbuh besar dan menjadi anak yang baik. Tak hanya itu, Sean sangat menuruni sifat Caitlin dan Valerie menuruni sifat David. Namun, wajah Valerie lebih dominan Caitlin begitupun dengan Sean yang lebih mirip dengan David. Awalnya, David sempat kewalahan mengurus kedua anak itu. Namun, sang ibu Nadia tidak tega melihat David mengurus kedua anaknya sendirian. Jadi, Nadia meminta David untuk kembali tinggal bersamanya agar ia bisa membantu mengurus Sean dan Valerie. Dan sepuluh tahun sudah David menjadi seorang single parent. Tak pernah terlintas di otaknya untuk mencari wanita lain ataupun menikah lagi. Ia tidak tertarik. Hanya ada Caitlin di hatinya dan tak seorang pun bisa menggantikan posisi wanitanya.

🌿🌿🌿

"Ayo! Kita sudah sampai" ajak David sembari membukakan pintu mobil untuk kedua anaknya.

"Val tidak sabar ingin bercerita pada Bunda" seru Valerie antusias.

"Sean? Ada apa?" tanya David saat melihat anak laki - lakinya hanya diam. Namun, Sean hanya menggelengkan kepalanya. Sean memang irit dalam berbicara sama seperti Caitlin jika berbicara hanya seperlunya saja. Dan mampu mengendalikan ekspresi wajah dengan cepat sama seperti sang Bunda. Dari segi sikap dan kebiasaan Sean memang sangat persis seperti Caitlin. Tak jarang saat keluarga mereka berkumpul mereka melihat sosok Caitlin dalam diri Sean.

David berjalan di belakang kedua anaknya yang berjalan di depannya dengan sebuket bunga Daisy di tangannya. Langkah ketiganya terhenti saat mereka berdiri disamping seonggokan tanah yang dilapisi rumput teki diatasnya dengan batu nisan yang bertuliskan nama'Caitlin Emma Gibson'. David diikuti kedua anaknya mengambil posisi jongkok.

"Hai Cait? Hari ini adalah hari dimana kamu pergi meninggalkan aku dan kedua anak kita sepuluh tahun lalu. Sudah sepuluh tahun kamu pergi. Kamu tahu? Anak - anak kita tumbuh besar dan sehat. Sekarang mereka sudah besar dan bersekolah. Kamu tahu Sean memiliki sifat yang sama persis sepertimu. Dan Valerie justru sepertiku. Aku bangga pada mereka sekalipun mereka tidak pernah merasakan kasih sayang darimu mereka sangat mencintaimu. Sekalipun belum pernah bertemu denganmu secara nyata. Aku berterima kasih karena kamu telah memberikanku kedua anak ini. Mereka sangat berharga bagiku. Mereka satu - satunya kebahagiaan ku" seru David sembari meletakkan sebuket bunga Daisy yang ia bawa.

"Ayah!? Ayah jangan menangis! Bunda pasti tidak akan suka" ujar Valerie lalu mengulurkan tangannya untuk menghapus air mata di pipi ayahnya.

"Hai Bunda? Ini aku Valerie. Bunda aku sudah menyiapkan sesuatu untukmu, tetapi ayah memberitahu jika ingin datang mengunjungi mu jadi aku tidak membawanya. Oh iya Bunda? Tolong bilang ke kak Sean kalau bicara itu jangan singkat - singkat. Kak Sean tuh kalau bicara selalu sedikit dan tidak pernah banyak. Bahkan apa yang dia katakan itu bisa Val hitung. Dia sangat sulit berkomunikasi. Val tidak suka. Terus kalau Val cerita dia cuma jawab satu kata. Valerie kan kesel jadinya. Tetapi, kata Ayah dan nenek Diana sifat kak Sean sama seperti Bunda. Berarti Bunda kalau bicara juga hanya sedikit seperti kak Sean. Tetapi, walaupun kak Sean kayak gitu. Dia baik sama Val. Kak Sean selalu menjaga dan melindungi Val dari teman - teman yang nakal. Pokoknya aku sayang sama Kak Sean, Bunda dan juga Ayah."

"Halo Bunda? Ini Sean. Bunda pasti baik - baik saja disana. Sean hanya ingin mengatakan sesuatu Sean rindu dengan Bunda. Sean ingin bertemu Bunda walau itu hanya lewat mimpi. Itu tidak masalah. Sean sayang Bunda. Happy Birthday Bunda. I Love You" ucap Sean sambil mengusap - usap batu nisan di hadapannya.

Terima kasih karena sudah melahirkan anak - anak yang hebat seperti mereka ke dunia ini. Aku akan selalu mencintaimu.

🌹🌹🌹

Mau extra part gak nih? Kalo mau comment kalo enggak yah enggak usah.

Jangan lupa vomment yah guys 😘😘😘
Happy Reading !!!


3 Maret 2018

𝐒𝐔𝐑𝐕𝐈𝐕𝐄 (𝐄𝐍𝐃) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang