Enam (belas)

3.7K 274 11
                                    

Hati ini terus berkata jika aku mencinta, tapi kenapa segala rasa di dada terus menolak dan berkata jangan pernah percaya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hati ini terus berkata jika aku mencinta, tapi kenapa segala rasa di dada terus menolak dan berkata jangan pernah percaya

-Gracias-

...

Saat ini jarum jam sudah menunjukan pukul 3 tepat dan ini merupakan jam pelajaran terakhir sebelum sesi sekolah di bubarkan.

Feral mengetuk ujung pulpennya berulang kali ke meja, pandangan cowok yang memiliki rambut sedikit panjang tersebut tak henti memandangi satu bangku kosong tanpa penghuni selain tas yang tersandang di kursi.

Sudah lebih dari 3 jam pemilik tempat duduk itu menghilang. Bak di telan bumi keberadaanya, Feral bagaikan orang kehilangan miliaran uang.

Cowok itu berdecak sebelum bangkit dari duduk dan melangkah ke depan. Menghampiri guru yang sedang menerangkan.

"Bu.. saya izin ke toilet"

...

Hembusaan napas tak teratur keluar dari mulut Feral. Sudah lebih dari 20 menit ia melangkah mengitari penjuru sekolah. Bahkan cowok itu sampai nekat memasuki toilet wanita, tapi tak di temukannya juga di sana.

Feral sudah tidak lagi perduli jika Bu Distri yang lagi mengajar di kelasnya mencari keberadaan dirinya, sebab ia izin ke toilet lebih dari 10 menit.



"Ck! Kemana lagi tu bocah.. nyusahin gue mulu kerjaanya" Feral berdecak pinggang dan meninju pelan tembok di sampingnya.

Mencoba memutar arah pandanganya, mengingat tempat apa lagi yang belum ia kunjungi. Kantin, ruang musik, toilet, UKS, ruang OSIS, dan apa lagi.

Feral diam sedaat sebelum cowok itu akhirnya tersenyum tipis dan mengangguk, Feral tahu dimana dia harus mencari lagi.

...

"Tempat dimana ada pendingin ruangan, Wi-fi jalan, sepi dan cocok buat tidur siang.. " senyum Feral mengembang menatap pintu perpustakaan terbuka lebar. Cowok itu menatap ke arah rak sepatu tempat dimana murid meletakan sepatu mereka saat ingin masuk ke dalam.

Sepasang sepatu yang ia kenal tergeletak dengan nyaman di sana. Sepatu yang pemilikinya menghilang, pemilik sepatu yang menjadi alasan ia mengelilingi sekolah.

Feral melangkah memasuki perpustakaan, memberi senyum kecil kepada penjaga sebelum mengitari hampir seisi ruangan. Pantas saja Difa betah.

"Bingo! Ketemu..." ujar Feral menatap seorang gadis yang terpejam di posisi nyamanya, sangking nyamanya bibir gadis itu agak terbuka.

GraciasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang