Sepu(luh)

2.1K 168 5
                                    

Di sarankan menggunakan tema hitam

Boleh ku bertanya, aku harus apa? Berbahagia atau menangis karena tahu cinta mu tak akan lagi sama untuk ku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Boleh ku bertanya, aku harus apa? Berbahagia atau menangis karena tahu cinta mu tak akan lagi sama untuk ku

-Gracias-

____

Feral mengulum senyumnya, menyenderkan tubuh di dekat pintu. Laki-laki itu memperhatikan setiap pergerakan yang di ciptakan Difa, ketika cewek itu memasukan semua buku-bukunya kembali ke tas.

Difa itu punya kebiasaan, selalu mengecek segala perlengkapan sekolahnya berulang-ulang sampai ia merasa tidak ada yang kurang barulah gadis itu akan pulang. Makanya dia sering di tinggal sendirian di saat semuanya sudah melangkah jauh keluar kelas.

Melihat Difa yang sudah menyandang tasnya, cowok itu berdiri tegap.

"Lamban banget sih lo"

Difa menoleh ke arah Feral. Suara cowok itu menggema seisi ruangan.

"Biasanya juga kayak gini, lagian rajin banget nunggu di depan pintu" jawab Difa sudah melewati Feral dan melangkah terlebih dahulu.

Feral menatap punggung Difa sebentar memberi senyum tipis dan berjalan mengiringi langkah gadis itu.

"Gue tungguin nih, buruan.." Feral kembali berujar, namun sangat pelan.

"Ha? Tungguin apa?" Difa menatap Feral seketika, menghentikan langkah.

Setelah dua langkah di depan Difa. Feral berhenti dan berbalik, Difa masih menatapnya.

"Oktober..."

Jeda sebentar sampai Difa mengerutkan alisnya "Apaan sih Ral..."

Feral berdecak, ada raut kecewa terbesit di sana. Cowok itu tidak bisa menahan kekesalannya untuk kali ini. Harapannya hanya sederhana, kalau tidak dengan ucapan ia hanya ingin Difa ingat saja. Sudah, itu sudah sangat membahagiakan.

Satu tarikan menghentikan langkah Difa, Feral menggenggam tangan Difa dan membalikan cewek itu. Tidak bersuara, hanya tatapan yang berjalan terus beriringan.

Dan Difa orang pertama yang melepaskan tautan itu dari pergelangannya.

"Apa? Gue ada lupa suatu hal yang penting hari ini?"

Feral di bekukan sesaat, rahang cowok itu mengeras. Ada titik harapan yang tiba-tiba musnah begitu saja di sana. Difa berhasil menghancurkan mimpi indahnya malam ini dan Difa sudah berhasil menggelapkan hari bahagianya untuk ke sekian kalinya.

GraciasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang