(Partnya memang di mulai dari delapan belas ini. Aku sengaja buat mundur gitu)
Aku masih percaya bahwa waktu
dapat mengubah segalanya-Gracias-
___
Tingkah 3, masa SMATahun ajaran baru saja di mulai, bukannya malah senang Gadis berkuncir kuda mendengkus sebal. Sedangkan laki-laki yang berjongkok di bawahnya melebarkan senyum, ia nyengir kuda memandang Difa dari bawah.
"Kan.. gue udah bilang juga, ini sepeda rantainya udah tua Feral... telat kan gue jadinya!" Difa berdecak pinggang membuang pandangan.
Feral bangkit dari jongkok dan mengusap peluhnya dengan lengan kiri "Iya, gue salah.. " akui laki-laki itu.
Difa memberi tatapan sinis beserta cemasnya mengingat ini hari pertama sekolah setelah libur panjang. Masa ia harus membolos untuk kesan pertama, padahal Difa ingin tebar pesona pada adik kelas barunya.
"Ya udah.. sini" Feral memegang bahu Difa memutar tubuh gadis itu agar menghadap dirinya, lantas Feral menunduk berusaha menggapai tali sepatu Difa, mengencangkannya kembali.
Merasa sudah terikat tali sepatu itu dengan benar, Feral kembali pada posisi semula, ia pandang wajah Difa dan tersenyum miring.
"Lo gak mau di hukum di depan anak barukan?"
Setelah menanyakan hal itu Feral berlalu meninggalkan Difa dengan sepedanya di sana. Cowok itu berlari.
"Feral.. tungguin!"
Selalu ada hal yang membuat dirinya berbeda.
...
"Timbangan lo naik lagi yah Dif"
Difa mendengkus kembali menekan sebelah kakinya kepada bahu Feral. Feral yang posisinya berada di bawah, menjadi tumpuan hanya dapat meringis pelan karena bahunya mendapat tekanan.
"Yang bener, ahhh.. sedi-dikit la..gii" Difa bernapas legah saat tubuhnya sudah berada di atas tembok. Cewek itu menepuk tanganya membersihkan sisa-sisa debu lalu loncat kebawah.
Bugh
"Gimana...Menantang gak?" Tanya Feral menyusul Difa. Cowok itu tersenyum tipis mengambil posisi berdiri di samping Difa.
"Tapi.. timbangan lo bener-bener naik yah Dif?"
Difa menatap cowok itu sekilas "Gak! Gue cuman lagi dapet aja.. makanya naik" jelas Difa.
Bodohnya Feral mengangguk, sok ngerti padahal noob.
"Kok gue gak tau.."
"Apanya?"
"Lo mens.."
Pipi Difa memerah.
"Awww.. sakit bego!" Ringis Feral mengusap kepalanya.
"Lagian ucapan lo kurang kerjaan banget, ngapain juga lo harus tau" ketus Difa, berusaha menyembunyikan rasa malunya.
"Kan biasanya perkiraan gue bener, baru awal bulan kan? Biasanya lo kena di pertengahan deh... atau jangan-jangan lo gak subur" ujar Feral sambil mengingat tanggal berapa sekarang.
Difa mengigit bibir bawahnya memalingkan wajah. Ini si Feral kenapa juga bahas-bahas tanggal tamu bulanan dan sejak kapan dia tahu masa priod-nya.
"Ihhh.. gak usah lo inget-inget deh. Iya, timbangan gue naik. Puas lo!" ungkap Difa tanpa memalingkan wajahnya kepada Feral.
Cowok itu hanya tersenyum tipis memberika kesan dimple di kedua pipinya. Senyum yang penuh menawan.
"Kenapa sih lo harus malu.. biasanya juga malu-malu in"
"Kan gue cewek, harus jaga tubuh lah. Biar body goals gitu mirip si aw-aw"
"Mau diet ini.. jangan ajak gue makan manis mulu"
Feral menarik tas Difa sedikit kencang membuat cewek itu berbalik dan menghadap dirinya.
"Untuk apa punya body bagus tapi menderita, mendingan segede babon bahagia. Udah gak usah diet, lagian lo mau body goals juga gak akan ada yang suka selain gue.."
".... maksud gue yang mau temenan sama elonya"
Pujian dia itu sepaket sama ejekan.
Nyakitin tapi punya sisi manis.
-Gracias-
KAMU SEDANG MEMBACA
Gracias
Teen FictionDari miliaran pasang mata kenapa harus mata sekelam angkasa. Dari ribuan alasan kenapa harus bertajuk pada pengakuan. Tentang segalanya, tentang kamu yang luar biasa manisnya.